Surabaya, OG Indonesia -- Dr Ir Dwi Soetjipto MM memberikan kuliah tamu di Ruang Kuliah Internasional V-Dharmawangsa, Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR), Surabaya, pada Senin (21/4/2025) dengan tema Kepemimpinan Strategis dalam Industri Migas: Menjaga Ketahanan Energi untuk Mendukung Indonesia Maju 2045.
Kepala SKK Migas periode 2018–2024 ini adalah pembicara utama yang menggugah kesadaran para peserta mengenai pentingnya kepemimpinan strategis dalam sektor energi.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) periode 2014–2017 itu menekankan bahwa seorang pemimpin harus membawa dampak nyata dan menciptakan perubahan positif di lingkungannya.
“Leader itu bukan sekadar orang yang berada di posisi tertinggi. Leader adalah mereka yang mampu menciptakan perubahan. Kalau hanya menjalankan sesuatu yang sudah ada tanpa inovasi, itu belum bisa disebut sebagai kepemimpinan,” tegasnya di depan ratusan mahasiswa dan civitas akademika kampus.
Dwi menuturkan pentingnya ketahanan energi sebagai fondasi utama dalam pembangunan nasional. Mantan Mantan Dirut Semen Padang, ini menyatakan Indonesia hanya dapat mencapai visi sebagai negara maju jika mampu mandiri dalam energi dan tidak terus bergantung pada impor energi fosil.
Disebutkan pembangunan berkelanjutan dan kemajuan industri sangat bergantung pada pasokan energi yang aman, terjangkau, dan ramah lingkungan.
“Transformasi energi harus dimulai dari sekarang. Kita tidak bisa hanya andalkan sumber energi fosil. Kalau tidak berubah, kita akan tertinggal jauh,” jelasnya bersemangat.
Mantan Dirut Semen Gresik ini juga mengajak mahasiswa untuk melihat potensi energi nasional yang belum tergarap secara maksimal. Berdasarkan data, Indonesia memiliki 128 cekungan migas, namun hanya 20 saja yang sudah berproduksi. Sementara itu, potensi energi baru terbarukan, seperti panas bumi, air, angin, dan surya yang sangat besar juga masih belum tergarap optimal.
Dia pun mendorong seluruh mahasiswa UNAIR untuk membekali diri dengan pengetahuan lintas disiplin, kemampuan berpikir strategis, serta semangat kolaborasi. Ia meyakini bahwa tantangan masa depan akan semakin kompleks dan membutuhkan pemimpin yang tangguh, adaptif, dan berwawasan global.
“Kalau kita tidak bergerak dari sekarang, kita hanya akan jadi penonton. Kita harus jadi pelaku. Mhasiswa, adalah calon pemimpin masa depan yang akan menentukan arah bangsa ini,” ungkapnya.
Terakhir, Ketum Pencak Silat Perisai Diri ini menguliti sejumlah tantangan yang dihadapi sektor energi nasiona seperti tingginya risiko eksplorasi migas serta kurangnya kepastian regulasi menjadi penghambat utama masuknya investasi. Oleh karena itu, karena itu Indonesia perlu menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif, termasuk dengan menyederhanakan perizinan dan memperkuat tata kelola sektor energi.
"Indonesia harus bisa menghadirkan kepastian bagi investor, dan itu peran penting dari para pemimpin di masa depan, termasuk dari kalangan akademisi,” pungkasnya. RH
