Berdayakan Masyarakat Adat Atasi Deforestasi, PEP DMF Rayakan Hari Bumi di Kokolomboi


Banggai Kepulauan, OG Indonesia --
Pertamina EP Donggi Matindok Field, bagian dari Zona 13 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina, bersama masyarakat Desa Leme-Leme Darat, Buko, Banggai Kepulauan dan pemangku kepentingan, merayakan Hari Bumi melalui kegiatan Fun Camping, sebagai bentuk komitmen bersama mewujudkan keberlanjutan lingkungan.

Kegiatan Fun Camping pada Senin-Selasa (21-22/4/2025) tersebut dihadiri oleh lembaga pemerintahan, pemerintah Kecamatan dan Desa, instansi pendidikan setempat, dan media massa. PEP Donggi Matindok Field sejak tahun 2021 melaksanakan program pemberdayaan masyarakat adat Togong Tanga, yang merupakan suku asli Sea-Sea, melalui program inovasi sosial untuk mengatasi deforestasi hutan yang mengakibatkan degradasi lingkungan. 

Jarak Desa Leme-leme Darat dari pusat Pemerintahan Desa sekitar 4 km, 120 km dari pusat Kabupaten Banggai Kepulauan, dan berjarak 674 km dari pusat pemerintahan Provinsi Sulawesi Tengah. Secara geografis, Desa Leme-leme Darat berada di Pulau Peleng bagian barat yang berada 2 meter di atas permukaan laut. Terdapat satu dusun yang berada di ketinggian 600 meter di atas permukaan laut yaitu Dusun Kokolomboi. Desa ini memiliki luas keseluruhan 600 hektar dengan luas pemukiman 8,5 hektar. 

Data dari Pemerintah Desa menunjukkan 15,05% dari penduduk Desa Leme-leme adalah penduduk pra sejahtera. Mereka memenuhi kebutuhan hidupnya melalui kegiatan pertanian dengan sistem ladang berpindah, illegal logging, merambah hutan, dan berburu satwa baik untuk kebutuhan komersil maupun konsumsi pribadi. 

Selain itu, alih fungsi hutan juga terjadi untuk pembukaan area perkebunan, permukiman, dan juga pembangunan jalan. Eksploitasi secara berlebihan yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu, termasuk dengan mengambil kayu, rotan, hingga berburu binatang di hutan juga memperparah degradasi. Berdasarkan data dari Pemerintah Kabupaten Bangkep menunjukkan bahwa sebesar 144,86 Ha kondisi lahan di kawasan hutan sangat kritis.

Upaya perbaikan antara lain dengan pemantauan berbasis komunitas, pengembangan hutan adat, festival tradisional berskala internasional, serta pengembangan ekowisata. Masyarakat adat Togong-Tanga juga memiliki sistem yang disebut “Tamakonya” yang menjadi ritual adat mereka sebelum melakukan penebangan pohon. Selain penjaga hutan, Masyarakat Adat Togong-Tanga dapat berperan menjadi perpustakaan hidup yang berperan memahami setiap spesies yang ada di kawasan hutan Kokolomboi.

“Masyarakat adat pengetahuan tradisional dan praktik berkelanjutan dalam mengelola sumber daya alam, tapi sayangnya peran mereka malah seringkali terpinggirkan. Padahal mereka adalah perpustakaan hidup yang justru mengemban tugas jadi penjaga rumah mereka. Masyarakat Adat Togong-Tanga menjadi bukti bahwa keberadaan mereka bisa membantu upaya konservasi, khususnya mengatasi pelaku illegal logging,” ujar Field Manager PEP DMF, Ridwan Kiay Demak. 

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, program ini juga mendorong kegiatan ekonomi yakni budidaya lebah dan wisata minat khusus. Budidaya lebah madu menjadi salah satu upaya rehabilitasi kawasan hutan mengingat peran lebah sebagai pollinator yang membantu penyerbukan tanaman di sekitar kawasan. 

Selain itu, budidaya lebah madu ini juga menjadi mata pencaharian masyarakat dari yang sebelumnya menjual kayu hasil hutan dan berburu satwa. Petani madu yang terlibat didalam kawasan taman Kehati kokolomboi mencapai 10 orang dengan kemampuan panen sebesar 800 – 1200 liter/tahun. Kelompok tani madu Kokolomboi turut melibatkan petani madu diluar Kawasan untuk memenuhi permintaan pasar, hingga saat ini sebanyak 245 anggota telah terafiliasi dengan kemampuan produksi sebesar 8.400 liter/tahun. 

Berdasarkan data kunjungan yang dikelola oleh Pengelola Taman Kehati Kokolomboi tercatat sebanyak 453 wisatawan domestik dan lebih dari 60 wisatawan mancanegara dari 22 negara yang memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat sekitar sebagai penyedia jasa lingkungan dengan ketentuan tamu domestik sebesar Rp 60.000/orang/hari dan tamu asing Rp 200.000/orang/hari.

Kontribusi masyarakat adat Togong-Tanga dalam menjaga hutan tetap lestari turut mendukung capaian Sustainable Development Goals tujuan 13 Penanganan Perubahan Iklim melalui kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta tujuan 15 Ekosistem Daratan melalui upaya perlindungan, restorasi, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan, mengelola hutan secara Lestari, menghentikan penggurunan, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati.

“Hari Bumi dirayakan setiap tahun untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan dan memperingatkan bahaya kerusakan ekologis, termasuk deforestasi, polusi, dan perubahan iklim. Hari ini menjadi momen untuk menghargai kontribusi masyarakat adat dalam pelestarian alam dan mengingatkan perlunya mendukung hak-hak mereka,” tambah Ridwan. RH

Berdayakan Masyarakat Adat Atasi Deforestasi, PEP DMF Rayakan Hari Bumi di Kokolomboi Berdayakan Masyarakat Adat Atasi Deforestasi, PEP DMF Rayakan Hari Bumi di Kokolomboi Reviewed by Ridwan Harahap on Rabu, April 23, 2025 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.