Foto: Ridwan Harahap
Batam, OG Indonesia -- Target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (bopd) serta gas 12 ribu juta kaki kubik per hari (MMscfd) masih terus dijaga. Untuk menjaga keberlanjutan target tersebut maka industri pendukung dalam negeri juga harus siap sekaligus melanjutkan tren positif pertumbuhan industri dalam negeri.
PT Rainbow Tubulars Manufacture (RTM) merupakan salah satu industri pendukung industri migas tanah air dan satu-satunya yang memproduksi pipa seamless atau Oil Country Tubular Goods (OCTG). Perusahaan yang menjadi bagian dari PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI) memproduksi pipa seamless dan sudah tersertifikasi API 5CT (Casing & Tubing) dan API 5L (Line Pipe).
Barkeilona, Direktur Komersial dan Bisnis Rainbow Tubulars Manufacture mengungkapkan RTM saat ini sedang membangun plant atau pabrik kedua dengan kapasitas mencapai 40.000 ton per tahun dengan total investasi lebih dari Rp300 miliar.
"Dengan adanya tambahan new plant kapasitas 40.000 ton jadi total kapasitas produksi 70.000 ton per tahun. Harapannya target kami kuartal 3 tahun 2025 rampung," ujar Barkei saat kunjungan awak media di pabrik PT Rainbow Tubulars Manufacture disela kegiatan Media Gathering dan SKK Migas, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (20/11/2024).
Penggunaan OCTG yang dibuat di dalam negeri dalam proyek migas tentu membuat operasional menjadi lebih efisien selain itu, pipa seamless produksi Rainbow Tubulars Tingkat Komponen dalam Negeri (TKDN) sudah mencapai lebih dari 50%. Tidak hanya untuk kebutuhan dalam negeri RTM juga sudah mampu melakukan ekspansi bisnis dan memasok produknya ke Rusia, Kanada serta Amerika Serikat.
Menurut Barkeilona, pipa seamless Rainbow Tubulars dipasok untuk memenuhi kebutuhan operasional beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), antara lain Pertamina EP, Pertamina Hulu Rokan (PHR), Medco E&P Indonesia, Petrochina serta Energi Mega Persada (EMP) yang memiliki banyak kegiatan produksi.
"Distribusi produk kami sepanjang tahun 2023, hampir 73% untuk Subholding Upstream Pertamina, overseas 10% , other 2% (KKKS lainnya), serta ke Pertamina Hulu Rokan 15%. Untuk 2024 komitmen untuk suplai pasar domestik seluruhnya," kata dia.
Barkei menuturkan RTM adalah pabrikan spesialisasi produksi tubing dan casing dengan ukuran 5,5 inchi ke depan akan bisa sampai 7 inchi dengan grade API paling tinggi P110.
RTM berdiri tahun 2016 dan langsung mendapatkan sertifikasi API atau standarisasi suplai material hulu migas tahun 2017, lalu 2018 dapatkan sertifikat TKDN dan SKUP dari pemerintah karena nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri lebih dari 40%.
Selain itu, Sejak tahun 2018 sampai saat ini kontribusi RTM terus bertambah dalam memasok kebutuhan pipa khususnya Tubing untuk kebutuhan domestikdari 8000 ton di tahun 2018 hingga mencapai 17.500 ton di bulan Oktober 2024.
Sementara itu Hudi D Suryodipuro mengungkapkan keberadaan RTM membuktikan bahwa industri penunjang hulu migas dalam negeri memainkan peranan penting dalam mengejar target produksi migas nasional
Dia berharap dengan adanya peningkatan kapasitas produksi nantinya dibarengi dengan peningkatan pekerjaan para KKKS yang berujung pada peningkatan produksi migas.
"Tahun ini ada 925 sumur dibor, tahun depan kita kejar diatas 1.000 sumur. Kegiatan lain juga akan naik. Jadi ini membutuhkan dukungan kesiapan teman- teman industri pendukung," kata Hudi.
Lebih lanjut, menurut Hudi industri hulu migas tidak mau hanya jadi revenue center tapi juga motor penggerak ekonomi nasional. Keberadaan RTM juga menunjukan bahwa TKDN bisa langsung berdampak pada perekonomian daerah termasuk dalam penyerapan tenaga kerja.
"Kita ada kewajiban dengan keberadaan industri hulu di daerah ada multiplier effect terhadap industri di Indonesia atau daerah operasi termasuk di industri penunjang, negara kita ada kemampuan dan kompetensi. Dan ini green pipe pertama di Indonesia, ke depan bisa lebih tinggi kualitasnya atau gradenya itu jadi kewajiban industri penunjang bahwa harus kebawa dengan industri hulu migasnya," jelas Hudi.
SKK Migas sebagai manajemen operasi KKKS memastikan bahwa industri penunjang bisa beirkan suplai yang baik di suplai hulu migas. OCTG banyak diperlukan untuk kegiatan pemboran. Selain itu, pemboran bakal meningkat jauh per tahunnya demi kejar target produksi.
"Untuk bisa mencapai target 1 juta barel di atas 1.000 sumur dibor artinya banyak butuhkan OCTG kalau ditarik atau suplai dapat dari dalam negeri pasti win-win solution mumpung drilling banyak jadi kesempatan mengangkat industri dalam negeri," tegas Hudi. RH