Jakarta, OG Indonesia -- Tingginya kebutuhan energi meningkat setiap tahunnya menjadikan Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk memenuhi kebutuhan energi. BPS (2021) memprediksi jumlah kebutuhan energi Indonesia pada tahun 2050 dapat mencapai 2,9 miliar barel minyak, dengan pasokan energi masih didominasi oleh energi fosil sebesar 71%. Sedangkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) baru mencapai 11,2 persen (Climate Transparency, 2022).
Untuk menjamin ketersediaan energi berkelanjutan, Indonesia menghadapi trilema, yakni pendanaan, teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM). Demikian disampaikan Emma Sri Martini, Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero), dalam sambutannya di kegiatan Wisuda ke-10 Universitas Pertamina (UPER) di Sasana Kriya, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, pada 25 Mei 2024 lalu.
“Dalam hal pengembangan teknologi, kita bisa bekerja sama dengan berbagai pihak, namun tak kalah penting bagaimana kualitas SDM turut memiliki peran besar dalam meningkatkan pemanfaatan EBT. Sehingga diharapkan para pekerja dan calon pekerja harus memiliki keterampilan dan pemahaman yang mendukung optimalisasi energi berkelanjutan,” jelas Emma.
Survei LinkedIn Global Skills 2023 mengungkapkan bahwa kebutuhan global akan green skills mencapai 40 persen, tetapi hanya 13 persen yang memenuhi kriteria dan keterampilan tersebut. Meskipun jumlah pekerja di bidang sustainability meningkat 12 persen pada tahun 2023, angka ini belum cukup untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat hingga 22,7 persen setiap tahun.
“Sebagai induk dari Universitas Pertamina, PT Pertamina (Persero) juga siap terlibat dalam pengelolaan keberlanjutan di lingkup akademik. Untuk menghasilkan lulusan berorientasi pada green skills. Tujuan ini dapat dicapai melalui penerapan praktik sustainability dan kerja sama global dalam pengembangan keilmuan, dan riset terkait sustainability,” tambah Emma.
Pada momen Wisuda Ke-10 Universitas Pertamina, UPER meluluskan sebanyak 392 wisudawan sehingga total lulusannya telah mencapai 3.500 lebih. Survey tracer study mengungkap 96% alumninya sudah bekerja, berwirausaha dan studi lanjutan.
Sebagai kampus berbasis inovasi dan kewirausahaan di bidang teknologi dan bisnis energi di usia yang masih belia, Rektor Universitas Pertamina menyebutkan bahwa Universitas siap melahirkan lulusan yang memiliki green skills. Dengan mengintegrasikan sustainability pada tridarma pendidikan.
“Di bawah naungan PT Pertamina (Persero), UPER menjadi lokomotif dalam upaya pembentukan skill set lulusan yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan. Selain mata kuliah Pembangunan Berkelanjutan, mahasiswa juga aktif dilibatkan dalam berbagai penelitian dan kegiatan pengabdian masyarakat. Salah satunya melalui pembinaan Desa Energi Berdikari (DEB) Sobat Bumi UPER di Desa Bojong Kulur, Bogor, yang mengintegrasikan peran teknologi biogas dari limbah tahu dan panel surya untuk menghasilkan energi yang potensial dan berkelanjutan,” jelas Prof. Wawan Gunawan A. Kadir, Rektor Universitas Pertamina.
UPER juga terus menggenjot berbagai kolaborasi di bidang keberlanjutan. Teranyar, UPER bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi global dalam bidang sustainability seperti Yale University di Amerika, Bergen University di Swiss, dan Kyushu University, Jepang. UPER juga bekerja sama dengan International Society of Sustainability Professional Indonesia, dalam merancang kerangka Credit Learning di Program Master (S2) sustainability dan pendirian Pertamina Sustainability Center (PSC).
Guna mendukung karir para lulusan, Pertamina melalui Pertamina Foundation sebagai Badan Penyelenggara Universitas Pertamina menyelenggarakan Program Lulusan Merah Putih.
“Program Lulusan Merah Putih menjadi salah satu bentuk implementasi dalam persiapan berkarir para lulusan. Para alumni dibimbing oleh para praktisi Pertamina dan mita lainnya, seperti pemberian materi persiapan berkarir, pengenalan AKHLAK, pelatihan hingga tips lolos wawancara. Nantinya 45 lulusan terbaik yang mampu lolos seleksi, dapat langsung berkarir di Pertamina grup,” tutup Prof. Wawan. RH