PT Inalum, Warisan Investasi Terbesar Jepang di Indonesia


Batu Bara, OG Indonesia --
 
Berangkat dari besarnya sumber energi air di Danau Toba yang dimiliki Indonesia, Pemerintah Jepang melalui Nippon Koei Co., Ltd mulai melakukan studi kelayakan untuk memanfaatkannya sebagai sumber energi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Guna memanfaatkannya sebagai sumber energi, tahun 1976 didirikanlah perusahaan patungan antara Pemerintah Indonesia (60%) dan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd. (40%) untuk mengelola Proyek Asahan.

"Keberadaan PT Inalum di Indonesia pada tahun 1976 karena adanya ketersediaan sumber energi air di Danau Toba yang besar dan belum termanfaatkan. Maka didirikanlah PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang ditandai dengan Penandatanganan Master Agreement antara Pemerintah Indonesia dan konsorsium Jepang, Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd. (NAA) yang berbasis di Tokyo," ujar Ismadi, Kepala Grup Smelter PT Inalum menceritakan sejarah berdirinya PT Inalum di Indonesia, Kamis (23/5/2024).

Ismadi menagungkapkan, investasi untuk mendirikan PT Inalum pada tahun 1976 itu merupakan investasi terbesar Pemerintah di Jepang di Indonesia. "Pendirian PT Inalum yang merupakan kerja sama Indonesia-Jepang merupakan investasi terbesar Jepang pada saat itu yakni sebesar 411 miliar yen yang belum terpecahkan rekornya hingga saat ini," tambah Ismadi.

Proyek konstruksi PT Inalum dimulai pada tahun 1976, selesai dan mulai beroperasi pada tahun 1983. "Kurang lebih tujuh tahun untuk membangun, baik peleburan maupun pembangkit selama tujuh tahun dari proses feasibility study sampai pabrik itu berjalan," terang Ismadi.

Sesuai perjanjian, setelah 30 tahun beroperasi sejak tahun 1983 maka pada tahun 2013 diserah terimakanlah PT Inalum kepada Pemerintah Indonesia sesuai harga yang sudah disepakati Pemerintah Indonesia dengan Jepang.

"Sesuai dengan perjanjian dengan Pemerintah Indonesia, 30 tahun setelah pabrik operasi itu ada perjanjian untuk diserahterimakan dengan harga sesuai kesepakatan dua belah pihak. Saat itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk tim untuk mengakusisi PT Inalum dan tahun 2014 akuisisi selesai, resmi PT Inalum menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan bergabung menjadi holding pada tahun 2017," urai Ismadi.

Saat ini PT Inalum memperkerjakan 4.000 pegawai yang 80 persennya merupakan warga sekitar, baik organik maupun non organik. "Jumlah personil kita saat ini kurang lebih 1.820 orang yang organik, organik dalam artian pegawai Inalum tetap gitu ya, kemudian yang anorganik itu tenaga outsourcing alihdaya dan sebagainya ada 1.970, jadi kurang lebih hampir 4.000 orang tenaga kerja yang bekerja di Inalum dengan 80%  persen merupakan warga sekitar PT Inalum," ungkap Ismadi. 

PT Inalum saat ini juga menjadi sumber energi yang murah untuk industri pemurnian (smelter) yang merupakan industri yang memerlukan sumber energi yang sangat besar. "Air merupakan sumber energi utama PT Inalum dan memainkan peran penting dalam operasi perusahaan, menjadi sumber energi bersih untuk memproduksi alumunium untuk kebutuhan domestik yang terus meningkat dengan harga yang kompetitif," ujar Kepala Biro Komunikasi Layanan Infromasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi saat mengunjungi Smelter PT Inalum di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, Kamis (23/5/2024).

Karena air menjadi sumber energi utama PT Inalum, maka Agus meminta PT Inalum dapat menjaga kestabilan pasokan sumber air yang memasok PLTA dengan mengelola sumber daya air secara berkelanjutan untuk memastikan kelestarian lingkungan demi keberlanjutan operasi perusahaan.

Kepala Smelter PT Inalum Ismadi menambahkan, industri smelter merupakan industri yang memerlukan energi yang besar, untuk memenuhi kebutuhan energi smelter PT Inalum maka dibangunlah dua Pembangkit sebagai sumber energi, satu PLTA Sigura-Gura (286 MW) dan PLTA Tangga (317 MW). Keduanya berlokasi di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara.

"PT Inalum membangun 271 tower dengan kabel transmisi listrik tegangan 275 kV sepanjang 120 km dari dua pembangkit kita di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir ke lokasi smelter kita di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara," lanjut Ismadi.

"Alhamdulillah sampai sejauh ini secara teknis pabrik masih aman, secara komersial selalu positif, karena industri aluminium itu cost terbesarnya itu satu adalah bahan baku, alumina dan yang kedua adalah energi. Jadi di industri manapun, industri alumunium selalu faktor biaya alumina itu sama. Jadi faktor pembedaannya adalah harga energi. Karena kita punya PLTA, itu energi listriknya murah yang saat ini hanya 1 sen atau sekitar Rp 140 per Kwh maka produk kita relatif lebih kompetitif," jelas Ismadi.

Menjadi satu-satunya sumber energi, maka PT Inalum berkepentingan untuk menjaga ketersediaan sumber air di Danau Toba, maka dilakukanlah berbagai langkah strategi berkaitan dengan ketersediaan air di Danau Toba di antaranya dengan menjaga kelestarian hutan disekitar Danau Toba dan mengedukasi masyarakat sekitar lebih peduli terhadap lingkungan. RH

PT Inalum, Warisan Investasi Terbesar Jepang di Indonesia PT Inalum, Warisan Investasi Terbesar Jepang di Indonesia Reviewed by Ridwan Harahap on Senin, Mei 27, 2024 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.