Tutuka Ariadji, Dirjen Migas Kementerian ESDM. |
Jakarta, OG Indonesia -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyetujui Revisi 2 Rencana Pengembangan Lapangan yang Pertama (POD I) Lapangan Abadi WK Masela pada tanggal 28 November 2023. Termasuk dalam Revisi 2 POD I ini adalah kegiatan CCS ke dalam ruang lingkup proyek di mana fasilitas CCS akan dibangun untuk menangkap native CO2 dari Lapangan Abadi dan menyimpannya kembali di Lapangan Abadi. Target Ready for Start-Up untuk proyek ini adalah pada tahun 2030.
Pengembangan Blok Masela merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mendukung ketahanan energi nasional dan mencapai target produksi gas sebesar 12 bscfd, yang sejalan dengan pencapaian target Net Zero Emission.
Guna mendukung hal tersebut, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji pada Minggu (3/1/2023) di Jakarta berharap, "INPEX dapat melaksanakan kegiatan pengembangan Lapangan Abadi sesuai POD."
Sebagai informasi, yang dimaksud pengembangan Lapangan Abadi sesuai POD adalah FEED untuk OLNG, FPSO, GEP dan SURF pada tahun 2024, Site Preparation pada tahun 2025 dan Drilling preparation pada tahun 2026.
Kontrak Kerja Sama WK Masela ditandatangani tanggal 16 November 1998 untuk jangka waktu 30 tahun dan telah mendapatkan kompensasi waktu 7 tahun dan perpanjangan 20 tahun, sehingga kontrak akan berakhir pada 15 November 2055.
Pemegang Partisipasi Interes WK Masela saat ini adalah Inpex Masela Ltd (65%) sekaligus sebagai operator; PT Pertamina Hulu Energi Masela (20%); dan Petronas Masela Sdn. Bhd (15%).
Total cadangan gas Lapangan Abadi adalah sebesar 18,54 TSCF dengan kumulatif produksi gas 16,38 TSCF (gross) atau 12,95 TSCF (sales) dan kondensat 255,28 MMSTB. Kapasitas produksi 1.600 MMSCFD + 150 MMSCFD (pipeline), kondensat 35.000 BCPD.
Perkiraan biaya yang diperlukan untuk mengembangkan Lapangan Abadi meliputi biaya investasi (di luar sunk cost) sebesar US$ 20.946 juta (termasuk biaya CCS sebesar US$ 1.088 juta), Biaya Operasi sebesar US$ 12.978 juta, dan biaya Abandonment and Site Restoration (ASR) sebesar US$ 830 juta. RH