Jakarta, OG Indonesia -- Energi hidrogen jadi komoditas seksi saat ini karena diibaratkan seperti swiss knife yang bisa digunakan untuk keperluan apa saja. Hal tersebut ditegaskan oleh Beni Suryadi, Manager of Power, Fossil Fuel, Alternative Energy and Storage, ASEAN Centre for Energy.
"Hidrogen itu bisa dipakai untuk sangat banyak pemanfaatan, baik dalam konteks listrik pembangkit di power system, atau untuk menghasilkan panas, atau sebagai bahan bakar di kendaraan baik itu kereta, mobil, long distance truck, kapal, ferry, hingga pesawat terbang, dan tentu saja untuk chemical process," beber Beni dalam acara pelatihan media "Gas Alam dan Hydrogen: Potensi, Bisnis Proses dan Outlook" yang diadakan oleh Aspermigas dan Pamerindo secara daring selama dua hari pada Sabtu-Minggu (22-23/7/2023) lalu.
Sifat multiguna tersebut menjadi keunikan sekaligus keunggulan hidrogen dibandingkan bahan bakar lainnya. Namun Beni mengungkapkan masih ada isu teknologi hingga isu keekonomian yang masih jadi faktor penghambat pemanfaatan energi hidrogen.
"Hidrogen itu kebanyakan dihasilkan dari natural gas. Nah untuk menghasilkan natural gas sendiri itu sudah ada cost-nya sendiri sehingga ketika diekstrak untuk menjadikan hidrogen artinya akan ada biaya tambahan. Jadi dari sudut pandang itu cost-nya hidrogen masih sangat tinggi," urai Beni.
Lalu kenapa energi hidrogen harus dimanfaatkan? Seiring target dekarbonisasi dalam sistem energi global, bagi beberapa industri yang sulit memanfaatkan energi hijau bisa memalingkan pilihannya pada hidrogen hijau yang ternyata juga bisa dikembangkan dari energi terbarukan yang pastinya lebih bersih.
"Hidrogen untuk kebutuhan industri kebanyakan dari natural gas, kalau kondisinya seperti itu tetap ada emisi yang dihasilkan. Cita-citanya suatu hari kebutuhan hidrogen untuk industri ini bisa dihasilkan dari energi terbarukan, jadi arahnya ke sana kenapa hidrogen itu terus dikembangkan," jelas Beni. RH