Kabupaten Tangerang, OG Indonesia -- Bisnis carbon capture atau penangkapan emisi karbon dinilai sangat tepat bagi Indonesia yang memiliki banyak reservoir. Berbagai instansi independen bahkan meyakini potensi besar bagi bisnis Carbon Capture Storage (CCS) / Carbon Capture Storage and Utilization (CCUS). Untuk itu mekanisme penerapan CCS/CCUS kini harus sudah mulai disiapkan.
Steve Cox, EVP of HSE, Net Zero and CCS Harbour Energy, mengungkapkan salah satu strategi implementasi CCS/CCUS adalah dengan skema hub. Setiap sumber carbon saling berdekatan dari fasilitas CCS.
"Skema Hub bisa turunkan risiko dari sisi biaya dibandingkan stand alone," ungkap Steve dalam diskusi bertema Development of CCS Hub for Promoting Sustainable Economic Growth pada hari kedua IPA Convention and Exhibition (Convex) 2023 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (26/7/2023).
Chris Stavinoha, General Manager CCUS Solutions Asia Pacific and Middle East, Chevron, menuturkan industri migas dekat dan saling berhubungan dengan industri lain seperti industri semen, baja dan petrokimia. Jika lokasi industri tersebut berdekatan, skema CCS hub bisa dijalankan dan tentu lebih efektif.
"Industri semen, baja, petrokimia itu keluarkan emisi, itu menciptakan hub jadi dalam satu rantai nilai ada berbagai cara yang bisa kita lakukan dalam penangkapan emisi karbon," ungkap Chris.
Hanya saja skema CCS Hub ini bukan tanpa risiko. Perlu ada partisipasi dari berbagai pihak agar skema ini berjalan. "Justru ada Tantangan dengan hub, kolaborasi lebih banyak partisipasi justru ada kesulitan juga menjalankan proyek, masing-masing punya kepentingannya sendiri," ungkap Chris.
Untuk itu dibutuhkan fondasi yang kuat berupa regulasi untuk menyamakan visi para pelaku usaha yang terlibat dalam CCS Hub.
Kenneth Freeman, AP Policy Director ExxonMobil, menyatakan pemerintah harus bisa memberikan kejelasan skema dalam penerapan CCS/CCUS, termasuk dari sisi regulasi sebagai payung hukum dan aturan mainnya nanti.
"Ada kepastian dari komponen kebijakan, perizinan, bagaimana cyo2 dipindahkan. Kalau ada kerangka dasar kuat itu sangat penting dibandingkan berikan roadmap ke industri," ungkap dia.
Menurut dia rencana pemerintah untuk menerbitkan aturan bagi industri di sektor lain menginjeksikan CO2 adalah langkah maju dari pengembangan dan target implementasi CCS/CCUS.
"Industri lain bisa diinjeksikan CO2-nya selain migas. Kami sangat ingin bekerja sama studi bersama Pertamina untuk kembangkan proyek CCUS hub. Ini menarik karena strategis, kedekatan indonesia dengan pasar CO2 digerakan dengan ekonomi Asia. Indonesia punya kualitas dan kapasitas storage yang baik. CCS indonesia bisa menarik industri lain seperti petrokimia. Indonesia bisa kembangkan industri triliunan dollar. Ini membuka peluang industri rendah karbon seperti amonia dan blue hidrogen," kata Kenneth.
ExxonMobil telah menandatangani Head of Agreement (HoA) dengan Pertamina yang merupakan tindak lanjut Joint Study Agreement (JSA) yang ditandatangani di Amerika Serikat pada 13 Mei 2022. Melalui penguatan kerja sama ini, Pertamina dan ExxonMobil akan mematangkan dan menyiapkan rancangan model komersial untuk pengembangan hub CCS regional di wilayah kerja PT Pertamina Hulu Energi OSES dengan potensi untuk menyimpan CO2 domestik dan internasional.
Selain dengan ExxonMobil, Pertamina juga menjalin kerjasama implementasi CCS/CCUS dengan Chevron New Energies International Pte. Ltd. (Chevron New Energies) untuk mengkaji kelayakan CCS/CCUS di Kalimantan Timur. RH