Cirebon, OG Indonesia -- Kampung Keberagaman atau Kampung Merbabu Asih berdiri di salah satu sudut kota Cirebon. Di sana berdiri empat rumah ibadah beda agama yang masing-masing berjarak hanya sepelemparan batu.
Pura Agung Jati Permana, bangunan ibadah umat Hindu berhadap-hadapan dengan bangunan Wreda milik umat Nasrani. Sementara di dekat keduanya, berdiri Masjid As-Salam. Tidak jauh dari situ, berdiri Vihara Bodhi Sejati, tempat umat Buddha beribadah. Keempatnya berada dalam satu kompleks perumahan, tepatnya di Kampung Merbabu Asih, Kelurahan Larangan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat.
Tahun ini, Kampung Keberagaman didaulat menjadi tuan rumah peringatan Hari Lingkungan Hidup di Kota Cirebon, Kamis (15/6/2023). Mengusung tema "Solusi untuk Polusi Plastik" peringatan hari lingkungan hidup di Kampung Keberagaman berlangsung meriah. Ada kegiatan coastal clean up, pembuatan zona oksigen, pembuatan lubang resapan biopori, dan kaum perempuan warga Kampung Keberagaman yang kompak membatik.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cirebon, Yuni Darti dalam sambutannya berpesan soal pentingnya bank sampah untuk memerangi sampah plastik yang jumlahnya tidak terkendali.
"Kita perlu memperkenalkan pentingnya bank sampah, terutama kepada generasi muda. Lingkungan yang baik dan sehat harus diciptakan oleh kita, karena semua berawal dari diri sendiri. Mari kita bekerja sama menciptakan lingkungan yang baik dan sehat itu," katanya. Yuni juga akan mengupayakan batik proklim yang jadi ciri khas Kampung Keberagaman untuk dipatenkan.
Seperti diketahui, Kampung Keberagaman mendapatkan program kampung iklim (Proklim) yang diinisiasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Program ini bertujuan meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk melakukan penguatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
Sebagai upaya mendukung program ini sekaligus ikut menggairahkan potensi wisata, lingkungan, dan ekonomi masyarakat, Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) ikut terlibat dalam mendukung implementasi program Batik Proklim Lestari Merbabu Asih. Salah satunya melalui pelatihan membatik yang digelar selama tiga bulan dengan melibatkan 20 perempuan dan ibu rumah tangga di Merbabu Asih.
Yang unik dari batik ini adalah menggunakan bahan batik lem. Batik lem ini lebih aman dibandingkan dengan menggunakan bahan batik yang harus dipanaskan terlebih dahulu. Bahan lem yang digunakan pun ramah lingkungan dan mudah digunakan. Lem tersebut terbuat dari komposisi tepung tapioka, terigu, kopi, lalu direbus dengan air. Batik ini minim limbah sehingga cocok untuk didistribusikan di tempat wisata Proklim.
Head of Communication, Relations, & CID PHE ONWJ, R. Ery Ridwan mengatakan pihaknya mendorong perempuan dan ibu rumah tangga di RT 08 Merbabu Asih untuk ikut pelatihan membatik ramah lingkungan. Pihaknya berharap kerja sama PHE ONWJ dan masyarakat bisa sesuai dengan konsep yang sudah dibangun dari awal.
"Kami bekerja sama dengan masyarakat dalam bentuk TJSL (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan) mulai dari wilayah kerja Kepulauan Seribu sampai Cirebon. Semoga upaya preventif yang kita semua lakukan bisa berguna untuk menjaga lingkungan tetap asri," katanya.
Perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama, Kyai Yusuf berpesan agar masyarakat di Kampung Keberagaman bisa menjaga kerukunan dari keberagaman dan menjadi teladan bagi masyarakat di luar Merbabu Asih.
Seperti diketahui, Kampung Keberagaman dikenal sebagai kampung di mana penghuninya tetap hidup rukun selama puluhan tahun meski beda dalam keyakinan. Keberagaman di tempat itu terjadi secara alamiah, sebab kampung itu merupakan sebuah perumahan yang dihuni masyarakat lintas etnis, lintas suku, dan lintas kultur.
PHE ONWJ berkomitmen untuk membangun bisnis berkelanjutan tercermin dari proses bisnis perusahaan yang mengacu aspek Environmental, Social and Governance (ESG) sekaligus mendukung tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya poin 13 terkait Penanganan Perubahan Iklim. RH