Pekanbaru, OG Indonesia -- Dalam upaya mendukung target produksi minyak sebesar satu juta barel per hari dan produksi gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari pada tahun 2030 mendatang, Pertamina turut berperan aktif dalam mengelola peluang-peluang yang ada, antara lain mengelola peluang sumberdaya Migas Non Konvensional (MNK) sebagai bagian portofolio business plan Subholding Upstream. MNK adalah hidrokarbon yang terperangkap pada batuan induk (shale oil/gas) atau reservoir klastik berbutir halus dan permeabilitas rendah yang hanya ekonomis apabila diproduksinya melalui pengeboran horizontal dengan hydraulic fracturing.
Indonesia diketahui memiliki potensi unconventional hydrocarbon yang cukup besar, namun sampai dengan saat ini, belum terdapat perkembangan yang signifikan dan berdampak kepada produksi nasional. Hal ini karena tantangan utama kesuksesan program kerja MNK adalah ketersediaan teknologi drilling lateral section dan multi stage hydraulic fracturing yang mumpuni dan cost efficient di Indonesia.
Sehingga Pertamina berinisiasi untuk mengevaluasi peluang tersebut di wilayah kerja eksisting Subholding Upstream dan mencari partner global yang mumpuni. Paska screening awal potensi MNK, Pertamina mencanangkan program kerja tahap awal, melalui sumur eksplorasi MNK Rokan di RKAP tahun 2023.
Direktur Utama PHE Wiko Migantoro menjelaskan bahwa selain tantangan aspek teknis dalam mengelola uncertainty kondisi reservoir, dipahami juga bahwasannya aspek pengeboran, stimulasi dan komplesi sumur horizontal pada reservoir yang dalam dengan lateral section yang panjang memiliki tantangan operasional dan biaya tinggi.
"Sementara nantinya terdapat peluang diperlukan lebih banyak sumur pengembangan MNK, sehingga efektivitas dan efisiensi program pengeboran dan komplesi sumuran dan ketersediaan sumberdaya menjadi faktor yang sangat menentukan dalam pengembangan MNK ke depan. Dalam tahap eksplorasi 2 sumur DET ini kami didukung oleh EOGI yang merupakan praktisi industri MNK yang telah sukses menjawab tantangan tersebut," kata Wiko, Kamis (27/7/2023).
Saat ini Pertamina melakukan pengeboran di sumur Gulamo yang menargetkan MNK “shale oil” dari Brown Shale Formasi Pematang Bagian Tengah dan selanjutnya ke sumur Kelok yang selain menargetkan MNK “shale oil” juga menargetkan MNK “tight reservoir” dari Lower Red Bed Formasi Pematang Bagian Bawah.
Sumur Gulamo adalah sumur eksplorasi vertikal MNK sebagai tahapan awal upaya percepatan pengusahaan sumberdaya MNK Rokan menuju tahapan berjenjang selanjutnya yaitu tahapan appraisal, demonstration, dan development. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ESDM no.35/2021, dalam melakukan studi potensi MNK, Pertamina melibatkan juga Tim Percepatan Pengusahaan MNK yang telah dibentuk oleh pemerintah.
“Jika dari dua sumur eksplorasi MNK Rokan dan studi potensi tersebut menunjukan hasil positif, maka tahapan lanjut appraisal, demonstration, dan development pengusahaan MNK Rokan akan memerlukan payung hukum suatu kontrak bagi hasil yang menaungi WK MNK. Permen ESDM No.35/2021 memberikan opsi mekanisme pengusulan & pembentukan KBH tersebut, yaitu; perubahan T&C, perubahan bentuk kontrak kerjasama, atau kontrak kerjasama baru. Untuk itu, Pertamina dan seluruh instansi pemerintah terkait akan bahu-membahu berkerja sama sehingga peluang MNK ini dapat di-unlock demi ketahanan energi nasional,” pungkas Wiko. RH