Pemerintah Butuh Peran Media Massa untuk Sosialisasikan Isu Transisi Energi

Jakarta, OG Indonesia -- Pemerintah Indonesia terutama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membutuhkan peran media massa untuk membantu menyosialisasikan isu-isu terkini terkait energi seperti masalah transisi energi. Seperti diketahui, Pemerintah terus mendorong proses transisi energi seiring dengan komitmennya untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060 mendatang. 

"Pemerintah dan media saling membutuhkan. Pemerintah membutuhkan media untuk membantu menyosialisasikan program pemerintah dan media membutuhkan pemerintah sebagai sumber berita," kata Mustafid Gunawan, Direktur Pembinaan Program Migas di Ditjen Migas, Kementerian ESDM, saat membuka pelatihan media bertajuk "Gas Alam dan Hydrogen: Potensi, Bisnis Proses dan Outlook" yang dilakukan secara daring, Sabtu (22/7/2023).

Terkait isu transisi energi yang sedang mengemuka di dunia, Mustafid mengatakan media perlu memiliki pengetahuan yang memadai agar berita yang disampaikan kepada masyarakat dapat diterima dan dipahami secara baik. Dia menuturkan, saat ini dunia global termasuk Indonesia sedang menuju era transisi energi. Namun bukan berarti mengabaikan energi fosil seperti minyak dan gas bumi serta batu bara yang masih memiliki peran penting di Indonesia saat ini. 

Seperti gas bumi yang menurutnya adalah sumber energi fosil yang relatif lebih bersih dan bisa berperan sebagai jembatan menuju era energi yang lebih hijau. "Kami selaku pemerintah merasa perlu untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kebijakan potensi dan pemanfaatan gas, sekaligus tantangan dan strategi pengelolaan gas di Indonesia sehingga rekan-rekan media dapat meneruskan informasi ini kepada masyarakat," jelas Mustafid.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu mengatakan di era keterbukaan informasi dan merebaknya media sosial sekarang ini semua orang seolah dapat menjadi wartawan. Agar peran wartawan tidak kian tergerus maka para jurnalis harus berpegang teguh pada kode etik jurnalistik. "Kita berharap sekali para wartawan kita profesional," tegas Ninik.

Tak hanya itu, perusahaan media juga harus terus meningkatkan kapasitas dari para jurnalisnya. "Para reporter terus-menerus harus ditingkatkan kapasitasnya, karena mau tidak mau wartawan itu harus berhadapan dengan isu yang terus berkembang," terangnya.

Pada sisi lain, para jurnalis pun harus punya keinginan untuk meningkatkan kompetensinya, sebab pers mempunyai banyak fungsi di tengah masyarakat, seperti fungsi edukasi, hiburan, sampai kontrol sosial. Dalam isu energi, para insan media terutama yang berkhidmat pada bidang ekonomi dan energi tentunya wajib memiliki pengetahuan yang lebih dalam terkait persoalan yang akan ditulisnya.

Karena itu, Ninik mengapresiasi penyelenggaraan pelatihan media terkait isu-isu energi yang diinisiasi oleh Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) dan Pamerindo yang pada tahun ini sudah memasuki tahun ke empat pelaksanaan. "Saya ingin menyampaikan selamat kepada para peserta yang mengikuti pelatihan ini terutama teman-teman wartawan dan semua pihak yang menyelenggarakan pelatihan ini," ujarnya.

Pelatihan media "Gas Alam dan Hydrogen: Potensi, Bisnis Proses dan Outlook" berlangsung selama dua hari pada Sabtu-Minggu (22-23/7/2023) dan diikuti oleh puluhan jurnalis yang tertarik pada isu energi. 

Pelatihan ini menghadirkan sejumlah pembicara kompeten pada bidangnya, seperti Elan Biantoro (Sekjen Aspermigas), Sugeng Riyono (Ketua Umum National Centre for Sustainability Reporting/NCSR), Moch. Abadi (Instruktur Senior Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Energi), Fahrur Rozi Firmansyah (Inspektur Migas, Ditjen Migas Kementerian ESDM), Beni Suryadi (Manager of Power, Fossil Fuel, Alternative Energy & Storage ASEAN Centre for Energy), hingga Moshe Rizal (Ketua Komite Investasi Aspermigas). RH