Surabaya, OG Indonesia -- Dampak positif dari masifnya pengeboran sumur pengembangan memberikan dampak bagi potensi peningkatan produksi minyak nasional. Jika produksi minyak tahun 2022 sebesar 612 ribu barel per hari (BOPD), dengan mulai meningkatnya aktivitas pengeboran sumur pengembangan 2023 mendorong produksi minyak naik menjadi 619 ribu BOPD pada awal kuartal 2 tahun 2023. Memperhatikan progres pengeboran sumur pengembangan yang semakin masif dan agresif, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan produksi minyak hingga akhir tahun 2023 bisa lebih meningkat dibandingkan tahun 2022.
Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo menyampaikan bahwa tanpa melakukan apa-apa maka produksi minyak diperkirakan hanya akan mencapai 560 ribu BOPD, namun realisasinya saat ini dapat mencapai 619 ribu BOPD, di mana pencapaian ini tentunya lebih baik dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
"Bahkan, apabila tanpa adanya kejadian unplanned shutdown, tidak ada proyek yang tertunda dan program yang telah disepakati dalam work, program & budget (WP&B) dilaksanakan tepat waktu, maka produksi minyak nasional saat ini seharusnya dapat mencapai ke level 636 ribu BOPD," ungkap Wahju dalam diskusi panel pada Rapat Kerja produksi, metering dan pemeliharaan fasilitas yang dilaksanakan di Surabaya, Jawa Timur, Senin (29/5/2023) lalu.
Lebih lanjut Wahju menyampaikan bahwa industri hulu migas sudah pulih dari pandemi, hal ini nampak dari program kerja yang masif dan agresif. Program pengeboran sumur pengembangan tercatat tumbuh lebih dari dua kali lipat dalam dua tahun terakhir. "Tidak ada industri yang pulih lebih cepat dibandingkan hulu migas, karena sudah melakukan pengeboran sumur pengembangan hingga lebih dari dua kali lipat. Ini tentu menunjukkan optimisme para pelaku industri hulu migas mengenai prospek industri ini," jelasnya.
Karena itu SKK Migas optimistis pada tahun ini produksi minyak dan gas dapat incline, bahkan untuk tahun 2024 bisa lebih cepat lagi pertumbuhannya. Investasi tumbuh signifikan dengan tahun 2023 ditargetkan investasi mencapai US$ 15,3 miliar atau tumbuh 26% dibandingkan tahun lalu dan tumbuh lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan investasi global yang sebesar 6,5%. "Kuncinya adalah bagaimana dengan program kerja yang masif diiringi dengan peningkatan produktivitas," tegas Wahju.
Sementara itu President Indonesia Petroleum Association (IPA) yang juga adalah President Director Petronas Yuzaini bin Md Yusof pada kesempatan sama menyampaikan bahwa upaya peningkatan produksi membutuhkan waktu yang panjang dan harus dilakukan secara terus menerus. "Dibutuhkan kolaborasi antar pemangku kepentingan dan dukungan insentif untuk menjadi mendorong investasi yang berkelanjutan," kata Yuzaini.
Yuzaini menambahkan bahwa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) membutuhkan dukungan dari SKK Migas agar apa yang telah disepakati dalam WP&B dapat dilaksanakan secara tuntas.
Yuzaini memaparkan ada tujuh hal yang menjadi kebutuhan bagi KKKS yaitu: jadwal shutdown di KKKS yang clear dengan mengedepankan aspek HSE, kemudahan dukungan untuk percepatan persetujuan program-program tambahan dan percepatan proyek dalam WP&B, dukungan terhadap proses pengadaan dan penyelesaian master list, integrasi yang lebih baik untuk jadwal penggunaan jack-up rig, dukungan untuk penerapan teknologi baru/pilot proyek serta kemudahan dalam proses cost recovery, optimasi penyerapan gas dan dukungan dalam rangka optimasi di antara KKKS terkait logistik yang dibutuhkan dan digunakan bersama
Sementara itu Direktur Pengembangan dan Operasi Pertamina EP SHU Awang Lazuardi menyampaikan bahwa Pertamina memberikan dukungan penuh bagi upaya Pemerintah dalam membangun ketahanan energi. Saat ini kontribusi Pertamina untuk lifting minyak mencapai 68% dan gas 33% terhadap lifting secara Nasional. Oleh karenanya, Pertamina terus melakukan berbagai upaya agar target yang telah ditetapkan dapat tercapai dan melakukan upaya filling the gap (FTG).
"Tantangan terbesar di Pertamina adalah bagaimana menjaga baseline, untuk itu Pertamina melakukan upaya peningkatan keandalan dan integrasi fasilitas, optimasi sumur melalui peningkatan program workover maupun well intervention/well service. Adapun untuk mendorong pertumbuhan produksi, kami memiliki program pengeboran sumur eksplorasi dan sumur pengembangan yang masif," terangnya.
Diungkapkan olehnya, program pengeboran sumur pengembangan di Pertamina pada tahun 2020 sebanyak 223 sumur, di tahun 2021 mencapai 350 sumur atau meningkat 57%, kemudian tahun 2022 meningkat menjadi 683 sumur atau meningkat 97% dan tahun 2023 ditargetkan sebanyak 833 sumur atau meningkat 21%.
Keberhasilan dalam meningkatkan produksi minyak dan gas nasional membutuhkan dukungan dan kesiapan tidak hanya KKKS tetapi juga industri penunjang migas. Karena itu SKK Migas telah menyusun rencana dan strategi (Renstra) Indonesia Oil and Gas (IOG) 4.0 bahwa peningkatan produksi minyak dan gas harus pula diikuti dengan peningkatan multiplier effect termasuk peningkatan kapasitas industri penunjang dalam mendukung kebutuhan KKKS dan kemampuan menjaga lingkungan yang berkelanjutan. RH