Jakarta, OG Indonesia -- Perusahaan investasi dengan portofolio bisnis yang terdiversifikasi, PT Indika Energy Tbk. (Perseroan), merilis Laporan Keuangan konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2022. Perseroan mencetak Laba Bersih US$ 452,7 juta dan Laba Inti US$ 521,2 juta. Laba Bersih tersebut meningkat signifikan hampir 700% dibandingkan tahun sebelumnya.
Melalui anak usaha Kideco Jaya Agung (Kideco), Perseroan mengalokasikan 28% dari total produksi untuk kebutuhan dalam negeri atau melebihi ketentuan 25% Domestic Market Obligation (DMO). Di tengah meningkatnya permintaan dan harga jual batu bara global, Perseroan kian memprioritaskan komitmen terhadap Environmental, Social, and Governance (ESG) dan memperkuat diversifikasi usaha di sektor non-batu bara.
Di tahun 2022, Indika Energy membukukan Pendapatan sebesar US$ 4.334,9 juta, atau naik 41,2% dibandingkan US$ 3.069,2 juta pada tahun 2021. Kenaikan Pendapatan Perseroan terutama disebabkan oleh meningkatnya harga jual batu bara di mana indeks batu bara Indonesia (ICI) 4 di tahun 2022 menjadi sebesar US$ 86,1 per ton atau naik 30,7% dibandingkan tahun sebelumnya.
Anak-anak perusahaan lainnya seperti Kideco, Indika Indonesia Resources, dan Interport juga mencatat kenaikan Pendapatan. Di tahun 2022, Pendapatan Kideco meningkat 37,0% menjadi US$ 3.008,8 juta – terutama disebabkan karena meningkatnya harga jual batu bara rata-rata dan volume penjualan. Kideco menjual 34,8 juta ton batu bara dengan harga jual rata-rata sebesar US$ 86,6 per ton.
Pendapatan Indika Indonesia Resources meningkat 73,6% menjadi US$ 861,4 juta dibandingkan US$ 496,1 juta di tahun 2021 yang disebabkan kenaikan pendapatan dari Multi Tambangjaya Utama (MUTU) dan bisnis perdagangan batu bara.
Pendapatan Interport juga meningkat 19,6% menjadi US$ 34,7 juta, di mana US$ 26,6 juta di antaranya berasal dari terminal penyimpanan bahan bakar Kariangau Gapura Terminal Energi (KGTE).
Sementara itu, Pendapatan Tripatra juga meningkat 32,1% menjadi US$ 306,2 juta dari sebelumnya US$231,8 juta di tahun 2021 yang terutama disebabkan oleh kenaikan pendapatan dari proyek BP Tangguh dan proyek baru seperti Star Energy Geothermal Salak dan Cabott.
Laba Kotor Perseroan meningkat 58,0% menjadi US$ 1.450,8 juta dari sebelumnya US$ 918,1 juta di tahun 2021. Beban Penjualan, Umum dan Administrasi tercatat meningkat 65,6% dari US$ 145,4 juta di tahun 2021 menjadi US$ 240,7 juta di tahun 2022 – terutama dikarenakan naiknya biaya pemasaran di Kideco dan MUTU serta biaya DMO di MUTU.
Sementara itu, Beban Keuangan Perseroan menurun 1,3% dari US$ 104,9 juta menjadi US$ 103,5 juta di tahun 2022 terutama disebabkan karena bunga yang lebih rendah sebesar US$ 11 juta terkait turunnya pokok obligasi akibat pelunasan obligasi lebih awal, diimbangi dengan (1) biaya pembatalan Interest Rate Swap (US$ 0,5 juta) sehubungan dengan pembiayaan kembali pinjaman di KGTE; (2) suku bunga yang lebih tinggi di anak perusahaan (US$ 0,9 juta), dan (3) biaya one-off terkait proses penawaran tender obligasi dengan premi (US$ 1,1 juta) dan amortisasi (US$ 4,3 juta).
Sebagai hasilnya, Perseroan membukukan Laba yang Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk sebesar US$ 452,7 juta, dibandingkan Laba sebesar US$ 57,7 juta pada 2021. Perseroan juga mencatat Laba Inti sebesar US$ 521,2 juta pada tahun 2022, meningkat signifikan dibandingkan Laba Inti sebesar US$ 227,9 juta di tahun sebelumnya.
Pada akhir tahun 2022, posisi kas, setara kas dan aset keuangan lain Perseroan mencapai US$ 1.257,4 juta. Realisasi belanja modal (capex) untuk bidang usaha eksisting selama 2022 adalah US$ 24,3 juta dan Perseroan juga melakukan investasi baru sebesar US$ 97,0 juta (termasuk akuisisi) untuk memperluas diversifikasi usaha. Di tahun 2022, Perseroan juga menurunkan posisi utang sebesar US$ 371,2 juta menjadi US$ 1.088,2 juta dari sebelumnya US$ 1.459,4 juta di tahun 2021 yang sebagian besar dari pembayaran lebih cepat dari obligasi Perseroan.
“Sepanjang tahun 2022, Indika Energy berhasil mencatatkan kemajuan yang signifikan pada kegiatan investasi non-batu bara yang sejalan dengan komitmen diversifikasi usaha kami. Kemajuan tersebut terutama berasal dari sektor kendaraan listrik, energi terbarukan, solusi berbasis alam, dan mineral. Selain itu, kami juga mencatat perkembangan signifikan dalam performa ESG melalui penurunan emisi scope 1 sebesar 14%,” tutur Azis Armand, Vice President Director and Group CEO Indika Energy, Rabu (29/3/2023).
Pada 16 Desember 2022, Kideco telah mendapatkan perpanjangan izin operasi menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus sebagai kelanjutan dari Kontrak/Perjanjian Pengoperasian (IUPK). IUPK diberikan sampai dengan tanggal 13 Maret 2033 dan dapat diperpanjang sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
Pada 23 November 2022, Perseroan telah melakukan pembayaran kepada ST International Co. Ltd. (STI) sebesar US$ 160,0 juta, sebagai pelunasan kewajiban sebagaimana diatur dalam Perjanjian Jual Beli (SPA).
Pada 17 Oktober 2022, Perseroan melalui Mitra Motor Group (MMG) melakukan investasi di Energi Makmur Buana (EMB), perusahaan yang bergerak di bisnis distribusi kendaraan listrik roda empat melalui penyertaan saham. Penyertaan saham dilakukan oleh MMG melalui utang konversi sebesar Rp 20 milyar.
Pada 26 September 2022, melalui Indika Mineral Investindo (IMI), Persesoan menyelesaikan pengambilalihan 100% saham Perkasa Investama Mineral (PIM). PIM adalah perusahaan yang memiliki 2 anak perusahaan yang bernama Mekko Metal Mining, bergerak di bidang pertambangan biji bauksit dan Perkasa Alumina Indonesia, bergerak di industri manufaktur untuk bahan besi selain biji (smelter).
Pada 28 Juli 2022, Indika Energy menyelesaikan divestasi atas seluruh saham 69,80% di Petrosea (PTRO).
Sementara itu, pada 19 Januari 2023, Indika Energy melalui anak perusahaannya Indika Nature telah mengakuisisi 46% saham PT Natura Aromatik Nusantara (NAN), eksportir minyak atsiri terbesar keempat di Indonesia, senilai US$ 11,5 juta.
Indika Energy telah berkomitmen untuk meningkatkan pendapatan dari sektor non-batubara menjadi setidaknya 50% pada tahun 2025 dan mencapai netral karbon pada tahun 2050. RH