Fahmy Radhi, Pengamat Ekonomi Energi UGM.
Foto: Hrp
Jakarta, OG Indonesia -- Salah satu penyumbang terbesar karbondioksida yang mencemari lingkungan adalah asap knalpot kendaraan motor yang menggunakan energi fosil. Untuk meminimalisir karbondioksida itu Pemerintah menerapkan program transisi energi untuk mencapai target zero carbon pada 2060.
Menurut pengamat ekonomi energi UGM Fahmy Radhi, salah satu program transisi energi itu adalah dengan mendorong migrasi dari kendaraan bermotor fosil ke kendaraan listrik. "Untuk mencapai migrasi tersebut, Pemerintah berupaya menciptakan ekosistem industri kendaraan bermotor, baik dalam produksi, maupun pemasaran kendaraan listrik," ucap Fahmy, Selasa (21/2/2023).
Diuraikan Fahmy lebih lanjut, dari sisi produksi, Pemerintah menciptakan keterkaitan industri dari hulu hingga hilir melalui berbagai kebijakan. Mulai dari melarang ekspor bijih nikel, hilirisasi bijih nikel untuk menghasilkan produk turunan, produksi baterai listrik hingga kendaraan listrik.
Sementara dari sisi pemasaran, menurutnya Pemerintah berupaya untuk menciptakan pasar kendaraan listrik dengan mewajibkan pengunaan Kendaraan Bermotor listrik berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) sebagai Kendaraan Dinas bagi pejabat Pemerintah Pusat dan Daerah.
"Berhubung pasar kendaraan dinas tidak begitu besar, penciptaan pasar kendaraan listrik diperluas pada konsumen perorangan melalui pemberian subsidi bagi setiap pembelian kendaraan listrik. Dalam pemberian subsidi, Pemerintah mensyaratkan kendaraan listrik harus diproduksi di Indonesia dengan tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 85%, yang diproduksi oleh putra-putri Indonesia," paparnya.
Untuk mendukung program Pemerintah dalam migrasi ke kendaraan listrik, V STORK Indonesia bekerja sama dengan PT WIKA Industri Manufaktur, PT Pos Indonesia, PT Nalendra Halilintar Samudera, dan Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta telah memproduksi dan memasarkan QYLO sepeda motor listrik.
QYLO merupakan kendaraan listrik yang akan diproduksi di Yogyakarta dan Tanah Laut, Kalimantan Selatan, yang sepenuhnya diproduksi oleh putra-putri Indonesia. TKDN QYLO sudah mencapai 85%, hanya komponen baterai masih diimpor. Saat ini, QYLO tidak hanya dipasarkan di pasar dalam negeri, tetapi juga di pasar Singapura dan Filipina.
Fahmy berharap, tidak hanya V STORK saja yang memproduksi kendaran listrik di Indonesia, tetapi juga akan hadir perusahaan nasional lainnya yang memproduksi dan memasarkan kendaraan listrik di Indonesia, sehingga Indonesia tidak hanya dijadikan sebagai pasar belaka bagi kendaraan listrik impor.
"Untuk mencapainya, perlu dukungan semua pihak, dari Pemerintah, pengusaha dan perguruan tinggi, yang secara terintegrasi mengembangkan kendaraan listrik secara inovatif berkelanjutan," harap Fahmy. RH