Badung, OG Indonesia -- Negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam Organization of The Petroleum Exporting Country (OPEC) belum lama ini melansir kajian World Oil Outlook 2022 pada ajang Abu Dhabi International Petroleum Exhibition and Conference (ADIPEC). Dalam kajiannya, OPEC memperkirakan butuh US$12 triliun investasi di bidang minyak dan gas (Migas) di 2045 untuk memenuhi kebutuhan energi.
“Melihat ke depan ke tahun 2045, proyeksi kami menunjukkan bahwa investasi lebih dari US$12 triliun akan dibutuhkan di hulu, tengah dan hilir,” kata Mohammad A. Alkazimi, Senior Upstream Oil Industry Analyst OPEC, saat berbicara pada 3rd International Oil and Gas Conference 2022 di Nusa Dua, Bali, Kamis (24/11/2022).
Alkazimi menyampaikan, permintaan kebutuhan energi akan terus meningkat hingga 23% pada 2045. Sementara itu, dalam hal investasi, OPEC terus mengulangi apa yang telah disampaikan sebelumya bahwa investasi besar diperlukan. katanya.
“Pendorong utama permintaan energi masa depan adalah pertumbuhan ekonomi global yang mencapai dua kali lipat dan penambahan sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia pada 2045," tambahnya.
World Oil Outlook mengkaji perkembangan permintaan energi dan minyak, pasokan dan penyulingan minyak, ekonomi global, kebijakan dan perkembangan teknologi, tren demografis, isu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Kajian ini menawarkan penilaian prospek jangka menengah dan panjang, tetapi bukan merupakan prediksi. Menurut Alkazimi, ketika menyusun World Oil Outlook pada 2021, tidak ada yang bisa meramalkan peristiwa yang terjadi pada 2022 terkait krisis energi, khususnya di Eropa, dan perkembangan geopolitik. Sebaliknya, Outlook menyajikan referensi yang bermanfaat sebagai wujud komitmen OPEC untuk berbagi pengetahuan dan transparansi data.
Disebutkan bahwa pendorong utama permintaan energi masa depan adalah pertumbuhan ekonomi global dua kali lipat dan penambahan sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia pada 2045. Faktor-faktor lain yang juga berperan, seperti urbanisasi dan pengeluaran kelas menengah terutama di negara-negara berkembang, serta kebutuhan energi.
Permintaan energi primer global diperkirakan akan terus tumbuh dalam jangka panjang, meningkat signifikan sebesar 23% hingga tahun 2045. Energi terbarukan akan meningkat secara signifikan lebih cepat daripada sumber lainnya dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sekitar 7,1% hingga tahun 2045.
Gas alam akan menjadi bahan bakar fosil dengan pertumbuhan tercepat. Sebagian didorong oleh tingkat urbanisasi yang lebih tinggi, permintaan industri dan penggantian batubara pada pembangkit listrik dalam jangka panjang.
“Dari komoditas minyak, kami berharap minyak mempertahankan bagian terbesar di bauran energi, menyediakan hampir 29% dari kebutuhan global pada tahun 2045,” ujarnya.
Dari perspektif regional, pendorong permintaan energi global negara-negara non-OECD yang mencatat peningkatan pertumbuhan sebesar 69 juta barel per hari (mbopd).
Permintaan minyak global diperkirakan meningkat 13 juta barel per hari (mbopd) pada 2021, dan naik menjadi 110 mbopd pada 2045.Permintaan minyak negara OECD menurun setelah tahun 2024, menjadi 34 mbopd. Ini mewakili permintaan secara keseluruhan yang mencapai hampir 11 mbopd antara tahun 2021 dan 2045.
Pada awal-awal tahun-tahun awal periode perkiraan, pertumbuhan non-OECD ini didorong oleh China. Namun, pada periode selanjutnya, India akan mengambil peran utama dengan pertumbuhan permintaan di China yang melambat secara signifikan dan bahkan berubah menjadi marjinal.
Kajian Per Sektor
Sektor penerbangan tercatat hanya mengalami permintaan bahan bakar sebesar 4,1 mbopb dari 2021 hingga 2045. Hal ini disebabkan masa pemulihan awal saat pandemic Covid 19. Setelah beberapa tahun awal pertumbuhan yang signifikan, permintaan minyak sektor transportasi diperkirakan akan tetap berada di kisaran hanya di bawah 47 mbopd. Pertumbuhan keseluruhan hingga 2045 adalah 3,8 mbopd.
Hal ini seiring dengan meningkat jumlah kendaraan listrik. Bahan bakar alternatif lain juga akan berperan dalam jumlah besar.
Sementara itu, dalam hal investasi, OPEC terus mengulangi apa yang telah disampaikan sebelumya bahwa investasi besar diperlukan. “Melihat ke depan ke tahun 2045, proyeksi kami menunjukkan bahwa investasi lebih dari US$12 triliun akan dibutuhkan di hulu, tengah dan hilir,” katanya.
Mengingat tantangan mendesak saat ini, penting untuk diingat bahwa sektor minyak yang didanai dengan baik memberikan banyak manfaat nyata bagi ekonomi global. “Singkatnya, mengingat laju pertumbuhan permintaan, tetap jelas bahwa semua bentuk energi akan dibutuhkan. Tidak ada solusi satu ukuran untuk semua untuk masa depan energi global yang berkelanjutan,” jelasnya.
Karena itu, OPEC mengakui pentingnya energi terbarukan untuk memperluas bauran energi dan untuk mengatasi tantangan global perubahan iklim. “Kami mendukung Perjanjian Paris. Negara-negara anggota kami memulai pada rencana ambisius mereka sendiri untuk mendiversifikasi portofolio energi mereka,” ujarnya.
Namun, kata dia proyeksi juga menunjukkan bahwa minyak akan mempertahankan pangsa tertinggi di global bauran energi karena permintaan produk minyak terus meningkat dalam jangka menengah dan dalam jangka panjang.
“Selain itu, mengingat keadaan saat ini, ketidakpastian terhadap pasokan dan prospek permintaan tetap tinggi, sebagian besar juga karena kurangnya kejelasan tentang ketepatan waktu investasi di sektor energi. Akhirnya, kita perlu ingat bahwa meskipun ada pertumbuhan yang signifikan di global permintaan energi, kemiskinan energi tetap menjadi masalah utama,” paparnya. RH