Foto: Ridwan Harahap |
Jakarta, OG Indonesia -- Pemerintah lewat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan
Gas Bumi (SKK Migas) terus gencar mengejar target produksi minyak 1 juta barel
per hari dan produksi gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD)
pada tahun 2030. Untuk mendukung target produksi migas pemerintah tersebut, PT
Medco Energi Internasional Tbk dalam dua tahun terakhir terus menggiatkan
usaha-usaha baru dalam kegiatan usaha hulu migasnya, baik eksplorasi maupun
eksploitasi.
“Insya Allah akan membuahkan
hasil berupa empat project yang akan terjadi onstream di tahun
depan dan tahun berikutnya,”ungkap Hilmi Panigoro, Direktur Utama PT Medco
Energi Internasional Tbk, dalam temu media nasional bertajuk “Masa Depan
Industri Hulu Migas” yang dilakukan secara daring, Rabu (10/11/2021).
Dibeberkan Hilmi, ada empat
proyek Medco yang didominasi gas bumi akan mulai berproduksi sepanjang tahun
2022 dan 2023 mendatang. Proyek pertama adalah Gas Hiu Field yang ditargetkan
gasnya mulai mengalir pada kuartal kedua 2022. “Proyek Gas Hiu diharapkan akan
mencapai produksi gas baru sebanyak 43 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD)
mulai kuartal ke dua tahun depan,” terang Hilmi.
Kemudian ada Proyek Belida
Extension yang diperkirakan akan memproduksi gas 34 MMSCFD mulai kuartal
keempat tahun 2022. Masih ada lagi tambahan produksi gas sebanyak 54 MMSCFD dari
Lapangan Bronang Field mulai kuartal keempat tahun 2023.
Sedangkan yang terakhir ada
sumbangan produksi minyak sekitar 10.000 barel per hari (barrel oil per day/bopd)
dari Lapangan Forel mulai kuartal keempat tahun 2023. Hilmi menceritakan bahwa
Lapangan Forel sebetulnya merupakan lapangan marjinal yang berhasil diupayakan
Medco bersama SKK Migas, dan Kementerian ESDM, sehingga memungkinkan dari sisi
keekonomian untuk turut menghasilkan tambahan produksi minyak.
“Kami berhasil melakukan breakthrough
di dalam memperbaiki compact terms, sehingga lapangan marjinal
seperti ini bisa diproduksikan,” jelasnya. Dengan kerja sama apik dari berbagai
pihak, Hilmi berharap kian banyak lapangan-lapangan marjinal yang bisa
diproduksikan ke depannya.
Untuk produksi migasnya, sampai
paruh pertama tahun 2021 Medco mencatat produksi sebanyak 94.000 barel setara
minyak per hari (barrel oil equivalent per day/boepd). Dengan porsi gas
mendominasi sekitar 58.000 boepd dan minyak bumi sebesar 36.000 bopd. Capaian
tersebut masih berada dalam jalur panduan 2021 yang memasang produksi migas
sekitar 95.000 boepd. Rinciannya, produksi gas ditargetkan mencapai 57.000
boepd, dan produksi minyak sekitar 38.000 bopd. Kapasitas produksi migas Medco
sendiri sejatinya bisa mencapai 110.000 boepd.
Sementara dari sisi cadangan dan sumber daya, berdasarkan data Medco sampai 30 Juni 2021, total cadangan dan sumber daya migas Medco sebanyak 1.233 juta barel setara minyak (MMBOE). Dengan rincian sumber daya kontingensi yang masih perlu dibuktikan (2C) sebanyak 944 MMBOE, dan cadangan terbukti (2P) sekitar 289 MMBOE.
Diungkapkan Hilmi, Medco terus
ambisius untuk mencari sumber-sumber migas baru untuk jadi bagian portofolio
perusahaan. “Dari waktu ke waktu tim business development kita secara
pro aktif selalu mencari peluang akuisisi yang baru, dan hari ini pun mereka
masih sibuk. Tetapi saya tidak bisa sebut satu per satu karena itu sifatnya
masih confidential,” tutur Hilmi.
Masa Depan Gas Bumi
Dalam kesempatan yang sama, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengapresiasi strategi yang diambil Medco dalam pengembangan usahanya, terutama untuk transformasi usaha dari minyak ke gas bumi. “Medco telah mengambil langkah-langkah yang pas untuk pengembangan (gas) ke depan,” puji Dwi.
Menurutnya, jalur yang telah dipilih Medco ini bisa
diikuti oleh perusahaan serta industri lainnya untuk turut bertransformasi ke
gas bumi sebab potensi sumber daya hidrokarbon Indonesia ke depannya akan lebih
banyak berasal dari gas bumi.
Dwi memaparkan, lebih dari 50% penemuan sumur eksplorasi dalam satu dekade terakhir berupa gas bumi. Kemudian dari sisi pengembangan, rata-rata 70% Plan of Development merupakan pengembangan lapangan gas. Dan berdasarkan BP Outlook 2021, Reserves to Production Gas Indonesia dua kali lebih besar dibandingkan minyak bumi. Bak berkah terselubung, potensi besar gas tersebut punya momentum tepat sejalan dengan proses transisi energi. “Sesungguhnya Indonesia memiliki keberuntungan, karena the future-nya itu adalah gas,” pungkas Dwi. RH