Jakarta, OG Indonesia -- Pihak Pertamina menceritakan betapa sulitnya perjuangan menyalurkan bahan bakar minyak (BBM) untuk Program BBM 1 Harga di daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) di Indonesia. Salah satu wilayah tersulit adalah di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
Mulyono, Direktur Logistik dan Infrastruktur PT Pertamina (Persero), mengatakan untuk penyaluran BBM 1 Harga ke Oksibil harus berganti beberapa moda transportasi, dari kapal laut, truk tangki, hingga pesawat udara.
Pertama, BBM diangkut dengan kapal besar 30.000 DWT (deadweight tonnage) dari kilang minyak di Balikpapan, Kalimantan Timur menuju terminal transit di Wayame, Ambon, Maluku. "Itu dibongkar di sana (Wayame)," cerita Mulyono saat peresmian 17 titik BBM Satu Harga secara serentak yang dipusatkan di Lombok Tengah, Nusat Tenggara Barat, Kamis (16/9/2021).
Lalu dari Ambon, BBM diangkut lagi dengan kapal 3.500 DWT menuju Terminal BBM Merauke di Kabupaten Merauke, Papua. Dari Merauke, BBM kemudian dibawa sejauh 55 kilometer ke Kabupaten Boven Digul, Papua, dengan menggunakan mobil tangki.
Setelah itu BBM kemudian diisikan ke drum-drum untuk dibawa pakai kapal menyusuri sungai sejauh 345 nautical mile menuju bandara di Boven Digoel. "Itu dipindah lagi dibawa ke pesawat. Naik pesawat dibawa ke Bandara Oksibil," jelas Mulyono.
Setelah sampai di Oksibil, kiriman BBM masih harus diangkut dengan truk sejauh dua kilometer. "Baru nyampe ke SPBU 86.995.14," ungkapnya.
Mulyono mengungkapkan, jika normalnya biaya distribusi BBM Pertamina hanya sebesar Rp 300 per liter, maka biaya distribusi BBM 1 Harga rata-rata mencapai Rp 2.500-an per liter. "Jadi kira-kira delapan kalinya," tegas Mulyono. RH