Foto: Ridwan Harahap |
Jakarta, OG Indonesia – Dengan sumber daya geothermal yang sangat berlimpah yaitu sebesar 23.765 Megawatt (MW), Indonesia bisa menjadikan energi panas bumi sebagai tulang punggung dalam proses transisi energi dari energi fosil menuju energi terbarukan. Pemanfaatan energi terbarukan yang bersih tersebut sejalan dengan komitmen global terkait adaptasi perubahan iklim yang tertuang dalam Paris Agreement.
“Geothermal sangat menjadi tulang punggung, potensinya
sangat tinggi,” tegas Moch. Abadi, Direktur JSK Petroleum Academy, dalam pelatihan
media “Pengenalan Panas Bumi dan Bisnis Prosesnya” hari pertama yang diadakan
Oil & Gas Indonesia dan Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas)
secara daring, Sabtu (25/9/2021). Kegiatan pelatihan media ini berlangsung
selama dua hari pada Sabtu-Minggu (25-26/9/2021) yang diikuti lebih dari 40
jurnalis dari seluruh Indonesia.
Pendapat senada juga disampaikan oleh Subroto, Dewan Pengawas
Aspermigas. Menurutnya, Indonesia kini tengah dalam masa
transisi dalam hal pemanfaatan energi. “Kita ini sekarang dikatakan baru berada di
dalam transisi energi dari energi fosil ke energi yang dinamakan renewable (energi
terbarukan),” ucap Subroto.
Diuraikan oleh mantan Sekjen OPEC ini, Indonesia memiliki
banyak sumber energi terbarukan, mulai dari energi surya, air, sampai panas
bumi. “Kita adalah negara yang terkenal dengan namanya ring of fire, dikelilingi
gunung-gunung berapi. Ini dengan sendirinya merupakan kekayaan alam yang bukan
main di dalam bentuk geothermal,” ucap Subroto.
Berkat karunia tersebut, saat ini pemanfaatan panas bumi
Indonesia untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sudah menempati
posisi terbesar kedua di dunia. Di mana sampai tahun 2020, kapasitas terpasang
PLTP di Indonesia mencapai 2.130,7 MW, tepat berada di bawah Amerika Serikat
dengan kapasitas terpasang PLTP terbesar di dunia yaitu sebesar 3.676 MW.
Kendati demikian, pemanfaatan panas bumi di Indonesia
tersebut masih sangat kecil yaitu kurang dari 10% dari total potensi sumber
daya geothermal yang terkandung di dalam bumi Nusantara. Tapi jika dilihat
dari sisi lain, pemanfaatan yang masih minim tersebut juga berarti bahwa Indonesia
masih menyimpan potensi sangat besar dari energi panas bumi untuk dikembangkan.
Pelatihan media “Pengenalan Panas Bumi dan Bisnis Prosesnya” yang diadakan Oil & Gas Indonesia dan Aspermigas. |
Menurut Abadi, potensi raksasa ini tentu harus
dimanfaatkan dalam upaya transisi energi apalagi seiring menurunnya produksi
minyak dan gas bumi di Tanah Air. “Jadi
sesuai dengan target Pemerintah bahwa tahun 2060 kita zero emission, nah geothermal
itu harus mulai aktif dari sekarang. Tidak boleh besok atau lusa, sekarang,”
tegas Abadi. “Jadi kalau bisa banyak perusahaan silakan beralih ke geothermal
energy,” sambungnya.
Eko Budi Lelono, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa saat ini pelaku usaha panas bumi
masih sedikit bila dibandingkan dengan industri minyak dan gas bumi. Tetapi menurut
Eko, pihak Pemerintah yakin panas bumi bisa jadi andalan Indonesia di masa
depan.
“Karena kita berada di wilayah yang memiliki potensi sumber
daya yang besar. Selain itu panas bumi merupakan energi yang berkelanjutan,
ramah lingkungan dan telah memiliki aturan dalam Undang-Undang No. 21 Tahun
2014 tentang Panas Bumi,” paparnya.
Eko menjelaskan, saat ini sudah ada 16 PLTP yang beroperasi
di seluruh wilayah Indonesia. “Kita akan berusaha untuk menambah pembangkit
listrik tenaga panas bumi ini hingga ke pulau-pulau kecil dan terluar di masa
yang akan datang,” tegas Eko. RH