Ashadi, Vice Chairman Jakarta Drilling Society. |
Jakarta, OG Indonesia – Pengembangan wilayah kerja (WK) panas bumi dari survei awal sampai mulai beroperasinya pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) biasanya membutuhkan waktu 5-7 tahun. Menurut Ashadi, Vice Chairman Jakarta Drilling Society, waktu pengembangan yang cukup lama tersebut sebenarnya bisa dipercepat menjadi 2-3 tahun saja.
“Belakangan ini banyak breakthrough dari sisi
teknologi dan pendekatan project development-nya, itu bisa
dikembangkan dalam waktu dua sampai tiga tahun,” ucap Ashadi dalam pelatihan
media bertajuk “Pengenalan Panas Bumi dan Bisnis Prosesnya” yang diadakan
Aspermigas dan Oil & Gas Indonesia secara virtual, Sabtu (25/9/2021).
Sebelumnya, biasanya untuk kegiatan survei awal, eksplorasi,
tes pengeboran, serta project review & planning, dilakukan pada tiga
tahun pertama. Lalu, pada tahap akhir dalam kurun waktu tersebut lazimnya juga disepakati
Power Purchase Agreement (PPA) atau kesepakatan jual beli tenaga listrik
antara perusahaan pengembang panas bumi dengan PLN. PPA ini sangat krusial sebab
menjadi kunci dari keberlangsungan proyek PLTP yang tengah dikerjakan.
Setelah masalah PPA sudah jelas, baru kemudian pada tahun
ketiga hingga keempat mulai dikerjakan field developmet yang dikuti
proses konstruksi dari tahun keempat hingga keenam. Lalu pada akhirnya di tahun
ketujuh sudah bisa dilakukan start-up & commissioning yang menandai
dimulainya operasi PLTP untuk menghasilkan listrik.
Ashadi memaparkan, terobosan dari sisi teknologi bisa
dilakukan untuk mengakselerasi pengembangan WK panas bumi menjadi PLTP. Diungkapkan
olehnya, selama ini biasanya proyek PLTP dilakukan dalam skala besar dengan
kapasitas 50-100 Megawatt (MW). Hal ini tentunya menuntut perusahaan pengembang
panas bumi melakukan pengeboran sumur dalam jumlah yang banyak.
Namun kini ada teknologi PLTP untuk skala modular/kecil. “Sekarang
ada teknologi power plant-nya modular, jadi bisa kita bentuk power
plant dengan kapasitas 5 Mega (MW), 8 Mega. Dampaknya apa? Kita ngebor 1-2
sumur, kita bisa langsung pasang power plant, (terus masuk) general
income, sambil paralel kita ngebor sumur yang lain lagi,” papar Ashadi.
Dia menegaskan, selain bisa lebih cepat dari sisi waktu, PLTP modular juga bisa
mendatangkan early revenue lebih cepat bagi perusahaan.
Kemudian untuk terobosan dari sisi project management, diuraikan
Ashadi, dari delapan tahapan pengembangan proyek PLTP dari survei awal hingga
tahap operasi dan perawatan, sebenarnya banyak tahapan yang bisa dikerjakan
bersama secara paralel. “Risiko (memang) ada, tetapi itu bisa di-manage,”
tegasnya.
Lebih cepatnya pengembangan panas bumi dari sekitar tujuh tahun menjadi hanya tiga tahun tersebut tentu akan menjadikan proyek panas bumi kian menarik di mata investor. “Bayangkan kalau tujuh tahun pay back-nya kapan? Tetapi kalau bisa commissioning dalam dua sampai tiga tahun otomatis return-nya akan lebih cepat, buat investor akan lebih menarik dan buat developer juga lebih menarik,” tutupnya. RH