Foto: Dok. Medco |
Jakarta, OG Indonesia – “Dunia membutuhkan energi. Sekarang, besok, dan dalam tahun-tahun yang akan datang,” demikian prolog dari video yang ditautkan MedcoEnergi di stan virtualnya pada ajang Indonesian Petroleum Association Convention & Exhibition (IPA Convex) ke 45 tahun 2021 yang digelar secara daring, 1-3 September 2021. Medco menyadari, energi minyak dan gas bumi (migas) masih dan akan dibutuhkan dunia dalam tahun-tahun ke depan.
Myrta S. Utami, VP Corporate
Planning & Investor Relations PT Medco Energi Internasional Tbk.,
mengatakan dalam portofolio Medco saat ini segmen migas masih menjadi
kontributor utama bagi bisnis perusahaan. “Sehingga alokasi Capex (Capital
Expenditure) juga masih akan didominasi oleh oil and gas,” ucap
Myrta dalam konferensi pers secara daring di sela-sela IPA Convex 2021, Rabu
(1/9/2021).
Dipaparkan Myrta, ada tiga pilar
utama dalam bisnis Medco saat ini, yaitu migas, clean power, dan
pertambangan mineral. Dari total Capex tahun ini yang sebesar US$ 215 juta, nyaris
sekitar 70% masih diperuntukkan untuk pengembangan bisnis migas yakni sebanyak
US$ 150 juta. Sisanya sekitar US$ 65 juta dipergunakan untuk segmen ketenagalistrikan.
Untuk bisnis migas sendiri, Medco
saat ini kian memapankan eksistensi usahanya di regional Asia Tenggara, mulai dari
Indonesia, Malaysia, Thailand, sampai Vietnam. Ada lagi beberapa portofolio
hulu migas Medco di luar kawasan ASEAN, seperti di Yaman, Oman, Libya,
Tanzania, hingga Meksiko.
Dominasi Kontribusi Migas
Dari beberapa aset hulu migasnya
yang telah berjalan, produksi migas Medco telah mencapai 95 ribu barel setara
minyak per hari (barrel oil equivalent per day/BOEPD). Rinciannya, untuk
produksi minyak sebanyak 40 ribu barel per hari dan produksi gas mencapai 322
juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) atau sekitar 60% dari produksi minyak
dan gas bumi Medco secara keseluruhan. Produksi tersebut menjadi motor bagi
perusahaan dengan kontribusi terhadap EBITDA mencapai 96%.
Salah satu proyek hulu migas Medco yang sudah berproduksi sejak tahun 2018 adalah Blok A di Aceh. Dengan lima lapangan gas yang ada di Blok A, saat ini sudah dijalankan proyek fase pertama untuk pengembangan tiga lapangan yaitu Alur Siwah, Alur Rambong, dan Julu Rayeu.
Di Sulwaesi Tengah ada juga proyek Senoro-Toili yang telah menghasilkan gas sejak tahun 2015. Salah satu produsen gas terbesar di Indonesia ini menyalurkan rata-rata 320 MMscfd gas untuk kilang Donggi Senoro LNG (DSLNG), pabrik amonia, serta PLN.
“Untuk kedua blok ini masih ada next
phase-nya, akan ada phase 2 untuk Blok A Aceh dan Senoro-Toili yang
masih kami kaji untuk pengembangan selanjutnya,” ungkap Myrtha.
Myrta S. Utami, VP Corporate Planning & Investor Relations PT Medco Energi Internasional Tbk. |
Sebagai dampak aksi akuisisinya
terhadap Ophir Energy tahun 2019 lalu, Medco juga menambah sejumlah aset migas
baru. Dari luar negeri ada Block B8/38 Bualuang di lepas pantai Teluk Thailand. Ada lagi
Lapangan Meliwis di Blok Madura Offshore di mana first gas-nya sudah
dilakukan pada Juli 2020 lalu. Kini produksi gas bumi Lapangan Meliwis
sekitar 20 MMscfd yang dimanfaatkan oleh PGN di Jawa Timur.
Mryta menjelaskan, dalam melakukan
akuisisi dan menambah aset-aset migas baru ke depannya, Medco sangat
memperhatikan aspek added value atau nilai tambah. “Tidak ada spesifik production
target, tetapi lebih ke arah apakah ada added value, bagaimana kita
meng-enhance skill dari perusahaan, meng-improve organisasi dan
juga kapabilitas dari perusahaan untuk grow atau bertumbuh lebih besar
lagi,” tuturnya.
Seimbangkan Migas dan Energi
Terbarukan
Langkah Medco memperkuat
portofolio migas tersebut seiring sejalan dengan pengembangan bisnis energi terbarukan
perusahaan. Hal ini untuk mengantisipasi tren transisi energi dunia menuju
energi hijau. Apalagi menurut Myrta saat ini investor di dunia juga sudah
melihat ESG (Environmental, Social & Governance) atau kriteria lingkungan,
sosial dan tata kelola perusahaan, sebagai aspek penting dalam kegiatan suatu perusahaan.
“Jalannya sudah menuju ke arah sana,” tegas Myrta.
Kendati demikian investasi hulu
migas masih sangat dibutuhkan pada saat ini. Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan industri hulu migas sebagai salah satu
sektor penting harus terus menjalankan aktivitasnya guna mencari serta
memproduksi minyak dan gas bumi. “Selain sebagai sumber energi, industri hulu
migas juga merupakan penggerak perekonomian nasional,” ucap Menteri ESDM saat
membuka IPA Convex 2021, Rabu (1/9/2021).
Menurut Arifin, transisi dari
energi fosil menuju energi bersih dan terbarukan memerlukan proses peralihan yang
terukur, apalagi di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini. “Dalam masa
krisis ini peran migas masih sangat strategis,” ujar Arifin.
Pendapat senada disampaikan
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro. Menurutnya di
tengah transisi energi saat ini, posisi industri migas masih sangat dibutuhkan.
“Saya kira masih diperlukan peran industri fosil dalam periode yang cukup
panjang,” kata Komaidi kepada OG Indonesia, Kamis (2/3/2021).
Komaidi menambahkan, langkah Medco yang mampu menjalankan pengembangan energi berbasis fosil dan energi terbarukan secara bersama sudah tepat, sebab hampir semua perusahaan migas melakukan hal yang sama. “Mereka mengembangkan EBT bukan semata pindah bisnis tetapi untuk menyeimbangkan,” pungkas Komaidi. (Ridwan Harahap)