Jakarta, OG Indonesia -- Percepatan serta penerapan strategis energi terbarukan dan energi gas dapat berkontribusi pada lajunya proses pengurangan perubahan iklim dalam jangka pendek, seraya mendukung program pengurangan emisi karbon dunia di masa depan.
Usulan dekarbonisasi dari sudut pandang sektor energi ini merupakan salah satu fokus pembahasan para pembicara pada kegiatan diskusi perubahan iklim yang diadakan oleh GE secara daring, Kamis (29/4/2021).
Sesi diskusi yang diadakan seiring dengan kegiatan Earth Day and Leaders’ Summit on Climate ini dihadiri oleh beberapa tokoh penting seperti Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Ridan Mulyana, Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini, dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Regional Engineering Director GE Gas Power Som Shantanu mengisi sesi utama presentasi dengan menyampaikan beberapa rekomendasi dari kajian terbaru GE ‘Accelerated Growth of Renewables and Gas Power Can Rapidly Change the Trajectory of Climate Change’. Som Shantanu menyatakan bahwa tidak ada sumber energi yang memadai jika digunakan secara mandiri. Namun jika pemakaiannya digabungkan, sumber-sumber energi tersebut dapat mendukung proses dekarbonisasi pada kecepatan dan skala yang diperlukan untuk membantu mencapai tujuan iklim yang substansial.
Seiring dengan tujuan Indonesia untuk dapat menggunakan energi terbarukan sebanyak 23% pada 2025 dan untuk mengurangi emisi gas kasa sebesar 29% pada 2030, CEO GE Indonesia Handry Satriago menyatakan diskusi seperti sangat penting dan relevan.
“Sebagai salah satu pelaku industri pada sektor energi yang menyediakan hamper 30% dari kebutuhan listrik saat ini – GE selalu mencari cara untuk memperkenalkan ide-ide baru, pemikiran, beragam teknologi dan kajian terkini dalam memberikan dukungan bagi rencana masa depan energi Indonesia,” ucapnya.
Handry juga menyatakan bahwa seiring dengan rencana pemerintah Indonesia yang akan melipatgandakan kapasitas energi terbarukan dari 9% di 2020 menjadi 23% di 2025, beberapa pembangkit listrik baru akan diupayakan dapat beroperasi dengan biaya rendah dan menggunakan sumber-sumber daya lokal asli.
“Memperkenalkan solusi-solusi yang kompetitif dan fleksibel untuk menstabilkan jaringan listrik serta keseimbangkan energi terbarukan berselang adalah fokus yang lainnya, dan kami berharap dapat berperan aktif dalam transisi ini,” tambahnya.
Dalam hal energi terbarukan, GE telah menghasilkan lebih dari 100 MW dari pembangkit listrik tenaga panas bumi dan air yang dibangun di Indonesia. GE juga menyediakan teknologi yang digunakan pada pembangkit listrik tenaga panas bumi Karaha dan tenaga air Jatiluhur di Jawa Barat, dan telah mendukung pembangkit listrik tenaga panas bumi Lahendong selama lebih dari 20 tahun.
Kehadiran GE di lansekap energi Indonesia yang cukup luas juga cukup signifikan, melalui pengalaman, beragam teknologi pembangkit listrik, GE telah membangun pembangkit listrik dengan total kapasitas lebih dari 25 GW. Sebagian besar menggunakan tenaga gas, uap, dan energi-energi terbarukan lainnya.
Fokus penting lainnya adalah inovasi, dan turbin gas kelas H telah diperkenalkan GE di Indonesia. Reputasi ini terus dijaga oleh GE melalui beragam proyek seperti Jawa 1, Tambak Lorok, dan proyek-proyek lainnya. Turbin gas HA merupakan salah satu terobosan teknologi dari GE. Sebagai salah satu turbin gas yang paling efektif di dunia, turbin gas HA melampaui beberapa rekor industri dan rekor dunia dalam hal kinerja.
GE juga menawarkan rangkaian turbin gas teruji untuk hidrogen dan operasional yang serupa dengan bahan bakar rendah BTU, dengan lebih dari 6 juta jam operasional dalam beberapa dekade untuk penggunaan di lebih dari 75 turbin gas. GE terus melakukan riset dan pengembangan teknologiteknologi hidrogen dan carbon capture, bermitra dengan Global Research Center GE untuk membantu lebih banyak pengurangan jejak karbon hingga mendekati nol pada penggunaan energi gas.
GE juga melakukan beragam proyek percontohan dekarbonisasi dengan para pelanggan sepanjang 2021 dan 2022, baik untuk proyek-proyek berbasis bahan bakar hidrogen dan teknologi pemerangkapan. GE Gas Power baru-baru ini juga mengumumkan keikut-sertaan pada Carbon Capture Coalition, sebuah kolaborasi lebih dari 80 perusahaan dan organisasi yang mendukung kebijakan ekonomis untuk penerapan carbon capture, mobilisasi, penggunaan, pemusnahan dan penyimpanan.
Cara GE lainnya untuk mendukung transformasi energi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia adalah dengan secara terus-menerus memperkenalkan beragam teknologi industri terdepan yang dapat diterapkan.
Seiring dengan potensi kapasitas energi angin di Indonesia yang mencapai 61 GW, GE saat ini menjelajahi kesempatan untuk membawa pengalamannya dalam tenaga angin ke Indonesia. GE merupakan salah satu penyedia turbin angin terdepan di dunia saat ini dengan lebih dari 49.000 telah terpasang secara global. Haliade-X dari GE, salah satu turbin angin pantai terkuat di dunia, akan membuat angin pantai menjadi sumber energi bersih yang lebih hemat dan kompetitif
Untuk pasar Indonesia, platform turbin pantai GE bernama Cypress diperkirakan cukup cocok. Cypress ditenagai oleh desain revolusioner dua unit bilah, membuat bilah-bilah tersebut dapat dibuat lebih panjang dan meningkatkan faktor logistik untuk memberikan pilihan pemasangan. Desain yang unik memungkinkan turbin yang lebih besar dapat dipasang pada lokasi-lokasi yang sebelumnya tidak bisa dijamah.
Untuk mendukung rencana energi baru di Indonesia, GE juga melihat adanya kesempatan yang menarik pada energi air dan hybrid (penyimpanan energi dan energi surya). Modernisasi infrastruktur energi merupakan fokus lainnya. GE dan Hitachi ABB baru-baru ini menanda-tangani kesepakatan untuk mempercepat penggantian SF6, gas rumah kaca yang ampuh dan kerap digunakan pada peralatan listrik bertegangan tinggi, dengan gas g3 dari GE, sebuah alternatif yang lebih ramah lingkungan.
“GE percaya bahwa kombinasi tenaga angin dengan gas dan jaringan listrik dapat membuat perbedaan besar untuk memenuhi tiga masalah energi (kesinambungan, terjangkau, dan dapat diandalkan), dan mengurangi emisi secepat mungkin,” tambah Handry Satriago. “Dan kami berupaya sekuat tenaga dengan kapabilitas kami untuk mewujudkan transisi energi," pungkasnya. R2