Jakarta, OG Indonesia -- Menjadi kilang yang tertua di tanah air tak menjadikan kilang Pertamina Plaju tergerus zaman. Bahkan, setelah beroperasi selama lebih dari 100 tahun, kilang ini terus menunjukkan eksistensinya melalui beragam inovasi dan pengembangan demi mencapai optimalisasi dan keunggulan operasional dengan mengikuti perkembangan teknologi terkini.
Sepanjang tahun 2020 lalu, di bawah lini bisnis pengolahan dan petrokimia yang diujungtombaki oleh PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI), kilang Plaju melaju tanpa ragu menghasilkan sebanyak 22 produk dengan volume total lebih dari 35 juta barel.
Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical PT KPI, Ifki Sukarya membeberkan, beberapa produk unggulan kilang Plaju di antaranya, bahan bakar ramah lingkungan untuk mesin diesel yang dikenal dengan nama Biosolar B30; bahan bakar pesawat terbang Avtur; bahan bakar yang sudah akrab di kalangan pengendara, yakni Pertamax dan Dexlite; produk non-BBM seperti LPG, Musicool, dan Breezon; serta Polytam, produk petrokimia andalan industri plastik.
Produktivitas tinggi kilang Plaju tersebut telah meninggalkan “jejak ekonomi” yang signifikan sepanjang tahun 2020. Yang paling jelas adalah dari pembelanjaan barang dan jasa kepada pemasok dan vendor lokal. Upaya ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat setempat untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan mereka. Para pemasok dan vendor lokal merupakan badan usaha yang beroperasi di Kabupaten Banyuasin dan Kota Palembang serta telah mendapatkan surat izin operasi dari Pemerintah Kabupaten Banyuasin dan Pemerintah Kota Palembang atau Provinsi Sumatera Selatan.
Di samping barang dan jasa, penciptaan lapangan pekerjaan merupakan salah satu jejak ekonomi kilang Plaju yang tak kalah penting. Tidak sekadar menyerap tenaga kerja, kilang Plaju juga memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar dengan adanya tenaga kerja lokal—mereka yang lahir di Provinsi Sumatera Selatan—di antara ribuan tenaga kerja tersebut. Bahkan, data akhir 2020 menunjukkan terdapat tenaga kerja lokal yang telah menduduki posisi manajemen senior sebanyak 12 orang. Hal itu dapat tercapai karena kilang Plaju secara aktif melakukan rekrutmen calon pelamar kerja di beberapa perguruan tinggi atau sekolah di Provinsi Sumatera Selatan.
Dampak ekonomi yang juga penting untuk dicatat adalah kontribusi pajak kilang Plaju yang hampir mencapai Rp 180 miliar. Selain untuk negara, kilang Plaju juga menyumbangkan pajak sebesar Rp 57 miliar kepada daerah. Pajak daerah tersebut sebagian besar didominasi oleh pajak bumi dan bangunan, sedangkan lainnya merupakan pajak pemanfaatan air permukaan industri serta pajak penerangan jalan non-PLN.
“Dengan kontribusi pajak daerah hampir Rp 60 miliar, kilang Plaju menjadi salah satu penyumbang pajak daerah terbesar di Palembang dan Sumatra Selatan. Inilah contoh nyata economic footprint, sumbangsih dari kilang Pertamina untuk terus memberikan energi, semangat dan kontribusi dalam membangun negeri,” tutup Ifki. R3