Jakarta, OG Indonesia -- Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin menegaskan bahwa ketahanan energi merupakan salah satu fokus kerja Pemerintah dalam mewujudkan visi pembangunan Indonesia menuju tahun 2045.
"Ketahanan energi harus jadi prioritas pembangunan nasional untuk mewujudkan kemandirian pengelolaan energi, menjamin ketersediaan energi, dan terpenuhinya sumber energi dalam negeri, serta mengoptimalkan pengelolaan sumber daya energi secara terpadu dan berkelanjutan," ucap Wapres saat memberikan orasi ilmiah di acara Dies Natalis ke-5 Universitas Pertamina yang diadakan secara daring, Senin (1/2/2021).
Wapres menjelaskan, sebagai negara berkembang Indonesia memiliki kebutuhan energi yang terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk dan industri. "Selain soal kebutuhan energi, faktor penting dalam ketahanan energi adalah keadilan terhadap akses energi," jelasnya.
Karena itu, Ma'ruf menegaskan kebijakan energi harus berpihak kepada masyarakat miskin dan rentan. Dia mencontohkan, kendati rasio elektrifikasi sudah mencapai 99%, tetap saja masih banyak wilayah yang belum mendapatkan akses listrik. Lalu untuk elpiji, meskipun Pemerintah untuk tahun 2021 ini telah mengalokasikan anggaran Rp 54 triliun untuk subsidi elpiji dan menyediakan elpiji sampai 7,5 juta metrik ton, ternyata masih terdapat lebih dari 12,51 juta rumah tangga miskin yang memasak menggunakan kayu bakar.
"Kebijakan subsidi energi di Indonesia harus diperbaiki kalau kita ingin tercipta keadilan akses energi untuk meningkatkan ketahanan energi nasional," ucapnya. Seperti untuk subsidi listrik sejak tahun 2017, Pemerintah memberlakukan subsidi listrik tepat sasaran untuk kelompok daya 900 VA. "Jumlah masyarakat miskin yang menikmati subsidi listrik meningkat, dari hanya 26 persen sebelum 2017 menjadi 44 persen pada tahun 2018," ungkapnya.
Kepada Universitas Pertamina yang program studinya banyak berhubungan dengan industri energi, Wapres mengungkapkan harapannya agar Universitas Pertamina menghasilkan cendekia yang berkarakter. “Universitas Pertamina harus terus melahirkan SDM unggul yang produktif dalam menghasilkan sesuatu yang membawa manfaat dan maslahat bagi masyarakat,” ungkapnya.
Universitas Pertamina memang menempati posisi unik karena kedekatannya dengan industri energi khususnya Pertamina dan seluruh anak perusahaannya. Sehingga mampu menjembatani kebutuhan industri energi dengan kapabilitas akademik yang dimilikinya.
Wapres juga menyampaikan agar Universitas Pertamina terus melakukan terobosan-terobosan untuk menjadi universitas yang berprestasi dari segi kualitas dan kapasitas pengajar, kualitas program studi, pengembangan riset dan inovasi, serta pengabdian kepada masyarakat.
Dies Natalis ke-5 Universitas Pertamina
Dalam acara Dies Natalis ke-5 Universitas Pertamina tersebut, bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek)/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Republik Indonesia, Universitas Pertamina meluncurkan inovasi platform aplikasi penelitian bernama Call UP. Platform teknologi informasi ini bermanfaat mengkorelasikan riset dan inovasi yang dilakukan oleh ilmuwan serta badan riset, dengan kebutuhan pasar.
Bambang Brodjonegoro, Menteri Ristek/Kepala BRIN dalam peluncuran Call UP secara daring di acara Sidang Terbuka Dies Natalis ke-5 Universitas Pertamina, mengutarakan platform kerja sama ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antara akademisi, industri, dan pemerintah dalam pengembangan portofolio penelitian.
"Platform ini akan membuka aksesibilitas penelitian dan pendanaan, kolaborasi antara industri dan akademisi atau badan riset, serta menyediakan informasi kebijakan dari pemerintah. Tujuannya tentu untuk menghasilkan penelitian dan inovasi yang dapat menyelesaikan permasalahan di masyarakat,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Universitas Pertamina, Akhmaloka, mengungkapkan di usianya yang ke lima Universitas Pertamina terus menguatkan ekosistem riset dan inovasi di kampus.
"Website Science and Technology Index (SINTA) milik Kemenristek BRIN menempatkan Universitas Pertamina pada ranking 76 sebagai perguruan tinggi dengan produktivitas publikasi riset terbaik di level nasional dari total 5.079 perguruan tinggi. Pencapaian ini sangat baik di usia yang baru menginjak lima tahun,” ujar Akhmaloka. RH