Mandailing Natal, OG Indonesia -- PT Sorik Marapi Geothermal Power (PT SMGP), pada Kamis (25/2/2021) kemarin telah memulai kembali sebagian aktivitas panas buminya pasca kejadian paparan gas beracun H2S yang menyebabkan meninggalnya 5 warga Sibanggor Julu di sekitar wilayah operasi perusahaan pada tanggal 25 Januari lalu.
Kegiatan beroperasi kembalinya proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Marapi ini berdasarkan surat persetujuan permohonan kepada Kementerian ESDM Republik Indonesia tertanggal 19 Februari 2021 dengan nomor surat T-348/EK.04/DEP.T/2021.
Dalam keterangan resmi yang diterima OG Indonesia dari PT SMGP, pengoperasian kembali perusahaan ini sudah pula disetujui Bupati Mandailing Natal dalam pembahasan rapat bersama Forkopimda Plus, Camat Puncak Sorik Marapi, serta Kepala Desa di Wilayah Kerja Panas bumi (WKP) Sorik Marapi.
Adapun unit yang diizinkan untuk beroperasi sementara ini adalah PLTP WKP Sorik Marapi Unit 1 (45 MW) dengan kegiatan operasional 2 unit rig pengeboran panas bumi. “Kami berkomitmen untuk bertanggung jawab penuh memastikan kegiatan operasional tersebut telah memenuhi seluruh ketentuan dan prosedur keselamatan panas bumi," tegas Riza Glorius Pasikki, Chief Technology Officer PT SMGP dalam keterangannya yang dalam hal ini bertindak sebagai Direktur Utama.
Harris Yahya, Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM dalam kunjungannya untuk menyaksikan dimulainya kembali kegiatan panas bumi yang diawali dengan operasional pengeboran mengatakan, “Secara teknis, kegiatan operasional panas bumi ini sudah bisa berjalan secara baik, aman, lancar."
"Kami mengharapkan sinergi dengan masyarakat dijamin perusahaan, agar manfaatnya bisa dirasakan secara luas baik langsung maupun tidak langsung tanpa perlu terjadinya gesekan-gesekan," sambung Harris.
Sementara itu Ketut Sujata, Tim Investigasi Kecelakaan Kerja dari EBTKE, Kementerian ESDM mengungkapkan bahwa kondisi di WKP Sorik Marapi yang dikelola PT SMGP sudah aman. "Dengan pemasangan alat deteksi H2S sebanyak 6 unit memberikan tambahan pengaman bagi masyarakat sekitar," terangnya.
Ketut juga menjelaskan, sebagai tindak lanjut juga dilakukan edukasi bagi masyarakat sekitar WKP Sorik Marapi seputar H2S. "Bagaimana membedakan gas beracun, H2S dengan belerang, bagaimana pertolongan pertama bagi korban jika terjadi paparan dan terutama manfaat yang bisa dihasilkan dari sinergi aktivitas panas bumi untuk usaha pertanian sampai usaha pariwisata di sekitarnya," tutupnya. RH