Jakarta, OG Indonesia -- Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang jatuh setiap tanggal 21 Februari menjadi suatu pengingat bahwa persoalan sampah harus menjadi perhatian utama berbagai pihak dan melibatkan seluruh komponen masyarakat dalam pengelolaannya. Partisipasi aktif masyarakat dalam memilah dan mengelola sampah, khususnya sampah rumah tangga dan lingkungan, memegang peranan penting. Hal ini yang dilakukan Shell Indonesia, di mana sejak 2015 melibatkan masyarakat dari daerah sekitar Pabrik Pelumas Shell Indonesia di Marunda, Bekasi, dalam pengelolaan sampah terpadu. Kegiatan yang bertajuk Desa BERSEMI (Bersih, Sehat dan Mandiri) merupakan inisiatif penanganan sampah dengan pendekatan ekonomi sirkular yang mengubah sampah menjadi produk yang bernilai ekonomi.
Pada tahun 2021 ini peringatan HPSN bertema “Sampah Bahan Baku Ekonomi di Masa Pandemi”, di mana salah satu dari fokus Pemerintah Indonesia adalah memperkuat partisipasi publik dalam upaya menjadikan sampah sebagai produk yang memiliki nilai ekonomi melalui gerakan memilah sampah. Dian Andyasuri, President Director dan Country Chair Shell Indonesia mengatakan, kegiatan memilah dan mengolah sampah rumah tangga ini telah menjadi bagian yang ditanamkan oleh Shell Indonesia kepada masyarakat yang berpartisipasi dalam program Desa BERSEMI.
“Kolaborasi Shell Indonesia dengan warga dan pemangku kepentingan lainnya dalam program Desa BERSEMI telah memberikan hasil yang positif untuk kemajuan desa. Program ini sejalan dengan penerapan ekonomi sirkular, serta fokus pemerintah untuk memperkuat partisipasi masyarakat dalam memilah, mendaur ulang, dan menjadikan sampah sebagai bahan baku untuk mendukung kegiatan ekonomi,” kata Dian dalam keterangan resminya kepada OG Indonesia, Senin (22/2/2021).
Program Desa BERSEMI telah memberikan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Berangkat dari masalah penanganan sampah yang sudah menahun di lingkungan mereka, Shell Indonesia bersama beberapa warga berinisiatif mengolah sampah untuk dijadikan sumber penghasilan tambahan bagi warga desa. Melalui berbagai pembinaan dan pelatihan, secara perlahan perilaku 3R (Reduce, Reuse, Recycle) atau mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah, perlahan menjadi budaya di kalangan warga Desa Segara Makmur, Pantai Makmur, dan Samudera Jaya yang berpartispasi dalam program ini.
Program Desa BERSEMI melatih dan membina warga dalam mengelola sampah organik menjadi pupuk, memanfaatkan lahan untuk pertanian, membuat dan menjual jajanan dari olahan tanaman pangan yang ada di lahan mereka, serta memanfaatkan sampah plastik untuk memulai usaha mikro kerajinan tangan dan menghasilkan bahan bakar minyak. Selain dari daur ulang sampah itu sendiri, masyarakat juga mendapat manfaat ekonomi langsung dengan adanya Bank Sampah di desa Segara Makmur yang mengajak warga untuk ‘menabung’ sampah anorganik, seperti plastik, logam, kaca, kertas.
Dengan ‘menabung’ sampah, warga mendapatkan dana yang dicatat di buku tabungan masing-masing yang dapat diambil ketika mereka membutuhkan. Sementara itu, sampah yang telah disetor ke Bank Sampah dijual ke para pengepul sampah. Saat ini, telah lahir lebih dari 10 usaha mikro dari program pengelolaan sampah dan lebih dari 200 keluarga yang mendapatkan manfaat secara sosial, ekonomi maupun lingkungan.
Keberhasilan pengelolaan sampah di Program Desa BERSEMI tidak lepas dari peran aktif para kader yang bersemangat dan berkomitmen tinggi untuk membuat perubahan dalam mengelola sampah, menjadi role model dan menggerakan masyarakat secara konsisten di lingkungannya. Di antara mereka ada Eusebia Markhesy dan Rokaya yang berperan aktif sebagai figur pendorong pelestarian lingkungan. Mereka juga menjadi teladan dalam penerapan ekonomi sirkular sampah skala terkecil, yaitu lingkungan rumah tangga.
“Saya ajak para tetangga untuk berpartisipasi aktif dalam mengelola sampah rumah tangga yang mereka hasilkan sehari-hari. Saya senang melihat bahwa sampah plastik yang biasanya menjadi timbunan tidak terpakai, sekarang bisa dijadikan berbagai kerajinan tangan untuk dijual dan menjadi sumber penghasilan tambahan bagi kami,” kata Eusabia yang telah ikut dalam program Desa BERSEMI sejak awal.
Ia juga proaktif dalam memancing minat para anggota PKK di sekitarnya untuk terlibat dalam pengolahan sampah plastik di desa. Ia bertekad untuk membuka mata setiap warga untuk melihat manfaat besar dari daur ulang sampah, seperti pot bunga atau peralatan rumah tangga lainnya dari bekas kemasan plastik serta pupuk kompos dari sampah dapur.
Sementara itu, Rokaya yang aktif berkegiatan di Rumah Pangan Lestari (RPL) binaan program Desa BERSEMI memutar kembali pemasukan uang dari hasil tanaman untuk mengembangkan bahan baku produksi berbagai obat herbal dan makanan ringan untuk dijual ke masyarakat. Ia bercita-cita, nantinya RPL bisa membuka lapangan usaha bagi warga dan semakin membantu pertumbuhan ekonomi desa, tentunya juga lebih menumbuhkan kesadaran warga akan pelestarian lingkungan.
“Saya tergerak menanam berbagai tanaman yang ada nilai jualnya, seperti tanaman sayuran, tanaman obat dan rempah, selain untuk menambah penghasilan keluarga sekaligus melakukan penghijauan di desa,” ucap Rokaya. R3