Jakarta, OG Indonesia -- Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha, mengatakan bahwa nuklir sebagai energi yang bersih, ramah lingkungan dan berkelanjutan menjadi opsi yang sangat patut dipertimbangkan (viable option) serta bisa menjadi solusi praktis untuk perubahan iklim. Akan tetapi menurutnya, saat ini masih banyak kesalahpahaman dan salah persepsi dari berbagai pihak tentang nuklir.
Diterangkan Satya, nuklir memiliki densitas energi terbesar daripada bentuk energi lainnya dikarenakan nuklir tidak menghasilkan emisi CO2 dan CH4 yang membahayakan lingkungan. Selain itu nuklir hanya membutuhkan footprint yang lebih sedikit sehingga tidak mengganggu ekosistem.
"Nuklir juga hanya membutuhkan material yang sedikit untuk pembangunan dan lebih sedikit penambangan untuk bahan bakar, memiliki limbah yang lebih sedikit dan dikelola dari awal hingga akhir, serta tidak merusak dan membahayakan satwa ketika sedang beroperasi," beber Satya tentang kelebihan nuklir untuk energi dalam acara Webinar Internasional dengan tema “Nuclear as Clean and Sustainable Energy” yang diselenggarakan Komunitas Muda Nuklir Nasional Yogyakarta bekerjasama dengan ThorCon dan Komunitas Dunia Stand Up for Nuclear, Kamis (18/2/2021).
Selain Satya, beberapa pembicara yang hadir dalamwebinar ini antara lain Dadan Kusdiana (Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi - Kementerian ESDM), Mark Nelson (Founder dan Ketua Komunitas Nuklir Dunia, Stand Up for Nuclear), dan Bjorn Peters (Akademisi asal Jerman). Diskusi dipandu oleh Moderator yakni Bob S. Effendi, Kepala Perwakilan ThorCon di Indonesia.
Bob S. Effendi dari ThorCon mengungkapkan, salah satu isu nuklir yang selalu memiliki mispersepsi di masyarakat adalah terkait keselamatan. Padahal berdasarkan data statistik dari berbagai aspek, nuklir merupakan energi yang memiliki keselamatan paling tinggi. "Dan nuklir merupakan energi yang ramah lingkungan serta solusi dari climate change yang mana selama ini hal tersebut tidak pernah diakui oleh berbagai pihak," ucap Bob.
Sementara itu Dirjen EBTKE Dadan Kusdiana mengungkapkan bahwa Kementerian ESDM saat ini sedang dalam tahap untuk mengembangkan PLTN skala kecil. “Saat ini Kementerian ESDM mengikuti setiap tahapan kegiatan yang tertulis dalam RPJMN (Tahun 2020-2024) setiap tahunnya sebagai roadmap untuk PLTN,” ungkap Dadan Kusdiana.
Sejalan dengan hal tersebut, ThorCon memiliki minat serius untuk melakukan investasi dalam hal pengembangan dan pembangunan PLTN berbasis Thorium (PLTT) di Indonesia. Di mana ThorCon memiliki roadmap persiapan yang sejalan dengan roadmap PLTN yang diatur dalam RPJMN Tahun 2020-2024. ThorCon sendiri telah melakukan Kajian Pengembangan dan Implementasi PLTT di Indonesia (2019) bekerjasama dengan P3TKEBTKE Balitbang ESDM. Bob menjelaskan, kaijan tersebut menyimpulkan bahwa PLTT ThorCon dianggap sebagai salah satu solusi pembangkit listrik bebas karbon yang layak dipertimbangkan untuk dibangun untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia pada periode 2026-2027. R2