Efi Utayati, Pemilik Adifta Batik memperlihatkan batik khas Cirebon dengan motif Megamendung. Foto: Ridwan Harahap |
Diceritakan Efi, semuanya berkat PT
Pertamina (Persero). Keterlibatan Pertamina membantu usahanya sejak tahun 2014 telah
mengubah banyak hal terhadap bisnis batik Efi. Awal pertemuan Adifta Batik
dengan Pertamina sebenarnya tak diduga. Saat itu Adifta Batik tengah mengikuti
suatu pameran dan tiba-tiba datang pihak Pertamina yang menawarkan Efi untuk
menjadi mitra binaan. “Setelah itu saya mengajukan proposal ke Pertamina, lalu
disurvei dan diseleksi. Setelah lolos baru Pertamina memberikan bantuan
permodalan,” cerita Efi kepada OG Indonesia di ajang IPA Convex 2019,
awal September lalu.
Tak hanya bantuan dana, Adifta
Batik pun mendapat dukungan pelatihan dari Pertamina, terutama terkait
pemasaran produk. Mulai dari pelatihan ekspor impor sampai teknik pemasaran
digital. Ditambah lagi Pertamina juga kerap mengajak Adifta Batik ikut berbagai
pameran. Efeknya cukup suportif, produk-produk Adifta Batik kian dikenal dalam
lingkup yang lebih besar. “Setelah diikutkan pameran oleh Pertamina ya alhamdulillah
sekarang pemasarannya lebih luas,” tutur Efi.
Cerita lama di mana Efi harus menawarkan
produk batiknya ke toko-toko di Tanah Abang pun kini sudah terlewati.
Dikisahkan olehnya, dahulu ia kesulitan untuk memutar uang dikarenakan produk
batik yang dititipkannya ke toko-toko dibayar dengan menggunakan giro yang
pembayarannya tak langsung diterima. Berbeda setelah Adifta Batik rutin mengikuti
pameran, transaksi pembayaran langsung dilakukan di lokasi sehingga sangat
membantu perputaran uang untuk mengembangkan kegiatan usaha. Selain berbagai
pameran di Tanah Air, Adifta Batik pernah melanglang buana ke berbagai pameran
di luar negeri, baik lewat bantuan Pertamina maupun KBRI setempat. Beberapa
negara yang pernah disambangi antara lain Belanda, Bangladesh, China, Hongkong,
Jepang, sampai Rusia.
Salah satu pameran yang
diikutsertakan oleh Pertamina yang tak terlupakan oleh Efi Utayati adalah pameran di
Bangladesh pada tahun 2018. Dirinya tak menyangka ternyata penjualan batiknya
di Bangladesh sangat memuaskan. Dari sekitar dua koper besar kain batik yang
dibawa ternyata laku keras di sana, hanya menyisakan dua helai saja yang dibawa
pulang ke Tanah Air. “Bahkan Perdana Menteri Bangladesh juga beli batik kami di
sana,” bangga Efi. Alhasil, hanya dalam tiga hari pameran di negeri Mujibur
Rahman tersebut, Efi bisa meraup omset lebih dari Rp 80 juta.
Diungkapkan olehnya, Adifta Batik
rata-rata bisa mendapatkan omset sekitar Rp 50 juta sampai Rp 200 juta untuk
setiap pameran yang diikuti. Efi sendiri setiap bulannya rutin mengikuti
pameran untuk mempromosikan usaha batiknya. Di mana untuk pameran yang dibawa
oleh Pertamina, Adifta Batik biasanya dua kali diajak dalam setahun. Ikut
pameran yang disokong Pertamina memiliki benefit lebih ketimbang ikut secara
mandiri. Alasannya karena semua ongkos perjalanan, akomodasi, penginapan,
hingga sewa stan pameran ditanggung pihak Pertamina. Sebagai gambaran, untuk
sewa stan pameran saja bisa merogoh kocek sekitar Rp 15 juta sampai Rp 20 juta.
“Lumayan Rp 20 juta, itu bisa saya gunakan lagi untuk modal kerja,” imbuhnya.
Tak hanya menjual produk lewat
galeri milik sendiri atau dari pameran ke pameran, Efi juga bisa menitipkan
produknya dengan harga yang lebih tinggi di galeri milik Pertamina di Terminal
3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Tak sembarang mitra binaan Pertamina yang
bisa menampilkan produknya di galeri Pertamina tersebut. Hanya yang terbaik dan
lolos seleksi. “Dengan dibantu dijualkan Pertamina, ada pemasukan tambahan buat
saya dan Adifta Batik juga semakin dikenal,” ucapnya.
Motif Megamendung
Sebagai kerajinan batik asal
Cirebon, batik-batik yang dibuat oleh Adifta Batik cenderung berwarna pastel cerah
seperti nuansa pesisir pantai di Kota Udang tersebut. Termasuk juga motif Megamendung
dengan gambaran lapisan awannya yang sudah jadi khas batik Cirebon selama
ini. Motif ini lahir karena adanya pertemuan budaya akibat kedatangan bangsa China
ke Cirebon di masa silam. Dalam ajaran Taoisme, gambar awan merupakan
perlambang dunia atas yang memiliki makna ketuhanan.
Saat ini untuk motif Megamendung
memiliki beberapa ragam, bergantung pada gradasi atau lapisan awan yang dibuat.
Ada yang tiga gradasi, enam gradasi, hingga yang terbanyak sembilan gradasi.
Efi mengungkapkan untuk motif Megamendung dengan sembilan gradasi
harganya bisa dibanderol lebih dari Rp 2 juta. Harga yang lumayan tinggi
tersebut dikarenakan pengerjaannya yang lumayan lama, bisa sampai tiga bulan.
“Memang lebih sulit yang sembilan gradasi ini, tidak semua orang bisa, harus
yang benar-benar ahli banget,” jelasnya. Selain itu, Adifta Batik juga membuat
kreasi batik dengan motif-motif khas keraton Cirebon seperti Paksinaga Liman
yang bergambar kereta kencana, hingga Kancil Mas, Singa Barong, dan Patran
Keris.
Untuk produk-produk batik yang
ditawarkan Adifta Batik sendiri, Efi menuturkan harganya sangat bervariasi
bergantung pada motif dan bahannya. Untuk jenis batik cetak yang termurah
dipasang seharga Rp 100 ribu, hingga yang termahal Rp 300 ribu. Sementara untuk
batik tulis yang paling murah dipatok Rp 300 ribu, dan yang termahal bisa sampai Rp
15 juta.
Saat ditanya tentang transformasi
usaha batiknya kini dibanding dahulu sebelum ada bantuan Pertamina, Efi pun langsung
mengucap syukur. Ia membeberkan, saat ini usaha batiknya bisa memeroleh omset
sampai tiga kali lipat dibandingkan dahulu. Ibarat katak dalam tempurung,
sebelum dibina Pertamina, Adifta Batik hanya terpaku dalam pemasaran usaha
lokal yang terbatas. Berkat sentuhan Pertamina, diakui Efi, dirinya kini tahu
bahwa pemasaran produk usahanya ternyata bisa tak terbatas. “Setelah dibina
kita jadi tahu dunia marketing dan terbuka dengan dunia luar,” ungkap Efi yang
mengaku kini pelanggannya banyak bertambah dari penjuru Nusantara sampai ke
mancanegara.
Lewat berbagai binaan Pertamina
kepada kegiatan usahanya, Efi menyebutkan dirinya harus sudah bersiap untuk move
on dan naik ke level berikutnya. Di mana Adifta Batik nantinya harus bisa mandiri
dan dapat terus berkembang tanpa campur tangan Pertamina lagi.
Pertamina memang membatasi bantuan kepada mitra binaan sampai tiga periode
saja, dengan setiap periodenya berlangsung selama tiga tahun. Selepas itu harus
mandiri. “Saya sudah jadi mitra binaan lima tahun, masih ada empat tahun lagi. Untuk
sekarang ini usaha saya sudah jauh banyak peningkatan,” tutup Efi sambil
tersenyum. RH
Diterbangkan Pertamina, Batik Efi Laku Keras di Bangladesh
Reviewed by OG Indonesia
on
Selasa, Oktober 01, 2019
Rating: