Tambang Emas Martabe tumbuh dan membangun bersama masyarakat Batangtoru. Foto-foto: Hrp |
Setibanya
di tempat makan malam dan membuka pintu mobil, betapa kagetnya kami karena yang
membawakan payung adalah President Director PT Agincourt Resources sendiri
yaitu Muliady Sutio. Selanjutnya, saat makam malam ternyata ada jurnalis yang tak
kebagian kursi. Bos PTAR pun dengan sigap mencarikan kursi di ruangan lain dan
membawakannya langsung kepada jurnalis tersebut
yang hanya bisa terkesima.
PTAR
kini 95% sahamnya dimiliki PT Danusa Tambang Nusantara yang merupakan cucu
usaha PT Astra Internasional, Tbk. Sementara sisa 5% saham dipegang Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Selatan dan Provinsi Sumatera Utara melalui BUMD PT Artha
Nugraha Agung.
Jadi
tak heran kalau
nilai-nilai Astra dalam Catur Dharma Astra pun dipraktekkan langsung dalam
setiap kegiatan perusahaan baik oleh pekerja maupun pemimpin perusahaan.
Seperti butir ketiga Catur Dharma Astra yang berbunyi “Menghargai Individu dan
Membina Kerja Sama” yang diterapkan Bos PTAR kepada para wartawan. “Kita
sifatnya profesional, apapun yang bisa membuat PT Agincourt Resources menjadi
lebih bagus akan kita lakukan,” kata Muliady Sutio.
Termasuk
tumbuh dan membangun bersama masyarakat sekitar tambang di Batangtoru,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Tambang Emas Martabe yang sudah
tujuh tahun beroperasi menganggap keberadaan masyarakat di sekitar sangat
penting bagi keberlangsungan operasi tambang. Seperti
konsep Marsipature
Hutanabe yang berarti
“benahi kampung masing-masing” yang dulu pernah digaungkan mantan Gubernur
Sumatera Utara Raja Inal Siregar, PTAR pun
turut berupaya membangun kampung-kampung di sekitar tambang. Martabe sendiri
merupakan akronim dari Marsipature
Hutanabe tersebut.
Karena
itu, PTAR sudah punya road map untuk program
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) selama sepuluh tahun dari 2018
sampai 2028. Terutama di daerah yang termasuk Direct Affected Villages (DAV) atau
desa-desa yang terdampak langsung dari operasi Tambang Emas Martabe. Ada 15
desa yang termasuk DAV, rinciannya 13 desa di Kecamatan Batangtoru dan dua desa
di Kecamatan Muara Batangtoru. “Mandat kami adalah mewujudkan
masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan,” jelas Pramana Triwahjudi, Senior
Manager Community Relations and Development PT Agincourt Resources.
Penangkaran Padi di
Sipenggeng Raih Platinum
Iman Saleh Siregar dari Kelompok Tani Permata Hijau. |
Beberapa bidang yang jadi target program PPM PTAR antara
lain bidang pendidikan, kesehatan masyarakat, infrastruktur, pengembangan
ekonomi lokal, hingga keagamaan, seni dan budaya. Seperti untuk pengembangan
ekonomi lokal, PTAR sejak tahun 2014 telah menginisiasi program demplot
penangkaran padi Permata Hijau untuk enam kelompok tani dengan jumlah anggota
97 orang di Desa Sipenggeng, Kecamatan Batangtoru. PTAR pun berhasil meraih
penghargaan Platinum dalam Indonesian Suistanable Development Goals Award
(ISDA) 2019 awal September lalu, untuk kategori bidang Tanpa Kelaparan (SDG’s
2) dari program tersebut.
Di Desa Sipenggeng tersebut dibuat area penangkaran benih
padi dengan total luas tujuh hektare. Benih padi yang ditangkarkan di sana
antara lain INPARI 9, Taoti, hingga Situbagendit. Dengan menangkarkan sendiri
benih padi di daerahnya, petani Sipenggeng diharapkan bisa mandiri dan menghasilkan
benih padi untuk dijual kembali. Hasilnya, varietas benih padi unggul INPARI 9 dari
Sipenggeng sudah menjadi benih padi dengan label biru pertama yang dipasarkan
dari Tapanuli Selatan.
Diceritakan oleh Iman Saleh Siregar dari Kelompok Tani
Permata Hijau, kedatangan PTAR turut membantu petani Sipenggeng dalam
mengembangkan pertanian di daerahnya. Mulai dari memberikan mesin perontok padi
dan mesin blower, hingga membuat
pengairan, area penjemuran, gudang benih, dan saung. Namun yang terpenting PTAR
rutin melakukan pertemuan dengan kelompok-kelompok tani untuk memberikan
penyuluhan soal penangkaran benih padi dengan menggandeng petugas dari UPT
Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH Sumatera Utara.
Kelompok Tani Permata Hijau pun kini bisa menghasilkan 700
kilogram benih padi dari sekitar 1 ton padi yang dipanen. Hasil benih yang
ditangkarkan di Sipenggeng tersebut dijual dengan harga Rp 9.000 per kilogramnya.
“Kalau harga untuk beras biasa hanya Rp 4.000 satu kilogramnya,” kata Siregar.
Budidaya Jagung Pipil
di Aek Sirara
Ada lagi Kelompok Tani Mulia Bakti yang berada di Dusun
Aek Sirara, Desa Sumuran, Kecamatan Batangtoru, yang turut menerima manfaat
dari PTAR. Kelompok tani jagung pipil untuk pakan ternak ini beranggotakan
sekitar 30 orang. Sebelumnya, hasil produksi jagung pipil warga hanya sekitar 1
ton per hektare dengan harga jual Rp 2.300 per kilogram. “Sebelumnya cari satu
ton saja itu susah,” ungkap Mukson, Ketua Kelompok Tani Mulia Bakti.
Mukson, Ketua Kelompok Tani Mulia Bakti. |
PTAR juga turut membuka jalur pemasaran bagi jagung pipil
produksi petani lewat kerja sama dengan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
Harga jual jagung pipil dari petani pun turut terdongkrak sampai kisaran Rp
3.500 hingga Rp 4.100 per kilogram. Pendapatan warga Aek Sirara menjadi terbantu.
Dengan taraf hidup yang meningkat, diungkapkan Mukson yang asal Kebumen dan
menetap di Aek Sirara sejak 2014, kini banyak anak-anak petani Mulia Bakti yang
sudah bisa mengenyam bangku kuliah. “Dengan meningkatnya ekonomi, mutu
pendidikannya juga meningkat. Pada tahun 90-an di sini yang tamat SMA saja
susah. Alhamduillah sekarang sudah
ada tiga orang anak-anak petani yang tamat kuliah di Medan,” kisah Mukson.
Pasien Tak Lagi
Terjebak Macet di Pasar Batangtoru
Sementara di bidang kesehatan, salah satu usaha PTAR
untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat sekitar adalah dengan membangun
Puskesmas Batangtoru yang kini berdiri megah di lahan seluas 1.460 meter
persegi di Jalan Merdeka, Desa Aek Pining, Kecamatan Batangtoru.
Puskesmas Batangtoru layani masalah kesehatan warga Batangtoru dan sekitarnya. |
Puskesmas yang dibangun sejak November 2014 ini sudah
beroperasi secara penuh mulai tahun 2015 lalu. Untuk proses pembangunan Puskesmas
serta pemenuhan alat-alat kesehatannya, PTAR menggelontorkan dana sekitar Rp 5
miliar. Saat ini, Puskesmas terbesar di Provinsi Sumatera ini dapat melayani
sekitar 23.500 warga yang berasal dari 15 desa DAV sekitar tambang. Tak hanya
dari desa sekitar, warga dari berbagai kecamatan tetangga bahkan kapubaten
sebelah pun kerap berdatangan untuk berobat di sana.
Diterangkan dr. Rudi Iskandar Harahap, Kepala Puskesmas
Batangtoru, lokasi awal Puskesmas Batangtoru sebenarnya berada di belakang
Pasar Batangtoru. Namun karena banyak pasien kerap terjebak kemacetan akibat
pasar yang tumpah ke jalan, akhirnya Puskesmas Batangtoru pun direlokasi dan
dibangun kembali lewat bantuan PTAR. “Dulu kalau ada kasus-kasus emergency bisa terlambat penanganannya
dan itu bisa meninggal di jalan,” ucap dr. Rudi Iskandar Harahap.
Puskesmas Batangtoru dengan sumber daya manusia sebanyak
61 orang ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Mulai dari ruang rawat inap
dan IGD 24 jam, ruang Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), ruang pusat
informasi kesehatan wanita serta ruang rawat wanita, ruang rawat anak, sampai ruang
bayi. Masih ada lagi fasilitas USG untuk alat pemeriksaan kehamilan bagi
ibu-ibu yang sedang mengandung. Puskemas ini juga telah dilengkapi dengan armada
mobil ambulans 4WD untuk menjemput pasien di daerah pelosok yang akses jalannya
cukup menantang.
Margondang di Sopo Daganak
PTAR juga peduli pada bidang pendidikan. Di mana sejak
tahun 2017 berdiri teater terbuka atau amfiteater Sopo Daganak sebagai sarana
edukasi, serta pengembangan seni dan budaya lokal bagi anak-anak di sekitar
wilayah tambang. Sopo Daganak memiliki arti “rumah anak-anak” dalam bahasa
Batak Angkola. Amfiteater ini berkapasitas 500 orang dan berdiri di atas area
seluas 4.431 meter persegi.
Remaja putri Batangtoru berlatih gondang di Sopo Daganak. |
Di Sopo Daganak, anak-anak dan remaja Batangtoru bisa
melakukan banyak kegiatan, mulai dari margondang
atau bermain musik tradisional gondang, berlatih tari, sampai berkumpul dan
membaca bersama di perpustakaan anak dengan sekitar 300 judul buku. PTAR
sendiri sudah mendistribusikan sebanyak 10.000 buku ke 14 taman bacaan anak
yang tersebar di desa-desa di kawasan Batangtoru. Diterangkan Rohani Simbolon,
Community Service Superintendent PT Agincourt Resources, selama tiga kali dalam
setahun di Sopo Daganak diadakan pentas seni yang melibatkan sekitar 100 anak
dalam setiap kali pentasnya. “Ada menari, opera, tapi juga ada budaya lokal,”
tutur Rohani.
Diceritakan oleh Masrika Hannum Siregar, Ketua Persada
(Perkumpulan Sahabat Cerdas) yang menaungi 14 taman bacaan anak di Batangtoru,
sebelumnya anak-anak dan remaja Batangtoru banyak menghabiskan waktu yang
terbuang percuma dengan bermain saja tanpa aktivitas lain yang positif.
Keberadaan Sopo Daganak menurutnya dapat menyalurkan bakat anak-anak Batangtoru
dari menari hingga bermain musik yang selama ini tidak tersalurkan. “Semakin
hari semakin banyak anak-anak yang berminat untuk menari dan juga untuk
kegiatan lainnya di sini,” kata Masrika.
Dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan di segala bidang tersebut, PTAR berharap dapat mewujudkan masyarakat
yang mandiri dan berkelanjutan di masa depan. Sehingga konsep Marsipature Hutanabe di Batangtoru pun
akhirnya bisa terwujud. Hal ini tentunya sejalan dengan regulasi dari Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang mewajibkan setiap perusahaan tambang
mineral menyusun dan melaksanakan rencana induk mulai dari rencana produksi
sampai dengan pasca tambang, termasuk untuk program pengembangan masyarakat
sekitar.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian
ESDM, Yunus Saefulhak, mengatakan bahwa program CSR yang dijalankan perusahaan
tambang idealnya sesuai dengan keinginan masyarakat serta dapat mengembangkan
potensi ekonomi masyarakat untuk saat ini dan juga di masa mendatang. “Jadi
bukan hanya seperti charity atau
hadiah semata, tetapi harus bisa menjadi sustainable
economy. Sehingga nanti jika operasi tambangnya sudah habis, masih ada
sentra ekonomi baru yang muncul akibat dari program-program CSR sebelumnya,”
pesan Yunus. RH
Marsipature Hutanabe Ala Tambang Emas Martabe
Reviewed by OG Indonesia
on
Senin, September 16, 2019
Rating: