Bali, OG Indonesia -- Kekhawatiran akan era disrupsi tidak hanya dirasakan oleh para pembuat kebijakan di tataran elite politik, tetapi juga oleh masyarakat dari seluruh kalangan.
Era disrupsi yang ditandai dengan pergeseran tata kelola organisasi dan nilai yang terjadi secara masif baik di lingkungan pemerintah, di dunia bisnis, maupun di sektor ekonomi ini terjadi secara cepat dan mengejutkan. Disrupsi seringkali dikaitkan dengan fenomena perubahan dari model bisnis lama ke model bisnis baru yang dapat merubah tatanan dan proses bisnis dari internal sampai eksternal.
Untuk mengimbangi dinamika dan perubahan tatanan sosial yang diakibatkan oleh disrupsi, tentu diperlukan applied research guna menjadikan disrupsi sebagai peluang untuk ruang inovasi bagi seluruh kalangan. Hal tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para akademisi salah satunya di bidang manajemen yang memiliki cakupan keilmuan luas dengan penerapan di berbagai sektor.
Masuknya era Industri 4.0 dan fenomena disrupsi menjadikan para akademisi di berbagai bidang khususnya manajemen berlomba untuk memenuhi kebutuhan masyarakan akan hasil riset di bidang tersebut yang dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan kemajuan industri.
Sebagai benua padat penduduk dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, peran benua Asia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Saat ini terjadi pergeseran pusat ekonomi global dari barat ke timur, ke arah Asia. Asia Academy of Management (AAOM) dibentuk untuk mengembangkan pemikiran dan gagasan para peneliti dan cendekiawan yang tertarik dengan praktik manajemen yang berbasis pada keunikan budaya Asia.
Konferensi AAOM yang diadakan secara rutin setiap dua tahun sejak tahun 1998 merupakan salah satu sarana pengembangan pemikiran dan gagasan tadi. Pada tahun 2019 untuk pertama kalinya Konferensi AAOM diadakan di Indonesia, yaitu di Denpasar, Bali dengan mengusung tema “Institutional Complexities and Organizational Responses in A Changing Global Economy” dimana Universitas Pertamina sebagai tuan rumah bersama Universitas Airlangga.
The 11th Asia Academy of Management Conference dibuka oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia, Bambang P.S. Brodjonegoro, dan diikuti oleh lebih dari 250 peserta dari 27 negara di seluruh dunia, diantaranya: Indonesia, Singapura, Cina, Taiwan, Australia, Belanda dan Amerika Serikat.
Budi W. Soetjipto, Wakil Rektor III Bidang Riset, Pengembangan dan Kerjasama Universitas Pertamina yang juga selaku Local Chair AAOM 2019 menyebutkan bahwa jurnal yang lolos pada konferensi ini telah diseleksi secara ketat oleh para reviewer yang sangat berpengalaman dan kompeten dalam dunia akademik di bidangnya masing-masing. Sebanyak lebih dari 40 akademisi dari Indonesia berhasil lolos dalam konferensi ini.
“The 11th Asia Academy of Management Conference diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan pemikiran dan gagasan bagaimana warna budaya Asia beserta kompleksitasnya berpengaruh terhadap respon perusahaan dan organisasi yang beroperasi di kawasan Asia guna menghadapi globalisasi ekonomi dunia. Dalam konteks perusahaan dan organisasi Indonesia, menarik untuk disimak bagaimana manajemen perusahaan dan organisasi tersebut mengelola kompleksitas dan keragaman budaya yang ada di Indonesia agar menghasilkan respon yang efektif terhadap perubahan ekonomi global,” kata Budi. RH
Era disrupsi yang ditandai dengan pergeseran tata kelola organisasi dan nilai yang terjadi secara masif baik di lingkungan pemerintah, di dunia bisnis, maupun di sektor ekonomi ini terjadi secara cepat dan mengejutkan. Disrupsi seringkali dikaitkan dengan fenomena perubahan dari model bisnis lama ke model bisnis baru yang dapat merubah tatanan dan proses bisnis dari internal sampai eksternal.
Untuk mengimbangi dinamika dan perubahan tatanan sosial yang diakibatkan oleh disrupsi, tentu diperlukan applied research guna menjadikan disrupsi sebagai peluang untuk ruang inovasi bagi seluruh kalangan. Hal tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para akademisi salah satunya di bidang manajemen yang memiliki cakupan keilmuan luas dengan penerapan di berbagai sektor.
Masuknya era Industri 4.0 dan fenomena disrupsi menjadikan para akademisi di berbagai bidang khususnya manajemen berlomba untuk memenuhi kebutuhan masyarakan akan hasil riset di bidang tersebut yang dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan kemajuan industri.
Sebagai benua padat penduduk dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, peran benua Asia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Saat ini terjadi pergeseran pusat ekonomi global dari barat ke timur, ke arah Asia. Asia Academy of Management (AAOM) dibentuk untuk mengembangkan pemikiran dan gagasan para peneliti dan cendekiawan yang tertarik dengan praktik manajemen yang berbasis pada keunikan budaya Asia.
Konferensi AAOM yang diadakan secara rutin setiap dua tahun sejak tahun 1998 merupakan salah satu sarana pengembangan pemikiran dan gagasan tadi. Pada tahun 2019 untuk pertama kalinya Konferensi AAOM diadakan di Indonesia, yaitu di Denpasar, Bali dengan mengusung tema “Institutional Complexities and Organizational Responses in A Changing Global Economy” dimana Universitas Pertamina sebagai tuan rumah bersama Universitas Airlangga.
The 11th Asia Academy of Management Conference dibuka oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia, Bambang P.S. Brodjonegoro, dan diikuti oleh lebih dari 250 peserta dari 27 negara di seluruh dunia, diantaranya: Indonesia, Singapura, Cina, Taiwan, Australia, Belanda dan Amerika Serikat.
Budi W. Soetjipto, Wakil Rektor III Bidang Riset, Pengembangan dan Kerjasama Universitas Pertamina yang juga selaku Local Chair AAOM 2019 menyebutkan bahwa jurnal yang lolos pada konferensi ini telah diseleksi secara ketat oleh para reviewer yang sangat berpengalaman dan kompeten dalam dunia akademik di bidangnya masing-masing. Sebanyak lebih dari 40 akademisi dari Indonesia berhasil lolos dalam konferensi ini.
“The 11th Asia Academy of Management Conference diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan pemikiran dan gagasan bagaimana warna budaya Asia beserta kompleksitasnya berpengaruh terhadap respon perusahaan dan organisasi yang beroperasi di kawasan Asia guna menghadapi globalisasi ekonomi dunia. Dalam konteks perusahaan dan organisasi Indonesia, menarik untuk disimak bagaimana manajemen perusahaan dan organisasi tersebut mengelola kompleksitas dan keragaman budaya yang ada di Indonesia agar menghasilkan respon yang efektif terhadap perubahan ekonomi global,” kata Budi. RH
Hadapi Era Disrupsi, The 11th AAOM Dorong Akademisi Hasilkan Applied Research
Reviewed by OG Indonesia
on
Jumat, Juni 21, 2019
Rating: