Musi Banyuasin, OG Indonesia -- Tak pernah terlintas di benak Baim, salah satu warga Suku Anak Dalam Desa Muara Medak Dusun 7, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan untuk merasakan pendidikan. Di usia yang menginjak remaja, hari –hari Baim sebelumnya hanya diisi dengan pergi ke hutan dan mencari ikan. Jangankan ilmu pendidikan yang layak, saat itu bahkan Baim belum pernah tahu dan melihat seperti apakah buku.
Tak hanya Baim, banyak anak – anak Suku Anak Dalam juga menghabiskan waktu membantu orang tua mencari ikan atau mencari bahan pangan lainnya di dalam hutan. Anak-anak dengan bahagia berlarian di hutan tanpa tahu pentingnya pendidikan di usia seperti mereka. Tak heran karena orang tua mereka pun tidak pernah mengenyam pendidikan, tidak tahu apa itu huruf, angka, berhitung ataupun berpuisi.
Kedatangan PHE Jambi Merang di awal 2016 memberikan warna berbeda di lingkungan Suku Anak Dalam. Dengan pendekatan selama kurang lebih satu tahun, PHE Jambi Merang melihat pentingnya pendidikan di wilayah terdekat dengan Fasilitas Operasi Sungai Kenawang ini.
Bukan hal yang mudah, tapi juga bukan tidak mungkin. Penolakan terjadi di awal ketika PHE Jambi Merang memberikan pemahaman pentingnya pendidikan bagi anak-anak Suku Anak Dalam. Pemahaman demi pemahaman mengenai pendidikan dan gaya mengajar yang disesuaikan dengan keseharian mereka, memberikan efek positif dengan diterimanya pendidikan di wilayah Suku Anak Dalam ini. Pada akhirnya, di awal 2017 PHE Jambi Merang menghadirkan Istana Belajar yang disebut Sekolah Apung.
"Sekolah Apung hadir untuk menjawab kebutuhan pendidikan di Suku Anak Dalam yang memiliki ciri berpindah-pindah," kata Yudy Nugraha, Media & Relations Manager PHE, Kamis (02/05).
Kemajuan pesat dengan adanya Sekolah Apung ini yang juga bekerja sama dengan Lembaga Sobat Eksplorasi Suku Anak sebagai tenaga pengajar yang menyesuaikan kurikulum dan juga perilaku sehari-hari. Hingga saat ini total ada 7 anak-anak dengan range usia 11-15 tahun yang sudah mengikuti Ujian Paket A atau setara SD. Sisanya akan menyusul menunggu kesiapan anak.
Baim, yang sudah pandai menulis akhirnya membuat surat untuk Ibu Menteri Lingkungan Hidup untuk menceritakan bahwa ia dan teman-temannya turut membantu upaya menjaga kelestarian hutan. Yang menggembirakan, belum lama surat Baim terbaca dan akhirnya tim Kementrian Lingkungan Hidup mendatangi kawasan Suku Anak Dalam dan bertemu dengan Baim untuk mendengarkan cerita hidup yang menarik sekaligus mengharukan tersebut.
Kini Baim belajar sungguh-sungguh menghadapi Ujian Kejar Paket A. Karena upaya hari ini, akan membawanya mencapai mimpi menjadi seorang guru dan berdedikasi untuk kemajuan pendidikan di wilayah ia tinggal. RH
Tak hanya Baim, banyak anak – anak Suku Anak Dalam juga menghabiskan waktu membantu orang tua mencari ikan atau mencari bahan pangan lainnya di dalam hutan. Anak-anak dengan bahagia berlarian di hutan tanpa tahu pentingnya pendidikan di usia seperti mereka. Tak heran karena orang tua mereka pun tidak pernah mengenyam pendidikan, tidak tahu apa itu huruf, angka, berhitung ataupun berpuisi.
Kedatangan PHE Jambi Merang di awal 2016 memberikan warna berbeda di lingkungan Suku Anak Dalam. Dengan pendekatan selama kurang lebih satu tahun, PHE Jambi Merang melihat pentingnya pendidikan di wilayah terdekat dengan Fasilitas Operasi Sungai Kenawang ini.
Bukan hal yang mudah, tapi juga bukan tidak mungkin. Penolakan terjadi di awal ketika PHE Jambi Merang memberikan pemahaman pentingnya pendidikan bagi anak-anak Suku Anak Dalam. Pemahaman demi pemahaman mengenai pendidikan dan gaya mengajar yang disesuaikan dengan keseharian mereka, memberikan efek positif dengan diterimanya pendidikan di wilayah Suku Anak Dalam ini. Pada akhirnya, di awal 2017 PHE Jambi Merang menghadirkan Istana Belajar yang disebut Sekolah Apung.
"Sekolah Apung hadir untuk menjawab kebutuhan pendidikan di Suku Anak Dalam yang memiliki ciri berpindah-pindah," kata Yudy Nugraha, Media & Relations Manager PHE, Kamis (02/05).
Kemajuan pesat dengan adanya Sekolah Apung ini yang juga bekerja sama dengan Lembaga Sobat Eksplorasi Suku Anak sebagai tenaga pengajar yang menyesuaikan kurikulum dan juga perilaku sehari-hari. Hingga saat ini total ada 7 anak-anak dengan range usia 11-15 tahun yang sudah mengikuti Ujian Paket A atau setara SD. Sisanya akan menyusul menunggu kesiapan anak.
Baim, yang sudah pandai menulis akhirnya membuat surat untuk Ibu Menteri Lingkungan Hidup untuk menceritakan bahwa ia dan teman-temannya turut membantu upaya menjaga kelestarian hutan. Yang menggembirakan, belum lama surat Baim terbaca dan akhirnya tim Kementrian Lingkungan Hidup mendatangi kawasan Suku Anak Dalam dan bertemu dengan Baim untuk mendengarkan cerita hidup yang menarik sekaligus mengharukan tersebut.
Kini Baim belajar sungguh-sungguh menghadapi Ujian Kejar Paket A. Karena upaya hari ini, akan membawanya mencapai mimpi menjadi seorang guru dan berdedikasi untuk kemajuan pendidikan di wilayah ia tinggal. RH
PHE Jambi Merang Tingkatkan Pendidikan Suku Anak Dalam dengan Sekolah Apung
Reviewed by OG Indonesia
on
Kamis, Mei 02, 2019
Rating: