Jakarta, OG Indonesia -- Konvensi dan Pameran IPA ke-42 tahun 2018 secara resmi dibuka hari ini, Rabu (02/05) oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, didampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Kepala SKK Migas Amin Sunaryadi, serta Presiden IPA Ronald Gunawan.
Konvensi dan pameran yang tahun ini mengambil tema “Driving Indonesia’s Oil and Gas Global Competitiveness” tersebut menggarisbawahi perlunya upaya meningkatkan kembali daya saing sektor hulu migas Indonesia di level global sebagai salah satu pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh para pemangku kepentingan di sektor ini.
Dalam pidato pembukaannya, Presiden IPA, Ronald Gunawan, menekankan tema IPA Convex tersebut diambil dengan mempertimbangkan kondisi hulu migas Indonesia yang terus mengalami penurunan produksi sehingga membutuhkan investasi untuk menemukan cadangan migas baru melalui kegiatan eksplorasi dan EOR. Di sisi lain, persaingan global untuk menarik investasi migas berlangsung sangat ketat sehingga diperlukan peningkatan daya saing Indonesia secara global.
“Dalam World Energy Outlook 2017 oleh International Energy Agency (IEA), minyak dan gas bumi masih akan tetap menjadi energi utama di dunia dalam 20-30 tahun ke depan, dimana porsi energi dari migas masih di atas 50%. Di Indonesia, Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 menetapkan target porsi energi dari migas di tahun 2050 adalah sebesar 44% dari total energi nasional. Dari data ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa minyak dan gas bumi masih menjadi tulang punggung energi nasional dalam 20-30 tahun ke depan,” papar Ronald.
Tantangan Indonesia, imbuhnya, juga terkait dengan status Indonesia yang telah menjadi negara net importir minyak bumi sejak tahun 2002. Dengan terus menurunnya produksi migas nasional, diperkirakan Indonesia akan menjadi net importir untuk gas di tahun 2022.
“Untuk mengatasi ketimpangan ini diperlukan investasi besar dalam melakukan eksplorasi guna menemukan sumber-sumber migas yang baru. Ini adalah sebuah tantangan yang besar karena eksplorasi untuk menemukan cadangan migas baru telah bergeser ke daerah frontier dan laut dalam yang memerlukan investasi awal cukup besar dan teknologi yang tinggi,” urainya.
IPA menyadari bahwa berbagai perbaikan dan penyelarasan kebijakan untuk industri migas telah dilakukan Pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah telah merevisi, menerbitkan aturan baru, atau bahkan memangkas aturan yang dianggap menghambat operasional. “Kami mengharapkan agar perbaikan iklim investasi migas di Indonesia ini terus dilanjutkan sehingga dapat meningkatkan jumlah serta mempercepat proyek-proyek migas untuk berpoduksi," ujar Ronald.
Menteri ESDM, Ignasius Jonan, pun menggarisbawahi peran industri hulu migas sebagai salah satu kontributror pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karenanya pemerintah terus berusaha untuk melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kemudahan proses bisnis di Indonesia dengan mengurangi jumlah perijinan serta reformasi birokrasi dilakukan demi mendorong investasi di Indonesia.
Meskipun kontribusi sektor migas ke penerimaan negara menurun, namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri ini tetap merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi dan menjadi katalisator perkembangan daerah melalui efek bergandanya.
Sementara itu, Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi menyatakan bahwa diperlukan komunikasi dan kerja keras seluruh pemangku kepentingan di industri hulu migas agar dapat meningkatkan daya saing industri hulu migas Indonesia. “Kami yakin bahwa industri migas akan tetap ada di Indonesia karena permintaan global yang terus meningkat. Industri menghadapi tantangan yang memaksa kita semua untuk menjadi kreatif dan inovatif dalam melakukan efisiensi dan meningkatkan daya saing,” katanya.
Pada tahun ini, IPA Convex memperkenalkan sesi baru yang khusus membahas mengenai teknologi, yaitu Technology Session. Ada beragam topik diskusi yang akan dibahas, meliputi 1) Governments on Innovation of New Technology Improvement, 2) Impact of Digital Internet of Things in the Upstream Oil and Gas, 3) New Business Model in Gross Split System, dan 4) Technology for Decommissioning.
Selain sesi diskusi, IPA Convex juga tetap mengadakan sesi technical program (TPC) yang diikuti ratusan kalangan muda Indonesia baik mahasiswa maupun professional. Ada sebanyak 119 karya ilmiah dan 71 poster yang akan dipresentasikan dalamtechnical session dan poster session. Dari sisi peserta konvensi, tercatat ada lebih dari 1.500 peserta dan 116 perusahaan peserta pameran yang turut serta pada IPA Convex 2018.
Konvensi dan pameran yang tahun ini mengambil tema “Driving Indonesia’s Oil and Gas Global Competitiveness” tersebut menggarisbawahi perlunya upaya meningkatkan kembali daya saing sektor hulu migas Indonesia di level global sebagai salah satu pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh para pemangku kepentingan di sektor ini.
Dalam pidato pembukaannya, Presiden IPA, Ronald Gunawan, menekankan tema IPA Convex tersebut diambil dengan mempertimbangkan kondisi hulu migas Indonesia yang terus mengalami penurunan produksi sehingga membutuhkan investasi untuk menemukan cadangan migas baru melalui kegiatan eksplorasi dan EOR. Di sisi lain, persaingan global untuk menarik investasi migas berlangsung sangat ketat sehingga diperlukan peningkatan daya saing Indonesia secara global.
“Dalam World Energy Outlook 2017 oleh International Energy Agency (IEA), minyak dan gas bumi masih akan tetap menjadi energi utama di dunia dalam 20-30 tahun ke depan, dimana porsi energi dari migas masih di atas 50%. Di Indonesia, Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 menetapkan target porsi energi dari migas di tahun 2050 adalah sebesar 44% dari total energi nasional. Dari data ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa minyak dan gas bumi masih menjadi tulang punggung energi nasional dalam 20-30 tahun ke depan,” papar Ronald.
Tantangan Indonesia, imbuhnya, juga terkait dengan status Indonesia yang telah menjadi negara net importir minyak bumi sejak tahun 2002. Dengan terus menurunnya produksi migas nasional, diperkirakan Indonesia akan menjadi net importir untuk gas di tahun 2022.
“Untuk mengatasi ketimpangan ini diperlukan investasi besar dalam melakukan eksplorasi guna menemukan sumber-sumber migas yang baru. Ini adalah sebuah tantangan yang besar karena eksplorasi untuk menemukan cadangan migas baru telah bergeser ke daerah frontier dan laut dalam yang memerlukan investasi awal cukup besar dan teknologi yang tinggi,” urainya.
IPA menyadari bahwa berbagai perbaikan dan penyelarasan kebijakan untuk industri migas telah dilakukan Pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah telah merevisi, menerbitkan aturan baru, atau bahkan memangkas aturan yang dianggap menghambat operasional. “Kami mengharapkan agar perbaikan iklim investasi migas di Indonesia ini terus dilanjutkan sehingga dapat meningkatkan jumlah serta mempercepat proyek-proyek migas untuk berpoduksi," ujar Ronald.
Menteri ESDM, Ignasius Jonan, pun menggarisbawahi peran industri hulu migas sebagai salah satu kontributror pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karenanya pemerintah terus berusaha untuk melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kemudahan proses bisnis di Indonesia dengan mengurangi jumlah perijinan serta reformasi birokrasi dilakukan demi mendorong investasi di Indonesia.
Meskipun kontribusi sektor migas ke penerimaan negara menurun, namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri ini tetap merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi dan menjadi katalisator perkembangan daerah melalui efek bergandanya.
Sementara itu, Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi menyatakan bahwa diperlukan komunikasi dan kerja keras seluruh pemangku kepentingan di industri hulu migas agar dapat meningkatkan daya saing industri hulu migas Indonesia. “Kami yakin bahwa industri migas akan tetap ada di Indonesia karena permintaan global yang terus meningkat. Industri menghadapi tantangan yang memaksa kita semua untuk menjadi kreatif dan inovatif dalam melakukan efisiensi dan meningkatkan daya saing,” katanya.
Pada tahun ini, IPA Convex memperkenalkan sesi baru yang khusus membahas mengenai teknologi, yaitu Technology Session. Ada beragam topik diskusi yang akan dibahas, meliputi 1) Governments on Innovation of New Technology Improvement, 2) Impact of Digital Internet of Things in the Upstream Oil and Gas, 3) New Business Model in Gross Split System, dan 4) Technology for Decommissioning.
Selain sesi diskusi, IPA Convex juga tetap mengadakan sesi technical program (TPC) yang diikuti ratusan kalangan muda Indonesia baik mahasiswa maupun professional. Ada sebanyak 119 karya ilmiah dan 71 poster yang akan dipresentasikan dalamtechnical session dan poster session. Dari sisi peserta konvensi, tercatat ada lebih dari 1.500 peserta dan 116 perusahaan peserta pameran yang turut serta pada IPA Convex 2018.
IPA Convex 2018 Bangkitkan Daya Saing Hulu Migas di Level Global
Reviewed by OG Indonesia
on
Rabu, Mei 02, 2018
Rating: