Foto: Hrp |
Pemerintah dan semua pihak yang terkait memiliki peran penting untuk segera mengambil tindakan yang tepat, sehingga Indonesia dapat terhindar dari krisis energi yang lebih luas dan berkepanjangan. Solusi yang lengkap dan jangka panjang yang dimulai dengan reformasi kebijakan yang sesuai tujuan sangat diperlukan.
Marjolijn Wajong, Direktur Eksekutif IPA menekankan betapa mendesaknya kondisi saat ini. "Tidak ada penemuan ladang minyak baru yang disebabkan oleh rendahnya aktivitas eksplorasi akan memukul kemampuan produksi migas Indonesia di masa mendatang. Penurunan produksi akan bertambah buruk bila kita hanya bergantung pada daerah produksi yang sudah berjalan. Kita perlu menemukan cadangan migas baru di lokasi baru. Untuk itu kita membutuhkan investasi yang sangat besar,” kata Marjolijn dalam konferensi pers jelang IPA Convex 2017 di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu (10/05).
Presiden IPA Christina Verchere menambahkan bahwa Indonesia saat ini harus bersaing secara regional dan global untuk mendapatkan pendanaan untuk investasi di sektor hulu migas. "Karena itu kondisi industri harus menarik bagi investor untuk mau berinvestasi di Indonesia," ucapnya.
Sektor hulu migas Indonesia – beserta semua sektor pendukungnya – memiliki efek berganda yang besar bagi perekonomian Indonesia. Menurut Katadata, setiap investasi di sektor hulu migas senilai US$ 1 juta akan menciptakan nilai tambah sebesar US$ 1,6 juta, memberikan kontribusi atas PDB sebesar US$ 700 ribu, serta menciptakan lapangan kerja bagi lebih dari 100 orang Indonesia.
Sayangnya, besarnya kontribusi di atas terpasung oleh berbagai tantangan yang saat ini dihadapi oleh industri migas Indonesia, antara lain: kepastian hukum, skema pembiayaan yang kompetitif, reformasi regulasi (revisi dari Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2014 dan perhitungan keekonomian skema Gross Split), serta biaya investasi.
Berbagai tantangan tersebut mengakibatkan produksi minyak yang terus menurun, rasio penggantian cadangan minyak yang rendah, investasi infrastruktur gas domestik yang lambat serta rendahnya ketertarikan investor pada blok baru yang ditawarkan oleh pemerintah.
Tanpa investasi yang signifikan, aktivitas eksplorasi akan terus menurun dan potensi migas Indonesia tidak akan membawa nilai tambah serta manfaat apapun pada negara dan masyarakat. Dalam hal ini Indonesian Petroleum Association (IPA) meyakini bahwa membangun iklim investasi migas yang positif harus menjadi prioritas utama pemerintah Indonesia untuk mendorong kembali investasi di sektor ini. Hal ini yang akan dibahas secara mendalam pada IPA Convex 2017.
IPA Convex 2017 merupakan konvensi dan kameran yang dihelat oleh IPA, sebagai wadah perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia. Acara yang sudah memasuki tahun ke-41 ini akan berlangsung pada tanggal 17-19 Mei 2017 di Jakarta Convention Center dan akan mengangkat tema “Accelerating Reform to Re-Attract Investment to Meet the Economic Growth Target”.
IPA Convex merupakan ajang konvensi dan pameran terbesar di Asia Pasifik yang akan mempertemukan pemimpin industri, pelaksana dan pengambil kebijakan, pemerintah dan para tenaga ahli yang berhubungan dengan industri migas, baik dari dalam maupun dari luar negeri, untuk bersinergi dan bersama-sama mencari solusi atas permasalahan industri migas tanah air.
Acara yang rencananya akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo ini akan diikuti oleh lebih dari 100 peserta pameran dari industri minyak dan gas dan beragam sektor terkait termasuk perusahaan jasa, kontraktor, organisasi pemerintah, media, kamar dagang dan seterusnya.
Dalam acara ini mereka akan menunjukkan teknologi terkini serta best practice dari masing-masing organisasi. Juga akan ditampilkan 110 karya tulis ilmiah dan 60 poster yang akan memperlihatkan pencapaian dan terobosan dalam industri migas yang akan disampaikan dalam technical sessions dan poster sessions. RH
Jelang IPA Convex 2017, Perlu Tindakan Tepat Atasi Krisis di Industri Migas
Reviewed by OG Indonesia
on
Kamis, Mei 11, 2017
Rating: