Jakarta, OG Indonesia -- Buku berjudul "7 Jalan Menuju Keamanan Energi", baru saja diterbitkan dan akan segera beredar di pasaran. Penulis buku, Ishak Pardosi, menuturkan, karya tersebut merupakan kumpulan hasil wawancara yang dibumbui sedikit analisis tentang kondisi sektor energi Indonesia saat ini, yang dalam tiga tahun terakhir mengalami kelesuan.
Buku yang disusun sekitar dua tahun dan dibagi dalam 7 Bab ini berupaya mengurai kembali makna keamanan energi, yang pada intinya adalah bagaimana mencapai kebutuhan energi nasional tanpa harus terjebak dalam pro kontra urgensi impor energi.
Ditegaskan Pardosi, keamanan energi berbeda dengan kedaulatan energi ataupun ketahanan energi. "Keamanan energi lebih menitikberatkan tentang upaya sebuah negara untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu negara paling konkrit adalah Singapura, yang sama sekali tidak memiliki sumber minyak atau gas, tetapi tetap mampu bersaing secara ekonomi," kata Pardosi bersemangat kepada OG Indonesia di Jakarta, Selasa (31/01).
Di bagian lain, buku ini juga membahas tentang pentingnya peran pemerintah untuk memberikan hak istimewa kepada PT Pertamina (Persero) sebagai BUMN dalam pengelolaan sumber daya alam Indonesia.
Pun begitu, kehadiran perusahaan energi milik asing juga tidak perlu dipersoalkan selama kebutuhan energi nasional bisa terpenuhi. Dengan demikian, keamanan energi alias energy security merupakan cita-cita yang harus diperjuangkan bersama-sama, tanpa harus membeda-bedakan perusahaan nasional ataupun asing.
Sebagai sebuah karya wartawan yang berkecimpung di sektor energi, sang penulis yang merupakan putra Batak asal dari Parsoburan, Sumatera Utara, menyadari bukunya hanyalah sebuah renungan singkat yang belum mampu menjawab secara utuh tentang bagaimana membangun energi Indonesia ke arah yang lebih baik.
"Tetapi paling tidak, saya berharap buku ini telah menambah khazanah dalam bingkai energi Indonesia," tutup Pardosi dengan senyum khas mengembang di wajahnya. RH
Buku yang disusun sekitar dua tahun dan dibagi dalam 7 Bab ini berupaya mengurai kembali makna keamanan energi, yang pada intinya adalah bagaimana mencapai kebutuhan energi nasional tanpa harus terjebak dalam pro kontra urgensi impor energi.
Ditegaskan Pardosi, keamanan energi berbeda dengan kedaulatan energi ataupun ketahanan energi. "Keamanan energi lebih menitikberatkan tentang upaya sebuah negara untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu negara paling konkrit adalah Singapura, yang sama sekali tidak memiliki sumber minyak atau gas, tetapi tetap mampu bersaing secara ekonomi," kata Pardosi bersemangat kepada OG Indonesia di Jakarta, Selasa (31/01).
Di bagian lain, buku ini juga membahas tentang pentingnya peran pemerintah untuk memberikan hak istimewa kepada PT Pertamina (Persero) sebagai BUMN dalam pengelolaan sumber daya alam Indonesia.
Pun begitu, kehadiran perusahaan energi milik asing juga tidak perlu dipersoalkan selama kebutuhan energi nasional bisa terpenuhi. Dengan demikian, keamanan energi alias energy security merupakan cita-cita yang harus diperjuangkan bersama-sama, tanpa harus membeda-bedakan perusahaan nasional ataupun asing.
Sebagai sebuah karya wartawan yang berkecimpung di sektor energi, sang penulis yang merupakan putra Batak asal dari Parsoburan, Sumatera Utara, menyadari bukunya hanyalah sebuah renungan singkat yang belum mampu menjawab secara utuh tentang bagaimana membangun energi Indonesia ke arah yang lebih baik.
"Tetapi paling tidak, saya berharap buku ini telah menambah khazanah dalam bingkai energi Indonesia," tutup Pardosi dengan senyum khas mengembang di wajahnya. RH
Wartawan Batak Bicara Soal Keamanan Energi
Reviewed by OG Indonesia
on
Selasa, Januari 31, 2017
Rating: