Depok, OG Indonesia -- Dengan total kandungan gas sebanyak 46 TCF (triliun cubic feet) atau secara kasar bernilai ekonomis sampai Rp 4.784 triliun, Blok East Natuna yang berada di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, perlu segera untuk dikembangkan.
Namun mengingat tantangan pengembangannya yang cukup berat dengan kadar CO2 yang tinggi sampai sekitar 71%, perlu adanya insentif-insentif guna menarik investor ke lapangan ini.
"Lapangan Natuna Timur ini perlu segera dikembangkan, namun mengingat kandungan CO2 yang tinggi sehingga dibutuhkan biaya yang mahal maka pengembangannya memerlukan berbagai insentif," kata Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara, saat mempertahankan disertasinya yang berjudul "Pengembangan Model Natural Resources Management untuk Pengembangan Blok Migas Natuna Timur Guna Mencapai Sasaran Eksploitasi Migas yang Berkelanjutan" untuk meraih gelar Doktor di Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok, Kamis (05/01).
Menurut Marwan, diperkirakan dibutuhkan biaya investasi sebesar US$ 27 miliar untuk mengembangkan Blok East Natuna. Karena itu, berdasarkan hasil penelitiannya, Marwan menjelaskan guna mencapai nilai IRR (Internal Rate of Return) proyek Natuna minimum 12%, Pemerintah perlu menawarkan pola bagi hasil 55%:45%, tax holiday selama 10 tahun dan nilai first trench petroleum 10%, serta toll-fee pipa gas Natuna-Cirebon sebesar US$ 2,3 per MMBTU.
"Di sini pentingnya skema insentif bagi hasil, insentif fiskal, termasuk juga periode kontrak, sehingga secara tekno ekonomi lapangan ini layak dikembangkan," jelas Marwan. "Tanpa insentif yang disebutkan tadi, hipotesanya lapangan ini tidak layak untuk dikembangkan," lanjutnya.
Marwan pun menekankan pentingnya penerapan dana migas alias Petroleum Fund untuk pengembangan lapangan gas di East Natuna yang berkelanjutan. "Petroleum Fund perlu diterapkan agar lapangan gas Natuna Timur dapat dikembangkan secara berkelanjutan sesuai dengan prinsip Natural Resources Management," bebernya.
Menurut Marwan, besaran Petroleum Fund yang pas dialokasikan dari Blok East Natuna adalah sebesar 25% dari bagian penerimaan negara. "Dana migas yang diperoleh dialokasikan 50% untuk investasi dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas, dan 50% untuk kegiatan pengembangan EBT berupa pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP)," terangnya.
Blok East Natuna berjarak sekitar 1.340 kilometer dari Jakarta, 880 kilometer dari Singapura, dan 1.540 kilometer dari Thailand. Menurut Marwan, dengan potensi gas yang cukup besar di blok tersebut, di samping guna memenuhi kebutuhan gas dometik, gas dari Natuna juga bisa diekspor untuk negara-negara sekitar seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. "Namun dengan tetap mengutamakan kepentingan dalam negeri," tegas Marwan. RH
Namun mengingat tantangan pengembangannya yang cukup berat dengan kadar CO2 yang tinggi sampai sekitar 71%, perlu adanya insentif-insentif guna menarik investor ke lapangan ini.
"Lapangan Natuna Timur ini perlu segera dikembangkan, namun mengingat kandungan CO2 yang tinggi sehingga dibutuhkan biaya yang mahal maka pengembangannya memerlukan berbagai insentif," kata Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara, saat mempertahankan disertasinya yang berjudul "Pengembangan Model Natural Resources Management untuk Pengembangan Blok Migas Natuna Timur Guna Mencapai Sasaran Eksploitasi Migas yang Berkelanjutan" untuk meraih gelar Doktor di Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok, Kamis (05/01).
Menurut Marwan, diperkirakan dibutuhkan biaya investasi sebesar US$ 27 miliar untuk mengembangkan Blok East Natuna. Karena itu, berdasarkan hasil penelitiannya, Marwan menjelaskan guna mencapai nilai IRR (Internal Rate of Return) proyek Natuna minimum 12%, Pemerintah perlu menawarkan pola bagi hasil 55%:45%, tax holiday selama 10 tahun dan nilai first trench petroleum 10%, serta toll-fee pipa gas Natuna-Cirebon sebesar US$ 2,3 per MMBTU.
"Di sini pentingnya skema insentif bagi hasil, insentif fiskal, termasuk juga periode kontrak, sehingga secara tekno ekonomi lapangan ini layak dikembangkan," jelas Marwan. "Tanpa insentif yang disebutkan tadi, hipotesanya lapangan ini tidak layak untuk dikembangkan," lanjutnya.
Marwan pun menekankan pentingnya penerapan dana migas alias Petroleum Fund untuk pengembangan lapangan gas di East Natuna yang berkelanjutan. "Petroleum Fund perlu diterapkan agar lapangan gas Natuna Timur dapat dikembangkan secara berkelanjutan sesuai dengan prinsip Natural Resources Management," bebernya.
Menurut Marwan, besaran Petroleum Fund yang pas dialokasikan dari Blok East Natuna adalah sebesar 25% dari bagian penerimaan negara. "Dana migas yang diperoleh dialokasikan 50% untuk investasi dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas, dan 50% untuk kegiatan pengembangan EBT berupa pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP)," terangnya.
Blok East Natuna berjarak sekitar 1.340 kilometer dari Jakarta, 880 kilometer dari Singapura, dan 1.540 kilometer dari Thailand. Menurut Marwan, dengan potensi gas yang cukup besar di blok tersebut, di samping guna memenuhi kebutuhan gas dometik, gas dari Natuna juga bisa diekspor untuk negara-negara sekitar seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. "Namun dengan tetap mengutamakan kepentingan dalam negeri," tegas Marwan. RH
Perlu Aneka Insentif untuk Pengembangan Blok East Natuna
Reviewed by OG Indonesia
on
Kamis, Januari 05, 2017
Rating: