Foto: Hrp |
Pemanfaatan energi surya di dunia selama lebih dari 20 tahun terakhir meningkat cukup signifikan, sampai 227 GWp pada 2015, menjadikannya cukup kompetitif terhadap pemanfaatan energi konvensional.
Sayangnya pemanfaatan PLTS Fotovoltaik di Indonesia masih tersendat yaitu hanya 0,95 GWp. Angka tersebut masih jauh dari jumlah kontribusi yang ditetapkan dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang sebesar 6,4 GWp pada tahun 2025 mendatang.
"Kita sedang mengalami transisi dari era karbon atau energi berbasis fosil ke era silikon. Dari era selang ke era kabel. Jadi penting kita mengadakan transisi ini ke depannya," kata penggagas berdirinya AESI yang juga mantan Dirjen EBKTE Luluk Sumiarso saat acara deklarasi.
Luluk pun mengutip pernyataan Menteri ESDM Ignasius Jonan yang berjanji akan mengejar pengembangan energi surya setelah melihat ternyata pengembangan energi matahari di Dubai, Uni Emirat Arab, yang kaya akan minyak saja bisa berkembang.
"Di Dubai energi matahari bisa 2,9 sen per kWh. Kata Pak Jonan, akan saya kejar itu. Nah, kita harus mempersiapkan itu," ucap Luluk seraya menerangkan di dalam AESI akan bergabung banyak stakeholder, dari para ahli teknologi energi surya, pabrikan, sampai pihak penggunanya.
Ditambahkan oleh Arya Rezavidi, Sekjen AESI, kepada OG Indonesia, industri sel surya saat ini belum berkembang di Indonesia karena para investor masih menunggu marketnya. Di mana sejak 20 tahun pengembangan energi surya di Indonesia baru terpasang 95 MW saja. "Kalau marketnya besar, otomatis mereka akan investasi. Potensi kita besar tapi ada banyak kendala," ujar Arya.
Arya memaparkan bahwa potensi energi surya fotovoltaik yang memanfaatkan sinar matahari di Indonesia sebenarnya cukup besar. "Rata-rata penyinaran matahari di Indonesia paling sedikit 4 sampai 5 jam dalam satu hari. Itu sudah cukup. Dan di musim hujan juga tak masalah, karena sepanjang ada terang itu sudah menghasilkan listrik, bukan panasnya yang kita pakai tapi cahayanya," terangnya.
Ia pun membeberkan sejumlah hal yang harus dilakukan pemerintah untuk mendorong penggunaan energi surya di Indonesia. "Salah satunya misalnya jika masyarakat mau membeli rumah bisa diberikan bunga yang menarik kalau dipasang sel surya di atasnya. Itu dengan sendirinya akan mendorong pengembangan industri sel surya di Indonesia," jelasnya.
Arya menerangkan, saat ini di Indonesia nilai investasi pengembangan energi surya sebesar US$ 1,2 per Kilowatt atau sekitar US$ 1,2 juta per Megawatt. "Nilai investasinya masih terlalu besar. Ini harus didorong oleh perbankan yang memberikan fasilitas kredit yang murah," tuturnya.
Dilanjutkan olehnya, masih ada pula kendala perijinan, sampai masalah regulasi yang mengatur soal pengembangan energi surya di mana off taker listrik dari energi surya satu-satunya hanya PLN yang menyebabkannya sulit berkembang. RH
AESI Dorong Pengembangan Energi Surya di Indonesia
Reviewed by OG Indonesia
on
Jumat, Desember 16, 2016
Rating: