Acara International Workshop on Geothermal Technology & Business di Kampus UI, Depok. Foto: IWGTB 2016 |
“Saya prediksi hanya akan ada 15- 20 lapangan panas bumi baru hingga 2025 dengan kapasitas energi yang dihasilkan antara 2.000 - 3.300 MW. Kondisi itu membutuhkan 1.000 – 1.800 profesional dan sekitar 2.500 teknisi atau operator,” kata pakar Panas Bumi Sayogi Sudarman di acara International Workshop on Geothermal Technology dan Business di Balairung Universitas Indonesia, Depok Jawa Barat, Rabu (26/10).
Para profesional yang dibutuhkan adalah lulusan yang memiiki kualifikasi sesuai dengan kebutuhan industri panas bumi. Untuk memenuhi kualiifikasi itu, bisa melalui keikutsertaan dalam program magang di lapangan, field trip camp, job training dan mengikuti kursus formal seperti di Universitas Auckland Selandia Baru, Universitas Kyoto dan Kyushu Jepang.
“Jangan hanya fokus pada lapangan panas bumi yang sudah existing, itu ibaratnya hanya menunggu posisi orang yang pensiun. Tapi siapkan diri mampu menjawab tantangan di sektor panas bumi. Ada 14 lapangan yang sudah memiliki dua lubang sumur eksplorasi (brown area), ada empat lapangan yang memiliki satu lubang sumur eksplorasi (yellow area) dan 19 lapangan yang masih baru yang belum ada sumur sama sekali (green area),” jelas Sayogi.
Sayogi juga mengingatkan adanya lulusan pendidikan geothermal yang belum bekerja atau menganggur, itu terjadi biasanya karena kualifikasi lulusannya belum sesuai dengan kebutuhan industri.
Sementara dari pihak Kementerian ESDM, pemerintah juga telah menyiapkan anggaran dan fasilitas untuk mendukung berkembangnya industri panas bumi di Indonesia.
“Pemerintah akan duduk bersama dengan pihak kampus dan industri untuk mendukung pembentukan SDM yang handal, termasuk juga menetapkan jenjang kompetensi di sektor panas bumi,” kata Kepala Badan Pengembangan SDM, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Djadjang Sukarna.
Dari sisi perguruan tinggi, Institut Teknologi Bandung sudah menjalankan kurikulum dan program yang mirip dengan yang dijalankan di Universitas Auckland, Selandia Baru.
“Kita harus tetap optimis untuk menemukan mahasiswa-mahasiwa yang cerdas dan tangguh dan memenuhi standar industri. Kami saat ini benr-benar menyeleksi mahasiswa yang benar-benar luar biasa dan memiliki passion yang kuat di bidang panas bumi,” kata Nenny Miryani Saptadji Manajer Program Magister Teknik Geothermal ITB.
Sementara di Universitas Indonesia, Program Magister Eksplorasi Geothermal menyediakan kelas malam dan akhir pekan, sehingga bisa dimanfaatkan para praktisi untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan akademiknya.
“Beberapa praktisi dari Star Energy, Supreme Energy dan Chevron juga telah mengikuti program kami, termasuk 15 staf dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi Kementerian Energi dan Sumbedaya Mineral”, kata Yunus Daud, Ketua Program Magister Geothermal Universitas Indonesia.
Dalam waktu dekat Universitas Indonesia berencana melembagakan Pusat Riset Panasbumi yang akan melibatkan pakar-pakar dari lintas Fakultas seperti Fakultas Sains (MIPA), Teknik, Ekonomi dan rumpun-rumpun ilmu sosial lainnya. RH
Sektor Panas Bumi Butuh 1.800 Profesional dan 2.500 Teknisi
Reviewed by OG Indonesia
on
Rabu, Oktober 26, 2016
Rating: