Suasana acara Indonesian Deep Water Forum 2016 di GKM Green Tower, Jakarta, Rabu (26/10). Foto: Ridwan Harahap |
"Kalau kita lihat cadangan kita dari tahun 2003 sampai 2014 ada kecenderungan turun terus," kata Gunung Sardjono Hadi, Presiden Direktur PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dalam acara Indonesian Deep Water Forum 2016 bertema "Mendorong Kesiapan Teknologi Migas dalam Menunjang Eksplorasi Laut Dalam" yang dihelat oleh OG Indonesia dan Komunitas Migas Indonesia (KMI) di GKM Green Tower, kawasan TB Simatupang, Jakarta, Rabu (26/10).
Gunung pun menyampaikan bahwa dalam 5-10 tahun terakhir boleh dikatakan tak ada temuan cadangan minyak dan gas yang besar di Indonesia. "Untuk gas paling yang terakhir ada Lapangan Abadi di Blok Masela," ungkap Gunung.
Menyikapi kondisi tersebut, disampaikan Gunung, perusahaan KKKS yang melakukan kegiatan eksplorasi di Indonesia, apalagi di laut dalam, perlu sebuah konsep baru, strategi baru, serta manajemen resiko di tengah kendala investasi migas seperti persoalan perizinan sampai rendahnya harga minyak.
"Lalu kita juga perlu spekulatif survei di area offshore termasuk deep water. Kami berharap ini bukan menjadi tanggung jawab kontraktor, kalau bisa itu menjadi tanggung jawab pemerintah," harapnya.
Gunung menjelaskan, dengan pemerintah mau melakukan survei di area offshore, maka data yang didapatkan akan menarik minat investor untuk masuk. "Pemerintah akan punya keuntungan dengan semakin banyak data, di mana pada saat akan di-bid maka harganya akan naik dan pesertanya juga akan banyak," bebernya.
Menarik minat investor untuk bermain di lapangan migas di area deep water dengan kedalaman lebih dari 500 meter memang tak mudah. Pihak SKK Migas sendiri mengatakan diperlukan biaya operasi yang sangat besar untuk kegiatan eksplorasi migas di laut dalam dengan resiko gagal yang juga besar.
"Seperti di sumur Lengkuas (Papua Barat) yang hanya gas indication dan sisanya dry. Sebagai informasi, Lengkuas ini sebagai pemegang rekor sumur termahal di Indonesia dengan biaya sampai US$ 225 juta, dan dry," ucap Sinta Damayanti, Kepala Dinas Keteknikan Geologi & Geofisika SKK Migas.
Persoalan biaya yang besar juga ditekankan oleh Sinang Bulawan, Praktisi Deep Water Indonesia. Menurutnya, perhitungan kesuksesan dari pengembangan lapangan migas di laut dalam adalah dari cadangan yang ditemukan versus biaya yang dikeluarkan.
Karena itu ia menyarankan dalam pengembangan migas di laut dalam kiranya perlu dilakukan secara bersama-sama atau terintegrasi oleh beberapa perusahaan. "Jadi kalau di Teluk Meksiko atau di Afrika, itu selalu dikembangkan dalam satu proyek terintegrasi. Mereka kumpulkan dulu lapangan-lapangan yang reserve-nya banyak, sehingga bisa meng-cover semua biaya yang dikeluarkan," tegasnya. RH
Perlu Strategi Baru dalam Pengembangan Migas di Laut Dalam
Reviewed by OG Indonesia
on
Rabu, Oktober 26, 2016
Rating: