![]() |
Foto: Istimewa |
PT PLN (Persero) telah menerbitkan laporan keuangan per 30 Juni 2016 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan, firma anggota jaringan global PwC di Indonesia.
"Hasil audit menunjukkan bahwa Perseroan selama periode enam bulan tahun 2016 mencapai realisasi kinerja yang lebih baik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya," kata Agung Murdifi, Manajer Senior Public Relations PT PLN (Persero) dalam siaran pers yang diterima OG Indonesia, Minggu (02/10).
Diterangkan Agung, pendapatan penjualan tenaga listrik PLN selama enam bulan pada 2016 mengalami kenaikan sebesar Rp 3,2 triliun atau 3,15% sehingga menjadi Rp 104,7 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 101,5 triliun.
"Pertumbuhan pendapatan ini berasal dari kenaikan volume penjualan kWh menjadi sebesar 107,2 Terra Watt hour (TWh) atau naik 7,85% dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 99,4 TWh," terangnya.
Peningkatan konsumsi kWh ini, dikatakan Agung, sejalan dengan kenaikan jumlah pelanggan yang dilayani perusahaan sampai dengan akhir bulan Juni 2016 yang telah mencapai 62,6 juta pelanggan atau bertambah 1,4 juta pelanggan dari akhir tahun 2015 yaitu 61,2 juta pelanggan. "Bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional yaitu dari 88,3 % pada Desember 2015 menjadi 89,5% pada Juni 2016," ucapnya.
Ditambahkan olehnya, PLN juga dapat melakukan efisiensi dan penghematan sehingga subsidi listrik pada periode enam bulan Tahun 2016 turun sebesar Rp 891 Milyar menjadi sebesar Rp26,6 triliun dibandingkan periode yang sama Tahun 2015 sebesar Rp 27,5 triliun.
Dan seiring dengan meningkatnya produksi tenaga listrik, beban usaha perusahaan naik sebesar Rp 1,9 triliun atau 1,66% menjadi Rp 119,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 117,8 triliun.
Namun, penambahan beban usaha tersebut masih lebih kecil dibanding pertumbuhan pendapatan karena PLN terus melakukan program efisiensi melalui substitusi penggunaan BBM dengan penggunaan batubara/energi primer lain yang lebih murah, dan pengendalian biaya bukan bahan bakar.
"Efisiensi terbesar terlihat dari berkurangnya biaya Bahan Bakar Minyak sebesar Rp 8,4 triliun sehingga pada 2016 menjadi Rp 10,4 trilliun atau 44,52% dari tahun sebelumnya Rp18,8 trilliun," jelas Agung. "Terutama dikarenakan penurunan konsumsi BBM 0,6 juta kilo liter sehingga pemakaian sampai dengan Juni 2016 sebesar 2,2 juta kilo liter," tutupnya. RH
Paruh Pertama 2016, Efisiensi Biaya BBM PLN Capai Rp 8,4 Triliun
Reviewed by OG Indonesia
on
Minggu, Oktober 02, 2016
Rating:
