![]() |
Foto: Ridwan Harahap |
Hal tersebut terungkap dalam acara Oil & Gas Conference 2016 bertemakan "Strategy of Production Acceleration and Enhancement on Oil and Gas Supporting Business Opportunity in East Indonesia" di Dome Sport & Convention Center, Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (20/09).
"Proyek-proyek strategis di Indonesia ada beberapa di Indonesia timur yang peluang investasinya cukup besar. Kita menunggu investor untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi," kata Djoni Menteng, Kepala Seksi Pengembangan Investasi Hulu Migas Ditjen Migas Kementerian ESDM.
Djoni mengatakan ada sekitar 10 lokasi proyek migas dari konvensional sampai non konvensional di Indonesia timur yang potensial untuk dikembangkan.
"Untuk tahun 2016 ini kita ada empat penawaran wilayah kerja migas konvesional untuk yang reguler dan tujuh dengan penawaran langsung," terangnya. "Yang reguler ada di Sorong, Sulawesi dan Selat Makassar. Yang penawaran langsung ada di Papua, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan," sambung Djoni.
Wilayah timur Indonesia memang potensi migasnya belum banyak dikembangkan. Hal tersebut diakui oleh mantan Sekretaris Jenderal Komite Eksplorasi Nasional (KEN) Muhamad Sani.
"Potensi basin kita masih banyak yang belum dikembangkan, dari 86 basin masih ada 46 basin yang belum dikembangkan. Masih ada sekitar 1 miliar oil dan 200 TCF gas, baik di daerah Indonesia barat maupun timur yang bisa dikleksploitasi," tuturnya.
Sani menerangkan sebuah fakta bahwa di wilayah Papua Nugini banyak sekali kegiatan produksi migas. "Tapi begitu masuk perbatasan kita tak ada lagi, bahkan kegiatan eksplorasi pun tak ada," ucap Sani miris.
Pihak SKK Migas sendiri mengungkapkan bahwa posisi kegiatan eksploitasi migas selama ini sekitar 91% masih berada di wilayah barat Indonesia, sementara di timur Indonesia hanya 9%.
"Dan ironisnya di bagian barat ini sudah habis dan decline. Yang banyak justru di timur, cuma challenge-nya operasinya berat di laut dalam sampai kendala masalah logistik dan supply base-nya," terang Arief Fanzuri, Kepala Divisi Operasi Produksi SKK Migas.
Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri. Ditambah lagi persoalan memberi nilai tambah dari sumber daya migas di wilayah Indonesia timur untuk daerah setempat. Karena itu Ketua Komunitas Migas Indonesia (KMI) S. Herry Putranto menyarankan agar pembangunan industri pengguna migas juga sebaiknya digeser ke kawasan timur Indonesia.
"Kita punya gas di Bintuni, tapi kalau gasnya dikirim ke Jawa akan lebih mahal. Ini akan diprotes sama industri. Karena itu misalnya industri petrochemical harus ditarik ke sana. Model seperti ini yang harus dilakukan dan didorong oleh Kementerian Perindustrian," papar Herry.
Pihak Kementerian Perindustrian mengamini pernyataan Herry dan bahkan sudah merubah skema pembangunan industri dari per sektoral menjadi per kawasan.
"Dulu kita masih sektoral tapi sekarang per kawasan. Kami akan membangun industri per wilayah agar terjadi penyebaran pembangunan," tegas Adi Rahmanto, Kasubdit Pengembangan Kawasan Industri Kemenperin. RH
Peluang Investasi Migas di Indonesia Timur Masih Sangat Besar
Reviewed by OG Indonesia
on
Selasa, September 20, 2016
Rating:
![Peluang Investasi Migas di Indonesia Timur Masih Sangat Besar](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiICe0mv8UobdVSDvQUTowrIugGcq5o3yRNCO2Lzfhwi4NWjdWwVX0_RO9zfWB5uhhZgl0GZEHMDwiVavsmn8f7ss0S1OFG6hR96dnLVsu8i7ZZn6h2i-mDYFoQutv1Dwro8HiPGmg3mWs/s72-c/IMG_20160920_122555.jpg)