Murah Tak Jadi Jaminan, Kontraktor China Terancam Di Proyek PLN


Jakarta, OG Indonesia-- PT PLN (Persero) mengaku sudah belajar dari pengalaman saat menjalankan Fast Tracking Project(FTP) pada 2005-2015 lalu. Salah satu masalah yang membuat proyek tersebut tidak terealisasi 100% adalah buruknya kualitas kontraktor. Kebanyakan pembangkit listrik di FTP dikerjakan oleh kontraktor dari China.



Kini PLN memperketat seleksi saat memilih kontraktor. Hasilnya, perusahaan asal China tak lagi mendominasi. Pembangkit-pembangkit listrik yang harus dibangun PLN dalam proyek 35.000 MW sekarang paling banyak dikerjakan oleh kontraktor dari Jepang.

Direktur Perencanaan PLN, Nicke Widyawati, mengungkapkan 41,9% proyek pembangkit PLN digarap oleh kontraktor Jepang, hanya 26% saja yang menggunakan kontraktor dari China.

PLN juga mendiversifikasi kontraktor, tak mau lagi terlalu bergantung pada kontraktor dari negara tertentu seperti saat FTP.

"Sekarang 41,9% dari Jepang, China sekitar 26%. Sebetulnya itu sudah terlihat dari yang sudah kita tanda tangan, asal negara tidak dominan di negara yang disebutkan tadi (China). Ada juga dari Eropa dan dari Amerika Serikat," kata Nicke, saat ditemui di Gedung BPK, Jakarta, Selasa (31/5/2016).

Nicke menambahkan, dominasi China dalam proyek-proyek PLN berakhir karena sekarang penilaian utama dalam lelang bukan harga. 

Kualitas mesin pembangkit dan kemampuan teknis kontraktor juga menjadi penilaian utama. Dalam hal ini, Jepang lebih banyak unggul.

"Sekarang tender PLN bukan hanya melihat yang termurah tapi kualitas secara teknis. Kualitas mesin, baru kita lakukan perbandingan harga," ucapnya.
Murah Tak Jadi Jaminan, Kontraktor China Terancam Di Proyek PLN Murah Tak Jadi Jaminan, Kontraktor China Terancam Di Proyek PLN Reviewed by OG Indonesia on Rabu, Juni 01, 2016 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.