Jakarta, OG Indonesia--Tak ingin kekayaan migas habis sia-sia, Bojonegoro ingin menyisihkan sebagian dari pendapatan migas untuk ditabung menjadi 'dana abadi'. Bisa digunakan untuk apa saja dana abadi ini?
Bupati Bojonegoro, Suyoto, mengungkapkan bunga dana abadi akan dijadikan beasiswa untuk anak-anak Bojonegoro agar dapat sekolah sampai perguruan tinggi.
Selain itu, dana abadi juga dapat digunakan untuk menutup defisit anggaran daerah saat harga minyak sedang anjlok.
"Pembentukan dana abadi ini bisa dipakai bunganya saja untuk pembangunan manusia secara berkelanjutan, dan kalau ada naik turun harga minyak bisa jadi penyelamat," kata Suyoto.
Dari dana abadi ini, anak-anak Bojonegoro bisa mendapatkan beasiswa dengan skema pinjaman, dikembalikan ke daerah saat sudah bekerja. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, kualitas sumber daya manusia (SDM) Bojonegoro menjadi bagus, sektor-sektor di luar migas bisa berkembang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru yang berkelanjutan.
"Hanya bunganya saja yang dipakai, hanya untuk pengembangan SDM ke depan. Kita ingin mendorong anak sekolah. Kalau ini sudah jadi, dananya untuk pinjaman buat mereka yang mau masuk perguruan tinggi. Nanti kalau kerja dia kembalikan," papar Suyoto.
"Bayangkan kalau kita punya dana abadi Rp 20 triliun, bunganya saja bisa Rp 1,2 triliun kalau 6% per tahun. Bisa dipakai untuk beasiswa buat rakyat Bojonegoro," sambungnya.
Besaran dana abadi yang disimpan setiap tahun tidak akan selalu Rp 100 miliar seperti tahun ini, tapi tergantung besarnya pendapatan yang diperoleh dari migas.
"Tidak tentu (besaran tabungan untuk dana migas tiap tahun) karena harga minyak naik turun. Rumus yang kami pakai misalnya kami hanya akan menggunakan X% dari pendapatan migas," pungkasnya.
Tips Agar Kekayaan Migas Dirasakan Rakyat
Sering terjadi, rakyat di daerah-daerah kaya minyak dan gas bumi (migas) justru tidak merasakan hasil dari migas yang berasal dari dalam buminya. Suyoto, punya 5 tips agar rakyat di daerah bisa ikut merasakan langsung manfaat dari kekayaan migasnya.
Pertama, rakyat setempat harus ikut dilibatkan menjadi tenaga kerja di blok migas. Masyarakat sekitar tidak boleh hanya jadi penonton saja. Tanpa keterlibatan masyarakat lokal, blok migas pasti tidak mendapat dukungan dan bisa mendapat gangguan keamanan.
"Pada saat eksplorasi dan eksploitasi, peluang tenaga kerja harus ada sebesar-besarnya di daerah, dan ini harus dipaksakan agar masyarakat sekitar tak jadi penonton. Alasannya, inilah yang membuat masyarakat mendukung, daripada pakai aparat keamanan yang menakutkan atau pagar baja, lebih baik ini caranya," kata Suyoto.
Kedua, harus ada nilai tambah yang diciptakan di daerah. Hilirisasi itu misalnya pabrik petrokimia atau pabrik pupuk untuk mengolah gas bumi. Ketiga, sebagian dari pendapatan dari migas harus disisihkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah, supaya ada sumber pendapatan lain ketika daerah sudah tak punya migas.
"Menyangkut pendapatan, harus digunakan untuk pengembangan SDM karena SDM ini yang membuat kita tangguh di kemudian hari. Apapun yang direncanakan daerah untuk transformasi ekonomi, misalnya dari pertanian ke jasa dan pariwisata, tidak bisa tidak kecuali didukung SDM yang handal. Itu yang sedang kami kerjakan," paparnya.
Keempat, pendapatan dari migas tidak boleh digunakan untuk pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya konsumtif, foya-foya, bermewah-mewahan. Tapi harus dipakai untuk membangun infrastruktur yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara berkelanjutan.
"Belanja infrastruktur harus relevan dengan pertumbuhan ekonomi. Kalau bermewah-mewah, kita bikin jalan, jembatan, kantor yang mewah itu harus kita hindari. Selain dikorupsi, nanti jadi kena jebakan 'mental pesta', orang kaya baru calon miskin. Uang dari migas ini bukan hanya hak generasi sekarang, tapi juga generasi mendatang," Suyoto menuturkan.
Kelima, pendapatan migas harus ditabung untuk generasi mendatang, tidak dihabiskan sekaligus setiap tahun. "Harus ada strategi fiskal berkelanjutan mulai dari investasi keuangan, pembentukan unit-unit usaha jangka panjang, bank lokal harus diperkuat, dan pembentukan dana abadi. Jangan habiskan semua," pungkasnya.
Bupati Bojonegoro, Suyoto, mengungkapkan bunga dana abadi akan dijadikan beasiswa untuk anak-anak Bojonegoro agar dapat sekolah sampai perguruan tinggi.
Selain itu, dana abadi juga dapat digunakan untuk menutup defisit anggaran daerah saat harga minyak sedang anjlok.
"Pembentukan dana abadi ini bisa dipakai bunganya saja untuk pembangunan manusia secara berkelanjutan, dan kalau ada naik turun harga minyak bisa jadi penyelamat," kata Suyoto.
Dari dana abadi ini, anak-anak Bojonegoro bisa mendapatkan beasiswa dengan skema pinjaman, dikembalikan ke daerah saat sudah bekerja. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, kualitas sumber daya manusia (SDM) Bojonegoro menjadi bagus, sektor-sektor di luar migas bisa berkembang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru yang berkelanjutan.
"Hanya bunganya saja yang dipakai, hanya untuk pengembangan SDM ke depan. Kita ingin mendorong anak sekolah. Kalau ini sudah jadi, dananya untuk pinjaman buat mereka yang mau masuk perguruan tinggi. Nanti kalau kerja dia kembalikan," papar Suyoto.
"Bayangkan kalau kita punya dana abadi Rp 20 triliun, bunganya saja bisa Rp 1,2 triliun kalau 6% per tahun. Bisa dipakai untuk beasiswa buat rakyat Bojonegoro," sambungnya.
Besaran dana abadi yang disimpan setiap tahun tidak akan selalu Rp 100 miliar seperti tahun ini, tapi tergantung besarnya pendapatan yang diperoleh dari migas.
"Tidak tentu (besaran tabungan untuk dana migas tiap tahun) karena harga minyak naik turun. Rumus yang kami pakai misalnya kami hanya akan menggunakan X% dari pendapatan migas," pungkasnya.
Tips Agar Kekayaan Migas Dirasakan Rakyat
Sering terjadi, rakyat di daerah-daerah kaya minyak dan gas bumi (migas) justru tidak merasakan hasil dari migas yang berasal dari dalam buminya. Suyoto, punya 5 tips agar rakyat di daerah bisa ikut merasakan langsung manfaat dari kekayaan migasnya.
Pertama, rakyat setempat harus ikut dilibatkan menjadi tenaga kerja di blok migas. Masyarakat sekitar tidak boleh hanya jadi penonton saja. Tanpa keterlibatan masyarakat lokal, blok migas pasti tidak mendapat dukungan dan bisa mendapat gangguan keamanan.
"Pada saat eksplorasi dan eksploitasi, peluang tenaga kerja harus ada sebesar-besarnya di daerah, dan ini harus dipaksakan agar masyarakat sekitar tak jadi penonton. Alasannya, inilah yang membuat masyarakat mendukung, daripada pakai aparat keamanan yang menakutkan atau pagar baja, lebih baik ini caranya," kata Suyoto.
Kedua, harus ada nilai tambah yang diciptakan di daerah. Hilirisasi itu misalnya pabrik petrokimia atau pabrik pupuk untuk mengolah gas bumi. Ketiga, sebagian dari pendapatan dari migas harus disisihkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah, supaya ada sumber pendapatan lain ketika daerah sudah tak punya migas.
"Menyangkut pendapatan, harus digunakan untuk pengembangan SDM karena SDM ini yang membuat kita tangguh di kemudian hari. Apapun yang direncanakan daerah untuk transformasi ekonomi, misalnya dari pertanian ke jasa dan pariwisata, tidak bisa tidak kecuali didukung SDM yang handal. Itu yang sedang kami kerjakan," paparnya.
Keempat, pendapatan dari migas tidak boleh digunakan untuk pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya konsumtif, foya-foya, bermewah-mewahan. Tapi harus dipakai untuk membangun infrastruktur yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara berkelanjutan.
"Belanja infrastruktur harus relevan dengan pertumbuhan ekonomi. Kalau bermewah-mewah, kita bikin jalan, jembatan, kantor yang mewah itu harus kita hindari. Selain dikorupsi, nanti jadi kena jebakan 'mental pesta', orang kaya baru calon miskin. Uang dari migas ini bukan hanya hak generasi sekarang, tapi juga generasi mendatang," Suyoto menuturkan.
Kelima, pendapatan migas harus ditabung untuk generasi mendatang, tidak dihabiskan sekaligus setiap tahun. "Harus ada strategi fiskal berkelanjutan mulai dari investasi keuangan, pembentukan unit-unit usaha jangka panjang, bank lokal harus diperkuat, dan pembentukan dana abadi. Jangan habiskan semua," pungkasnya.
Uang Migas Akan Jadi Dana Abadi, Bojonegoro Ingin Manfaat Berkelanjutan
Reviewed by OG Indonesia
on
Senin, Mei 30, 2016
Rating: