Jakarta, OG Indonesia-- Industri minyak dan gas Indonesia tengah menghadapi kondisi yang menantang seiring dengan turunnya harga minyak mentah dunia. Situasi ini membutuhkan solusi untuk meningkatkan eksplorasi dan produksi, sekaligus menjadi ancaman bagi upaya menarik investasi yang diperlukan untuk menjaga ketahanan energi serta mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dibutuhkan upaya lebih dari para pemangku kepentingan sektor migas untuk mendorong pertumbuhan di tengah kinerja produksi yang sedang menurun. Meski berada dalam situasi yang menantang, sektor migas masih menyediakan banyak peluang bagi pelaku industri, antara lain masih luasnya daerah yang belum dieksplorasi dan lapangan yang ada pun masih menyimpan banyak potensi untuk meningkatkan produksi.
Sebagai upaya mencari solusi tersebut, Indonesian Petroleum Association (IPA), dengan mengusung tema “Shifting Paradigms in Indonesia - Supplying Energy in the New Reality” akan mengadakan serangkaian diskusi lintas sektoral yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan di sektor migas yang akan berlangsung 25-27 Mei 2016 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.
Presiden IPA, Christina Verchere mengatakan, “Rangkaian diskusi tersebut akan mengangkat pokok-pokok persoalan yang sedang dihadapi sektor migas. Akan ada tiga sesi diskusi pleno dengan para pembicara penting dari pemerintahan, pelaku industri, konsultan, serta perbankan akan mengelaborasi isu-isu terkini di sektor migas.”
Sesi pleno pertama akan mengetengahkan tema Menyelamatkan Industri Migas Indonesia di Tengah Turunnya Harga Minyak (Surviving the Oil and Gas Industry in Indonesia under Current Oil Price). Sesi ini akan mengemukakan pandangan pemerintah tentang dampak harga minyak rendah terhadap makroekonomi Indonesia.
Dalam sesi ini juga, akan didiskusikan mengenai daya saing investasi migas Indonesia berhadapan dengan negara lain di kawasan maupun global. Bukan saja dari pandangan para ahli, tapi juga dari para pelaku utama di industri ini di Indonesia.
Sesi pleno kedua akan membahas tema Reformasi Antar-Sektor sebagai Kunci Keberlanjutan Energi (Inter-Sectoral Reform Key to Energy Sustainability), bahwa untuk mendorong pertumbuhan sektor migas yang sehat juga membutuhkan pembenahan di sektor-sektor lain.
Pemerintah misalnya, pada tahun lalu sudah melakukan pelayanan terpadu satu pintu tapi pada praktiknya pelaku usaha masih menghadapi banyak hambatan ketika mengurus perizinan.
Sesi pleno ketiga akan mengangkat tema Tata Kelola Gas dalam Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (Gas Governance in Supporting the Acceleration of Indonesia Economic Development). Di sesi ini, mendiskusikan transisi pengelolaan gas dari orientasi ekspor ke pemenuhan kebutuhan domestik. Namun, yang jadi persoalan bagaimana kesiapan infrastruktur di Tanah Air untuk menyalurkan pasokan gas ini, terutama di kawasan timur. Selain itu juga akan membahas politisasi yang menyebabkan lambannya persetujuan investasi di sejumlah proyek migas.
Serangkaian acara diskusi ini, IPA akan mengundang Menko Perekonomian, Darmin Nasution, Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, Menteri ESDM, Sudirman Said, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya, Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, dan Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo sebagai pembicara kunci.
Selain itu, akan hadir pula para panelis nasional dan internasional antara lain pejabat pemerintahan tingkat tinggi, CEO dari perusahaan terkemuka migas, analis independen, serta pimpinan dari berbagai lembaga terkemuka.
Selain ketiga sesi pleno, acara konvensi juga akan mengadakan sesi khusus mengenai Migas sebagai Katalisator Pembangunan Daerah (Case Studies of Oil and Gas as Catalyst for Regional Development). Di sini, para pembicara yang berasal dari SKK Migas, Kementerian Keuangan, serta pemerintah daerah akan saling berbagi pengalaman serta manfaat yang diperoleh dari keberadaan sektor migas di daerah.
Marudut Manulang, Ketua Pelaksana Konvensi IPA ke-40 menambahkan, “Pada konveks IPA tahun ini, selain sesi pleno sesi khusus, masih banyak kegiatan lain, antara lain diskusi kelompok terarah (FGD), kursus-kursus singkat, program-program teknis, hingga pameran teknologi terbaru dari berbagai perusahaan di bidang minyak dan gas.”
Dalam diskusi kelompok terarah (FGD) yang akan diadakan 20 April 2016, IPA akan mengangkat tema Dampak Tersembunyi Harga Minyak Rendah terhadap Ketahanan Energi Nasional (Low Oil Price Environment, Its Unseen Impact to Indonesia Energy Security). Diskusi tersebut akan fokus pada tantangan terkait produksi migas Indonesia yang rendah lantaran banyak Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas menghentikan kegiatan eksplorasinya pada saat ini. Akibatnya Indonesia akan semakin mengalami ketergantungan terhadap impor, sementara permintaan energi terus meningkat.
Dibutuhkan upaya lebih dari para pemangku kepentingan sektor migas untuk mendorong pertumbuhan di tengah kinerja produksi yang sedang menurun. Meski berada dalam situasi yang menantang, sektor migas masih menyediakan banyak peluang bagi pelaku industri, antara lain masih luasnya daerah yang belum dieksplorasi dan lapangan yang ada pun masih menyimpan banyak potensi untuk meningkatkan produksi.
Sebagai upaya mencari solusi tersebut, Indonesian Petroleum Association (IPA), dengan mengusung tema “Shifting Paradigms in Indonesia - Supplying Energy in the New Reality” akan mengadakan serangkaian diskusi lintas sektoral yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan di sektor migas yang akan berlangsung 25-27 Mei 2016 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.
Presiden IPA, Christina Verchere mengatakan, “Rangkaian diskusi tersebut akan mengangkat pokok-pokok persoalan yang sedang dihadapi sektor migas. Akan ada tiga sesi diskusi pleno dengan para pembicara penting dari pemerintahan, pelaku industri, konsultan, serta perbankan akan mengelaborasi isu-isu terkini di sektor migas.”
Sesi pleno pertama akan mengetengahkan tema Menyelamatkan Industri Migas Indonesia di Tengah Turunnya Harga Minyak (Surviving the Oil and Gas Industry in Indonesia under Current Oil Price). Sesi ini akan mengemukakan pandangan pemerintah tentang dampak harga minyak rendah terhadap makroekonomi Indonesia.
Dalam sesi ini juga, akan didiskusikan mengenai daya saing investasi migas Indonesia berhadapan dengan negara lain di kawasan maupun global. Bukan saja dari pandangan para ahli, tapi juga dari para pelaku utama di industri ini di Indonesia.
Sesi pleno kedua akan membahas tema Reformasi Antar-Sektor sebagai Kunci Keberlanjutan Energi (Inter-Sectoral Reform Key to Energy Sustainability), bahwa untuk mendorong pertumbuhan sektor migas yang sehat juga membutuhkan pembenahan di sektor-sektor lain.
Pemerintah misalnya, pada tahun lalu sudah melakukan pelayanan terpadu satu pintu tapi pada praktiknya pelaku usaha masih menghadapi banyak hambatan ketika mengurus perizinan.
Sesi pleno ketiga akan mengangkat tema Tata Kelola Gas dalam Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (Gas Governance in Supporting the Acceleration of Indonesia Economic Development). Di sesi ini, mendiskusikan transisi pengelolaan gas dari orientasi ekspor ke pemenuhan kebutuhan domestik. Namun, yang jadi persoalan bagaimana kesiapan infrastruktur di Tanah Air untuk menyalurkan pasokan gas ini, terutama di kawasan timur. Selain itu juga akan membahas politisasi yang menyebabkan lambannya persetujuan investasi di sejumlah proyek migas.
Serangkaian acara diskusi ini, IPA akan mengundang Menko Perekonomian, Darmin Nasution, Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, Menteri ESDM, Sudirman Said, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya, Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, dan Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo sebagai pembicara kunci.
Selain itu, akan hadir pula para panelis nasional dan internasional antara lain pejabat pemerintahan tingkat tinggi, CEO dari perusahaan terkemuka migas, analis independen, serta pimpinan dari berbagai lembaga terkemuka.
Selain ketiga sesi pleno, acara konvensi juga akan mengadakan sesi khusus mengenai Migas sebagai Katalisator Pembangunan Daerah (Case Studies of Oil and Gas as Catalyst for Regional Development). Di sini, para pembicara yang berasal dari SKK Migas, Kementerian Keuangan, serta pemerintah daerah akan saling berbagi pengalaman serta manfaat yang diperoleh dari keberadaan sektor migas di daerah.
Marudut Manulang, Ketua Pelaksana Konvensi IPA ke-40 menambahkan, “Pada konveks IPA tahun ini, selain sesi pleno sesi khusus, masih banyak kegiatan lain, antara lain diskusi kelompok terarah (FGD), kursus-kursus singkat, program-program teknis, hingga pameran teknologi terbaru dari berbagai perusahaan di bidang minyak dan gas.”
Dalam diskusi kelompok terarah (FGD) yang akan diadakan 20 April 2016, IPA akan mengangkat tema Dampak Tersembunyi Harga Minyak Rendah terhadap Ketahanan Energi Nasional (Low Oil Price Environment, Its Unseen Impact to Indonesia Energy Security). Diskusi tersebut akan fokus pada tantangan terkait produksi migas Indonesia yang rendah lantaran banyak Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas menghentikan kegiatan eksplorasinya pada saat ini. Akibatnya Indonesia akan semakin mengalami ketergantungan terhadap impor, sementara permintaan energi terus meningkat.
IPA Convex ke-40 Berupaya Membangun Optimisme Migas Di Tengah Tantangan
Reviewed by OG Indonesia
on
Sabtu, April 09, 2016
Rating: