Jakarta, OG Indonesia-- Hampir separuh dari kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) Indonesia harus dipenuhi dari impor. Sebagai gambaran, pada 2015 lalu total kebutuhan BBM Indonesia adalah 71,3 juta Kilo Liter (KL), hanya 39,2 juta KL yang dapat dipenuhi dari dalam negeri, sisanya 32,1 juta KL dari impor. Kebutuhan BBM terus meningkat setiap tahun, tapi kapasitas kilang minyak di dalam negeri tidak bertambah, akibatnya impor terus melonjak. Perlu pembangunan kilang-kilang baru untuk menekan impor BBM.
Namun, pembangunan kilang minyak berskala besar masih mengalami banyak hambatan, mulai dari besarnya investasi yang dibutuhkan, insentif, sumber pasokan minyak mentah (crude), dan sebagainya. Karena itu, pemerintah melalui Kementerian ESDM mulai mempertimbangkan untuk mendorong pembangunan kilang-kilang minyak berskala kecil alias 'kilang mini'.
"Indonesia negara besar tapi punya kilang sedikit sekali. BBM demand-nya tinggi dan naik terus. Kalau kita bisa bangun kilang-kilang mini tentu multiplier effect-nya tinggi sekali," kata Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja, dalam diskusi ketahanan energi di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (7/3/2016).
Ide pembangunan kilang mini ini berkaca dari Rusia yang ketahanan energinya kuat karena memiliki banyak kilang minyak mini di seluruh wilayahnya.
"Rusia punya banyak kilang mini karena wilayahnya luas sekali. Mereka siap-siap untuk perang juga, kalau dibom 1 masih ada banyak kilangnya," tutur Wirat.
Seperti halnya Rusia, wilayah Indonesia juga sangat luas sehingga biaya pengangkutan minyak mentah ke kilang dan BBM ke daerah-daerah sangat mahal. Alhasil, Wirat memandang Indonesia seharusnya juga punya banyak kilang mini.
"Setelah minyak dihasilkan kan di kirim ke kilang, rata-rata cukup jauh. Kita ini punya banyak remote area. Minyaknya kecil, dibawa ke kilang yang jauh, lalu BBM yang jumlahnya sedikit dibawa ke sana lagi. Ini tantangan yang harus kita lihat," ujar Wirat.
Dengan adanya kilang-kilang mini, biaya transportasi untuk pengiriman minyak mentah bisa dihemat. Kilang mini perlu dibangun di dekat sumber-sumber minyak yang lokasinya terpencil. Di Indonesia, sangat banyak wilayah yang cocok dan butuh kilang mini.
"Ada puluhan marginal field di Indonesia. Ada beberapa lokasi yang potensial untuk kilang mini dengan kapasitas 6-20 ribu barel per hari (bph)," ucapnya.
Kilang mini juga bisa dibangun di wilayah-wilayah terpencil yang membutuhkan pasokan BBM secara kontinyu. Dengan begitu, biaya distribusi BBM bisa ditekan.
"Kita juga bisa bangun kilang-kilang mini berdasarkan konsumen. Misalnya di NTT atau Maluku Utara. Yang dibawa ke sana crude saja. Itu perlu kita pertimbangkan juga," imbuhnya.
Wirat berjanji akan segera mendorong pembangunan kilang-kilang mini. Aturan untuk payung hukumnya akan segera diselesaikan pada pertengahan tahun 2016 ini.
"Regulasinya perlu kita bahas bersama. Yang kita sebut kilang mini ini sampai kapasitas berapa, lapangan minyak marginal juga bagaimana definisinya, pelakunya apakah kita lelang atau penugasan ke BUMN, perlu kita bahas bersama. Ini cukup Peraturan Menteri (Permen), turunan dari Perpres kilang. Target kita Permen terbit tahun ini, mungkin sekitar Juni," tutupnya.
Namun, pembangunan kilang minyak berskala besar masih mengalami banyak hambatan, mulai dari besarnya investasi yang dibutuhkan, insentif, sumber pasokan minyak mentah (crude), dan sebagainya. Karena itu, pemerintah melalui Kementerian ESDM mulai mempertimbangkan untuk mendorong pembangunan kilang-kilang minyak berskala kecil alias 'kilang mini'.
"Indonesia negara besar tapi punya kilang sedikit sekali. BBM demand-nya tinggi dan naik terus. Kalau kita bisa bangun kilang-kilang mini tentu multiplier effect-nya tinggi sekali," kata Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja, dalam diskusi ketahanan energi di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (7/3/2016).
Ide pembangunan kilang mini ini berkaca dari Rusia yang ketahanan energinya kuat karena memiliki banyak kilang minyak mini di seluruh wilayahnya.
"Rusia punya banyak kilang mini karena wilayahnya luas sekali. Mereka siap-siap untuk perang juga, kalau dibom 1 masih ada banyak kilangnya," tutur Wirat.
Seperti halnya Rusia, wilayah Indonesia juga sangat luas sehingga biaya pengangkutan minyak mentah ke kilang dan BBM ke daerah-daerah sangat mahal. Alhasil, Wirat memandang Indonesia seharusnya juga punya banyak kilang mini.
"Setelah minyak dihasilkan kan di kirim ke kilang, rata-rata cukup jauh. Kita ini punya banyak remote area. Minyaknya kecil, dibawa ke kilang yang jauh, lalu BBM yang jumlahnya sedikit dibawa ke sana lagi. Ini tantangan yang harus kita lihat," ujar Wirat.
Dengan adanya kilang-kilang mini, biaya transportasi untuk pengiriman minyak mentah bisa dihemat. Kilang mini perlu dibangun di dekat sumber-sumber minyak yang lokasinya terpencil. Di Indonesia, sangat banyak wilayah yang cocok dan butuh kilang mini.
"Ada puluhan marginal field di Indonesia. Ada beberapa lokasi yang potensial untuk kilang mini dengan kapasitas 6-20 ribu barel per hari (bph)," ucapnya.
Kilang mini juga bisa dibangun di wilayah-wilayah terpencil yang membutuhkan pasokan BBM secara kontinyu. Dengan begitu, biaya distribusi BBM bisa ditekan.
"Kita juga bisa bangun kilang-kilang mini berdasarkan konsumen. Misalnya di NTT atau Maluku Utara. Yang dibawa ke sana crude saja. Itu perlu kita pertimbangkan juga," imbuhnya.
Wirat berjanji akan segera mendorong pembangunan kilang-kilang mini. Aturan untuk payung hukumnya akan segera diselesaikan pada pertengahan tahun 2016 ini.
"Regulasinya perlu kita bahas bersama. Yang kita sebut kilang mini ini sampai kapasitas berapa, lapangan minyak marginal juga bagaimana definisinya, pelakunya apakah kita lelang atau penugasan ke BUMN, perlu kita bahas bersama. Ini cukup Peraturan Menteri (Permen), turunan dari Perpres kilang. Target kita Permen terbit tahun ini, mungkin sekitar Juni," tutupnya.
Janji Dirjen Migas, Dorong Pembangunan Kilang Mini
Reviewed by OG Indonesia
on
Senin, Maret 07, 2016
Rating: