Revenue Over Cost, Strategi Bagi Hasil Jadi Fleksibel

Jakarta, OG Indonesia-- Guna mengantisipasi penurunan harga minyak dunia lewat mekanisme bagi hasil dengan skema revenue over cost, Pemerintah sudah mewacanakan akan memberikan insentif bagi perusahaan produsen migas di Indonesia.

Menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), IGN Wiratmaja Puja, perhitungan bagi hasil melalui mekanisme revenue over cost hingga saat ini masih dalam pembahasan.

Saat ini, tambahnya, skema revenue over cost tengah dievaluasi untuk nantinya diterapkan di kontrak baru Blok Mahakam yang berlaku pada 2018 mendatang. Untuk kontrak lainnya baik kontrak baru maupun lama belum ditetapkan dan masih dalam pembahasan.

"Untuk Mahakam itu sudah disepakati menggunakan revenue over cost, hanya soal split-nya berapa itu masih dibahas sekarang," tuturnya belum lama ini di Jakarta.

Dirinya mengungkapkan, melalui skema revenue over cost maka porsi bagi hasil antara pemerintah dan perusahaan migas akan lebih fleksibel. Jika pembagian antara revenue dengan biaya hasilnya kurang dari satu maka pemerintah hanya akan mendapatkan FTP sebesar 20% saja.

Apalagi ada prediksi harga minyak di masa mendatang bisa menyentuh level harga US$ 20 per barel. "Tapi kita masih optimis tahun depan sesuai APBN mencapai US$ 50 per barel. Maka itu skema tersebut diterapkan di Mahakam karena jika aturan split tetap sama, harga terus turun, resorvoir turun, khawatirnya itu sulit untuk menjaga penerimaan negara yang lebih baik. Sehingga untuk menghilangkan ketidakpastian, kita pakai model revenue over cost," pungkasnya. 
Revenue Over Cost, Strategi Bagi Hasil Jadi Fleksibel Revenue Over Cost, Strategi Bagi Hasil Jadi Fleksibel Reviewed by OG Indonesia on Minggu, Januari 03, 2016 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.