Supreme Energy Targetkan Bangun Dua PLTP di Tahun 2016

Supramu Santosa,
Presiden dan CEO Supreme Energy
Foto: Ridwan Harahap

Jakarta, O&G Indonesia – Supreme Energy menargetkan mulai membangun Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan pada tahun 2016 yang akan datang.

“Kita masih menunggu dan sedang duduk dengan PLN dan Pemerintah untuk mengadakan perubahan tariif adjusment. Karena dengan penemuan kita yang lebih kecil, (sekitar) 220 (Megawatt/MW) kita memerlukan tarif yang lebih tinggi untuk bisa jalan,” terang Supramu Santosa, Presiden dan CEO Supreme Energy ketika ditemui O&G Indonesia di kantornya di kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (18/12). “Kalau itu bisa cepat selesai, Januari (2016) selesai, maka tahun 2016 kita sudah mulai membangun,” tambahnya.

Dikatakan Supramu, ada dua rencana PLTP yang akan dibangun yang saat ini sudah dalam tahap development. Yang pertama adalah PLTP di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Muara Laboh, di Solok Selatan, Sumatera Barat dengan kapasitas 80 MW. Sementara yang kedua di WKP Rantau Dedap, di Muara Enim, Lahat, Pagar Alam di Sumatera Selatan dengan kapasitas 100 MW.

Jika pembangunan dua PLTP tersebut sudah bisa dimulai pada tahun 2016, Supramu memperkirakan kedua PLTP tersebut sudah akan bisa berproduksi pada tahun 2019. “Di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan pada tahun 2019 kita sudah ada produksi,” tuturnya.

Pembangunan PLTP tersebut bisa dipastikan setelah Supreme Energy berhasil menemukan cadangan terbukti panas bumi melalui kegiatan eksplorasi yang dilakukan pada tahun 2015 ini. “Di Muara Laboh kita ngebor enam sumur, kita bisa dapat proven reserves 80 MW. Di Rantau Dedap kita drill enam sumur, kita dapat proven reserves 100 MW,” ungkapnya.

WKP Muara Laboh dengan rencana kapasitas terpasang sampai 2x110 MW dikerjakan Supreme Energy dengan dua partnernya yaitu Engie dan Sumitomo. Sementara WKP Rantau Dedap dengan rencana kapasitas terpasang sebesar 2x100 MW dikerjakan oleh Supreme Energy bersama dengan Engie dan Marubeni. RH