Jakarta, O&G Indonesia-- Pemerintah selayaknya juga
mendorong tumbuhnya industri sebagai penopang pembangunan pembangkit listrik
berkapasitas 35.000 MW agar listrik tidak nganggur.
Jika
program pembangkit listrik 35.000 Megawatt (MW) dapat diwujudkan maka ada
peluang besar untuk penambahan industri, pelanggan, dan utilitas baru. “Kalau
tidak ada industri, listrik yang telah dibangun akan nganggur. Kalau listrik
nganggur itu bahaya. Akhirnya pembangunan tidak ada gunanya,”kata Ali Herman
Ibrahim, Ketua Umum Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) kepada O&G Indonesia, Senin (14/12/2015) di
Jakarta. Selain listrik, pembangunan
industri manufaktur, jasa dan lain semacamnya pun dilakukan secara
simultan.
Menurut
Ali, program pembangkit listrik yang digagas pemerintahan JKW-JK ini sangat
baik dan positif. “Kalau tidak ada keinginan tentu tidak akan berjalan dengan
baik. Karena itu harus ada impian soal apa yang hendak dicapai,”papar Ali, yang
juga menjabat sebagai President Director Bakrie Power.
Sebagaimana
diketahui pemerintah telah menggulirkan program pembangunan pembangkit listrik
berkapasitas 35.000 MW, yang dicanangkan akhir 2014. Program ini pun mengundang
perhatian semua pihak baik masyarakat dan pemerintah daerah maupun pusat. “Ini political
will pemerintah hendak membangun pembangkit listrik yang cukup,”kata Ali.
Walaupun dalam perkembangannya ekonomi dalam negeri kurang menggembirakan
karena faktor global dan internal.
Ketika
ditanyakan berapa kebutuhan riil listrik di Tanah Air, Ali menjawab, “Dulu
perkiraannya memang segitu (35.000 MW). Sampai pada 2014, kapasitas listrik
yang terpasang adalah 53.000 MW. Katakanlah 20% nya saja sudah derating. Derating itu artinya
kapasitasnya sudah berkurang karena sudah tua dan rusak. Dengan demikian,
tinggal 43.000 MW yang siap,”tegas Ali, yang juga mengusulkan bandara yang
belum selesai dibangun, atapnya dipasangi panel surya.
Pembangkit
listrik yang mengalami hal seperti tersebar di seluruh Indonesi. Mulai dari
Kepulauan Riau, Aceh, Lampung, Sulawesi Utara, NTT, NTB, dan Papua. “Selain menjadi concern asosiasi, kita juga
membutuhkan dukungan pemerintah, Kementerian ESDM, PLN dan semua pihak untuk
merevitalisasi,”papar Ali. Hal ini agar pembangunan kelistrikan dapat tercapai
sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar, kapasitas optimal, handal, efisien dan
berkelanjutan.
Pada
saat ini, ungkap Ali, kebutuhan rill listrik kita 37.000 MW di seluruh
Indonesia. Sedangkan yang ada 45.000 MW (ready beroperasi). “Nah, 37.000 MW
yang diperlukan dan 45.000 MW yang ada
itu ternyata masih kurang. Idealnya, 37.000 MW tadi, maka perlu kapasita yang
riil, yang ready dan handal 37.000 MW ditambah 30% dari 37.000. Jadi, 30% dari
37.000 MW berarti kira-kira 12.000 MW,”papar Ali, sembari mengimbuhkan yang
diperlukan 37.000 MW ditambah 12.000 MW menjadi 49.000 MW.
Ali
mengutarakan sesuai perhitungan pemerintah, Indonesia pada 5 tahun mendatang
memerlukan 50.000 MW. “Padahal yang ada saat ini 45.000 MW (yang ready). Yang
dibutuhkan 68.000 MW. Sedangkan yang tersedia
45.000 MW,”kata Ali. Jadi, yang mutlak harus ada sebesar 20.000 MW
sebagai tambahan dalam 5 tahun mendatang.
Lebih
jauh Ali mengutarakan bahwa salah satu hasil karya manajemen dan engineering
yang patut dicatat dan dijadikan referensi adalah PLN Batam karena sesuai
dengan kaidah-kaidah yang benar, kapasitas optimal, handal, efisien dan
berkelanjutan
“PLN
Batam sebagai suatu entity independen dengan wilayah usaha sendiri tidak
berhubungan langsung dengan induknya, PLN Pusat, merupakan hasil transformasi
manajemen korporatisasi dan engineering yang berhasil dan berkembang terus
sampai saat ini,”tutur Ali.
Transformasi
manajemen pada 2000, ungkap Ali, diikuti oleh perencanaan pengembangan sistem
kelistrikan terpadu dan matang mengantar PLN Batam beroperasi melayani
masyarakat dengan standar satisfaction
tinggi, handal dan berkelanjutan dengan finansial yang baik.
Disamping
itu, Ali juga menyampaikan terkait
pemeliharaan pembangkit dan instalasi listrik. Menurutnya permasalahan
pemeliharaan pembangkit dan instalasi listrik perlu kembali menjadi perhatian
utama, agar ketersediaan pelayanan listrik terus maksimal dan optimum dan
kapasitas pelayanan tidak berkurang. (SB)
Pembangkit 35.000 MW Harus Disertai Pembangunan Industri
Reviewed by OG Indonesia
on
Jumat, Desember 18, 2015
Rating: