Hugua, Bupati Wakatobi |
Diterangkan oleh Hugua, Bupati Wakatobi, di kepulauan yang dinamai dari singkatan empat pulau utama di kawasan tersebut yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko, terdapat satu selat yang arus lautnya sangat kencang.
"Namanya Selat Hantu. Di sana itu kecepatan arusnya 5 meter per detik," kata Hugua kepada O&G Indonesia di sela-sela acara National Workshop Solutions Initiatives for Urban Development in Island and Coastal Environment yang dihelat di The Margo Hotel, Depok, Rabu, (16/09).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh Balai Perekayasaan Teknologi Kelautan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan di Wakatobi, jika di daerah Selat Hantu dengan luas wilayah 15 km x 7,5 km dipasangi turbin-turbin akan bisa memanen energi arus laut yang sangat besar guna membangkitkan listrik.
"Jadi dari situ bisa pasok (listrik) bukan cuma Jawa dan Bali, sampai benua Asia itu dapat," ungkap Hugua. "Hanya saja teknologinya belum ada yang meneliti lebih jauh. Kita coba itu enggak kuat kita," sambung Hugua.
Kepulauan Wakatobi yang 100% wilayahnya merupakan kawasan Taman Nasional dengan lautan yang rata-rata sedalam 200 meter, dikelilingi oleh laut-laut dalam di sekitarnya, yaitu Laut Flores dengan kedalaman 3.000 meter di sebelah selatan, dan Laut Banda di sisi timur dengan kedalaman hingga 7.000 meter. Kontur dasar laut seperti itu mendukung terjadinya arus laut yang kencang. "Air itu naik kayak jumping, itu ada di antara Pulau Binongko dan Pulau Tomia," kisah Hugua.
"Wow, kalau bisa itu dieksplor untuk energi nasional sebagai energi alternatif, tinggal pasang turbin dan berputar di area seluas 15 kilometer kali 7,5 kilometer, coba bayangkan berapa ratus ribu turbin di situ? Itu bisa suplai untuk Indonesia," cerita Hugua bersemangat.
Namun sayangnya, Kabupaten Wakaboti dengan jumlah penduduk yang sebanyak 112 ribu orang, saat ini hanya sekitar 40% penduduknya yang bisa menikmati listrik. "Masih ada 60 persen yang belum terlistriki. Dan yang (menyala) 24 jam itu cuma di Pulau Wangi-Wangi, selebihnya cuma 12 jam. Itu mati hidup, mati hidup," ungkapnya.
Diterangkan Hugua bahwa daerahnya saat ini masih bergantung pada PLN untuk menerangi wilayah Wakatobi. "Kita sekarang ada dari PLN tapi masih dari genset. Tapi sekarang ada proyek PLN 2 kali 3 megawatt untuk di ibukota di mana sudah menggunakan gas. Gasnya itu dipasok dari luar oleh PLN," tuturnya.
Karena itu di beberapa tempat di Wakatobi sudah ada studi untuk pengembangan biofuel dan tenaga surya sebagai pembangkit listrik. "Energi sinar matahari dan angin yang ada di Wakatobi belum termanfaatkan secara maksimal," pungkasnya. RH
"Jadi dari situ bisa pasok (listrik) bukan cuma Jawa dan Bali, sampai benua Asia itu dapat," ungkap Hugua. "Hanya saja teknologinya belum ada yang meneliti lebih jauh. Kita coba itu enggak kuat kita," sambung Hugua.
Kepulauan Wakatobi yang 100% wilayahnya merupakan kawasan Taman Nasional dengan lautan yang rata-rata sedalam 200 meter, dikelilingi oleh laut-laut dalam di sekitarnya, yaitu Laut Flores dengan kedalaman 3.000 meter di sebelah selatan, dan Laut Banda di sisi timur dengan kedalaman hingga 7.000 meter. Kontur dasar laut seperti itu mendukung terjadinya arus laut yang kencang. "Air itu naik kayak jumping, itu ada di antara Pulau Binongko dan Pulau Tomia," kisah Hugua.
"Wow, kalau bisa itu dieksplor untuk energi nasional sebagai energi alternatif, tinggal pasang turbin dan berputar di area seluas 15 kilometer kali 7,5 kilometer, coba bayangkan berapa ratus ribu turbin di situ? Itu bisa suplai untuk Indonesia," cerita Hugua bersemangat.
Namun sayangnya, Kabupaten Wakaboti dengan jumlah penduduk yang sebanyak 112 ribu orang, saat ini hanya sekitar 40% penduduknya yang bisa menikmati listrik. "Masih ada 60 persen yang belum terlistriki. Dan yang (menyala) 24 jam itu cuma di Pulau Wangi-Wangi, selebihnya cuma 12 jam. Itu mati hidup, mati hidup," ungkapnya.
Diterangkan Hugua bahwa daerahnya saat ini masih bergantung pada PLN untuk menerangi wilayah Wakatobi. "Kita sekarang ada dari PLN tapi masih dari genset. Tapi sekarang ada proyek PLN 2 kali 3 megawatt untuk di ibukota di mana sudah menggunakan gas. Gasnya itu dipasok dari luar oleh PLN," tuturnya.
Karena itu di beberapa tempat di Wakatobi sudah ada studi untuk pengembangan biofuel dan tenaga surya sebagai pembangkit listrik. "Energi sinar matahari dan angin yang ada di Wakatobi belum termanfaatkan secara maksimal," pungkasnya. RH
Wakatobi Simpan Potensi Arus Laut yang Bisa Listriki Benua Asia
Reviewed by OG Indonesia
on
Rabu, September 16, 2015
Rating: