Chin Kong Far, Franz Kufner, Alwi Al Hamid, dan Daxter Chua (Kiri ke Kanan) |
Jakarta, O&G Indonesia -- Intergraph Process, Power & Marine (PP&M) bagian dari Hexagon dan penyedia terkemuka di dunia perangkat lunak rekayasa perusahaan untuk proses, listrik dan industri kelautan, serius membidik peluang dari proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW). Intergraph juga menawarkan solusi efisiensi di tengah lesunya sektor migas seiring turunnya harga minyak dunia.
Dikatakan oleh Franz Kufner, Executive Vice President Intergraph PP&M Asia Pacific bahwa perusahaannya kini fokus dalam membantu solusi software untuk kegiatan Engineering, Procurement & Construction (EPC) dalam proyek pembangunan infrastruktur pembangkit listrik. “Jawabannya sudah pasti iya,” tegas Franz ketika menjawab pertanyaan O&G Indonesia apakah perusahaannya akan serius bermain di celah proyek 35.000 MW, saat acara Intergraph PP&M Indonesia 2015 Conference di Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, Rabu (30/09).
Franz juga meyakinkan bahwa Intergraph tak hanya memberikan solusi pada saat kegiatan EPC-nya semata, namun juga dalam proses-proses berikutnya. “Tak hanya saat proses engineering atau konstruksi dari sebuah fasilitas baru, tapi kami juga dapat memastikan proyek tersebut dipelihara dengan baik dan dapat memberikan kebutuhan akan energi,” paparnya.
Untuk solusi teknologi dalam kegiatan EPC, Franz Kufner meyakinkan bahwa Intergraph berada pada posisi terdepan. Karena perusahaannya tak hanya menawarkan design tools, tapi juga manajemen material secara keseluruhan, dari manajemen informasi, manajemen konstruksi, manajemen operasi, perawatan sampai aneka kegiatan pendukung lainnya.
Ditambahkan oleh Alwi Al Hamid, Business Development Director PT. Everest Technology sebagai distributor lokal dan partner Intergraph di Indonesia, bahwa Intergraph sebenarnya sudah lama membantu solusi software untuk kegiatan EPC di sektor kelistrikan. “Intergraph sudah serius jauh sebelum Pak Jokowi mencanangkan proyek 35.000 megawatt. Sebelum itu kami sudah masuk ke situ dan coba edukasi dan membantu,” tuturnya.
Kini, seiring bergulirnya program 35.000 MW, Intergraph menawarkan sebuah standarisasi dalam pengerjaan proyek EPC di sektor kelistrikan, mengingat pemain yang akan terjun ke bidang tersebut akan sangat banyak dan beragam. “Misalnya nanti PLN menstadarisasi dengan suatu standar yang kemudian akan dieksekusi oleh para perusahaan EPC dan kontraktor, lalu pada saat di-handover ke PLN akan sangat mudah. Karena itu sudah otomatis menjadi satu kesatuan,” ungkap Alwi.
“Ini akan membantu PLN mengingat dalam 20 sampai 30 tahun ke depan PLN akan mengeksekusi hasil dari apa yang di-deliver dari banyak EPC tadi,” ucap Alwi. “Jadi kami bantu standarisasi di PLN sehingga PLN enggak perlu pusing lagi. Jadi siapa pun EPC-nya, dari negara mana pun mereka mengerjakannya, selama PLN sudah menentukan standar maka PLN tidak akan pusing lagi pada saat hand over,” sambungnya. Dari beberapa proyek 35.000 MW yang telah bergulir, diungkapkan Alwi, sudah ada beberapa perusahaan yang telah memakai solusi software dari Intergraph, seperti PLN Enjiniring dan Rekayasa Industri.
Tawarkan Efisiensi di Tengah Turunnya Harga Minyak Dunia
Di tengah lesunya sektor migas seiring turunnya harga minyak dunia, Intergraph ternyata selama ini sudah punya solusi terkait efiensi dalam sebuah proyek EPC migas. Diterangkan oleh Chin Kong Far, Vice President Intergraph PP&M Southeast Asia, dengan turunnya harga minyak memang berpengaruh terhadap semakin sedikitnya uang untuk Capex perusahaan migas dalam membangun fasilitas-fasilitas baru.
“Solusi Intergraph bisa membantu perusahaan migas mengumpulkan data-data dan menyimpannya secara aman sehingga aset perusahaan juga menjadi aman. Dari data-data ini mereka dapat meningkatkan produksi di tengah kondisi turunnya harga minyak saat ini,” beber Chin Kong Far.
Ditambahkan kembali oleh Alwi Al Hamid, bahwa semua software Intergraph pada dasarnya memang bertujuan untuk melakukan efisiensi bagi perusahaan penggunanya. “Mengurangi human error itu efisiensi. Membuat desain yang dapat digunakan berulang-ulang itu juga efisiensi. Lalu me-manage dokumen sehingga terstruktur itu juga efisiensi. Jadi itulah keunggulan software Intergraph untuk efisiensi,” pungkas Alwi. RH
Intergraph Tawarkan Solusi Software untuk Proyek 35.000 MW
Reviewed by OG Indonesia
on
Rabu, September 30, 2015
Rating: