Jakarta, O&G
Indonesia – Gagasan pemerintah lewat SKK Migas untuk mendorong pembangunan
kilang mini di daerah remote guna
efisiensi biaya di tengah krisis harga minyak dunia belakangan ini kian
mengemuka. Pihak swasta pun dirangkul oleh SKK Migas.
Dikatakan oleh Direktur Utama PT. Tri Wahana Universal (TWU) Rudy Tavinos latar belakang perlunya dibangun kilang mini di berbagai daerah adalah karena cadangan minyak bumi Indonesia tidak besar dan distribusi minyak bumi dari sumur ke export point berjauhan.
Diterangkan Herry, untuk daerah-daerah penghasil minyak dengan jumlah kecil di mana dari beberapa sumur paling hanya dapat sekitar 1.000-1.500 barel yang paling tepat adalah membangun kilang mikro di dekat sumur minyaknya. "Untuk kilang mikro ini akan semakin bertambah nilai fungsinya jika dipasangkan dengan Hydraulic Pumping Unit (HPU), khususnya untuk sumur-sumur tua, ini berguna sekali dan terkesan compact bila kerjanya dipadukan dengan kilang mikro,"cetusnya.
Dikatakan oleh Direktur Utama PT. Tri Wahana Universal (TWU) Rudy Tavinos latar belakang perlunya dibangun kilang mini di berbagai daerah adalah karena cadangan minyak bumi Indonesia tidak besar dan distribusi minyak bumi dari sumur ke export point berjauhan.
“Juga ada masalah distribusi BBM dari kilang ke
daerah-daerah di Indonesia yang terkendala masalah infrastruktur,” terang Rudy
dalam diskusi panel tentang kilang mini yang diadakan oleh SKK Migas di kantor
SKK Migas, Jakarta, Kamis (28/08).
Karena itu TWU mulai melirik peluang membangun kilang mini
di berbagai daerah seperti di Jawa, Sumatera dan Kalimantan. “Kilang mini yang
TWU bangun itu seperti skid mounted
yang kayak Lego, di mana kalau minyaknya sudah habis kita bisa pindah lagi,”
terangnya.
Namun ada kelemahan yang diakui sendiri oleh Rudy Tavinos
dalam membangun kilang mini di daerah terpencil, karena akses untuk membawa
peralatan dan bahan-bahan untuk membangun kilang mini cukup sulit. “Tolong bagi
yang mau berinvestasi di kilang mini melihat dulu infrastruktur di daerah yang
mau dibangun, dilihat jembatannya kayak apa, jalannya kayak, karena didesain
berdasarkan kapasitasnya,” paparnya.
S. Herry Putranto, Ketua Komunitas Migas Indonesia (KMI) |
Menurut Ketua Komunitas Migas Indonesia (KMI) S. Herry
Putranto, kendala akses infrastruktur dalam penyaluran minyak lewat pipa,
diangkut lewat jalan darat atau kapal sebenarnya bisa dipotong dengan membangun
kilang mini di dekat sumur minyak. “Harga minyak kan lagi rendah, supaya bisa efisien maka ada konsep processing di tempat,” jelas Herry kepada O&G Indonesia, Kamis (28/08).
Namun untuk membangun kilang mini di daerah terpencil juga
dirasa masih sulit mengingat akses untuk membangunnya di daerah pelosok juga terbilang rumit. Belum
lagi pasokan crude oil juga dirasa
masih cukup sulit. “Kalau TWU bilang minimal untuk crude 6.000 barel, tapi itu enggak mudah mendapatkannya,” jelasnya.
Diterangkan Herry, untuk daerah-daerah penghasil minyak dengan jumlah kecil di mana dari beberapa sumur paling hanya dapat sekitar 1.000-1.500 barel yang paling tepat adalah membangun kilang mikro di dekat sumur minyaknya. "Untuk kilang mikro ini akan semakin bertambah nilai fungsinya jika dipasangkan dengan Hydraulic Pumping Unit (HPU), khususnya untuk sumur-sumur tua, ini berguna sekali dan terkesan compact bila kerjanya dipadukan dengan kilang mikro,"cetusnya.
Kilang skala mikro, dijelaskan oleh Herry mempunyai model skid container dengan kapasitas 420
barel per hari. “Kontainernya itu 40 feet,
itu bisa dibawa ke lokasi. Kalau ada cuma 500 barel per hari itu sudah bisa
mengolah di situ ,” ucap Herry bersemangat. RH/MB
Kilang Mikro Lebih Menarik Daripada Kilang Mini
Reviewed by OG Indonesia
on
Jumat, Agustus 28, 2015
Rating: