Balikpapan, O&G Indonesia -– PT Pertamina (Persero) mewujudkan kepeduliannya terhadap pemberdayaan masyarakat, khususnya petani rumput laut di kawasan Kelurahan Manggar, Balikpapan. Desa yang berada di sekitar wilayah operasi Pertamina Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Sepinggan tersebut, merupakan sentra petani rumput laut.
Budidaya rumput laut di Desa Manggar, sudah berlangsung sejak tahun 2007 dan dirintis oleh Muhammad Idris, yang mencoba menanam rumput laut di sela-sela pekerjaan utamanya sebagai nelayan. Awalnya budidaya masih dilakukan dengan cara sederhana, sehingga hasilnya kurang maksimal. “Kami panen dan jemur ala kadarnya. Saat panen rumput laut yang sudah kering dibeli dengan harga sesuai kemauan pembeli,” jelas Idris. Tidak maksimalnya hasil panen karena petani menjemur rumput laut di atas pasir. “Akibatnya hasil panen kotor bercampur pasir, terinjak hewan dan keringnya kurang Sempurna,” kata pria yang kini menjadi Ketua Kelompok Petani Rumput Laut Sumber Laut Berjaya.
Melihat kondisi tersebut, Pertamina memberikan dukungan untuk meningkatkan produksi dan budidaya rumput laut di Desa Manggar, melalui bantuan pembangunan para-para atau papan panggung untuk menjemur rumput laut pada tahun 2012. Para-para seluas 12 x 30 meter diberikan kepada Kelompok Tani Sumber Laut Berjaya, yang dimanfaatkan bersama untuk menunjang kegiatan produksi Rumput laut. “Bantuan para-para, telah mendorong peningkatan hasil panen rumput laut hingga 4 sampai 6 kali lipat,” kata Sr. Supervisor External Relations Pertamina Marketing Operation Region VI, Andar Titi Lestari. “Sebelumnya rata-rata panen rumput laut per petani, hanya mencapai 500 kg per bulan. Setelah ada bantuan para-para, hasil produksi lebih maksimal mencapai 2 hingga 3 ton per bulan,” tambah Andar. Para petani rumput laut pun bisa tersenyum lebar.
Idris menambahkan disamping produksi meningkat, hasil panen pun dihargai sesuai harga
pasar. “Dulu kita hanya bisa pasrah, berapa harga yang diminta pembeli kita kasih, karena
rumput lautnya kotor dan keringnya tidak sempurna. Pernah satu kilo hanya dihargai Rp 4000. Sekarang harga per kilonya bisa kami jual antara Rp 9.000 – Rp 14.000 tergantung harga pasar,” kata Idris panjang lebar. Biasanya rumput laut tersebut didistribusikan kembali ke sejumlah kota seperti Makassar atau Surabaya untuk bahan kosmetik.
Seiring perjalanan waktu, Kelompok Tani Sumber Laut Berjaya yang awalnya beranggotakan 120 petani, terus mengembangkan pembuatan para-para, di mana kini luasnya mencapai 450 m2. Dan ketika rumput laut mulai serius dibudidayakan, banyak nelayan ikan di Manggar akhirnya beralih profesi sebagai petani rumput laut. “Kini anggota kami hanya tinggal 48 orang. Jumlahnya menyusut, karena anggota lainnya telah mandiri dan membuat kelompok-kelompok lagi agar usahanya lebih berkembang,” kata Idris bangga.
Selain dijual dalam bentuk rumput laut, para ibu rumah tangga yang tergabung dalam PKK
diberikan ketrampilan membuat produk olahan rumput laut, seperti kerupuk, jelly dan kue. Pertamina juga mendukung peralatan pengolahan makanan, agar hasil produksi lebih
maksimal.
Andar menyatakan, upaya Pertamina mendorong pengembangan usaha budidaya rumput laut di desa Manggar hingga kini masih berlangsung, melalui pendampingan dan pemantauan rutin serta upaya mendorong peningkatan nilai tambah produk. Jika sebelumnya telah diberikan pelatihan pengemasan, maka ke depan akan didorong untuk pendaftaran produk ke Dinas Perindustrian dan mendapatkan sertifikasi halal dari MUI.
Potensi budidaya rumput laut di kota Balikpapan menjadi andalan, sehingga pemerintah
setempat menargetkan panen bisa mencapai 150 metrik ton per bulan. Sentra petani rumput laut di kota Balikpapan banyak ditemukan di kawasan Balikpapan Timur, yakni kawasan pantai Manggar hingga pantai Lemaru dan Teritip.
Budidaya rumput laut di Desa Manggar, sudah berlangsung sejak tahun 2007 dan dirintis oleh Muhammad Idris, yang mencoba menanam rumput laut di sela-sela pekerjaan utamanya sebagai nelayan. Awalnya budidaya masih dilakukan dengan cara sederhana, sehingga hasilnya kurang maksimal. “Kami panen dan jemur ala kadarnya. Saat panen rumput laut yang sudah kering dibeli dengan harga sesuai kemauan pembeli,” jelas Idris. Tidak maksimalnya hasil panen karena petani menjemur rumput laut di atas pasir. “Akibatnya hasil panen kotor bercampur pasir, terinjak hewan dan keringnya kurang Sempurna,” kata pria yang kini menjadi Ketua Kelompok Petani Rumput Laut Sumber Laut Berjaya.
Melihat kondisi tersebut, Pertamina memberikan dukungan untuk meningkatkan produksi dan budidaya rumput laut di Desa Manggar, melalui bantuan pembangunan para-para atau papan panggung untuk menjemur rumput laut pada tahun 2012. Para-para seluas 12 x 30 meter diberikan kepada Kelompok Tani Sumber Laut Berjaya, yang dimanfaatkan bersama untuk menunjang kegiatan produksi Rumput laut. “Bantuan para-para, telah mendorong peningkatan hasil panen rumput laut hingga 4 sampai 6 kali lipat,” kata Sr. Supervisor External Relations Pertamina Marketing Operation Region VI, Andar Titi Lestari. “Sebelumnya rata-rata panen rumput laut per petani, hanya mencapai 500 kg per bulan. Setelah ada bantuan para-para, hasil produksi lebih maksimal mencapai 2 hingga 3 ton per bulan,” tambah Andar. Para petani rumput laut pun bisa tersenyum lebar.
Idris menambahkan disamping produksi meningkat, hasil panen pun dihargai sesuai harga
pasar. “Dulu kita hanya bisa pasrah, berapa harga yang diminta pembeli kita kasih, karena
rumput lautnya kotor dan keringnya tidak sempurna. Pernah satu kilo hanya dihargai Rp 4000. Sekarang harga per kilonya bisa kami jual antara Rp 9.000 – Rp 14.000 tergantung harga pasar,” kata Idris panjang lebar. Biasanya rumput laut tersebut didistribusikan kembali ke sejumlah kota seperti Makassar atau Surabaya untuk bahan kosmetik.
Seiring perjalanan waktu, Kelompok Tani Sumber Laut Berjaya yang awalnya beranggotakan 120 petani, terus mengembangkan pembuatan para-para, di mana kini luasnya mencapai 450 m2. Dan ketika rumput laut mulai serius dibudidayakan, banyak nelayan ikan di Manggar akhirnya beralih profesi sebagai petani rumput laut. “Kini anggota kami hanya tinggal 48 orang. Jumlahnya menyusut, karena anggota lainnya telah mandiri dan membuat kelompok-kelompok lagi agar usahanya lebih berkembang,” kata Idris bangga.
Selain dijual dalam bentuk rumput laut, para ibu rumah tangga yang tergabung dalam PKK
diberikan ketrampilan membuat produk olahan rumput laut, seperti kerupuk, jelly dan kue. Pertamina juga mendukung peralatan pengolahan makanan, agar hasil produksi lebih
maksimal.
Andar menyatakan, upaya Pertamina mendorong pengembangan usaha budidaya rumput laut di desa Manggar hingga kini masih berlangsung, melalui pendampingan dan pemantauan rutin serta upaya mendorong peningkatan nilai tambah produk. Jika sebelumnya telah diberikan pelatihan pengemasan, maka ke depan akan didorong untuk pendaftaran produk ke Dinas Perindustrian dan mendapatkan sertifikasi halal dari MUI.
Potensi budidaya rumput laut di kota Balikpapan menjadi andalan, sehingga pemerintah
setempat menargetkan panen bisa mencapai 150 metrik ton per bulan. Sentra petani rumput laut di kota Balikpapan banyak ditemukan di kawasan Balikpapan Timur, yakni kawasan pantai Manggar hingga pantai Lemaru dan Teritip.
Ketika Petani Rumput Laut dari Manggar Tersenyum Lebar
Reviewed by OG Indonesia
on
Rabu, Mei 06, 2015
Rating: